"Asli ya. Lo itu manusia super nyebelin yang pernah gue temuin sepanjang enambelas tahun gue hidup di dunia ini". Erina masih kesal karna tiba tiba saja tadi pagi handphone Hasan tidak bisa dihubungi. Lama lama Hasan sama menyebalkannya dengan Randy yang suka memode pesawatkan handphone nya. Orang kan jadi sangat susah kalau mau ada urusan. Ditambah Erina tidak tahu lagi harusmenghubungi siapa.
Saat sedang kalang kabut karna Hasan tidak ada kabar, bunda nya teriak dari bawah bilang kalau ada temannya datang. Erina langsung turun tanpa berfikiran kalau itu Hasan. Dengan muka bantalnya dan baju tidurnya yang seperti anak kecil, ia melihat wajah tengil Hasan diruang tamu dengan pakaiannya yang serba hitam kecuali jaket denim nya yang berwarna navy. Entah bagaimana malu nya Erina tadi.
Dengan spontan, Erina langsung naik ke atas dan segera bersiap untuk mandi dan makeup se natural mungkin. karna berfikir hari ini akan banyak gerak dan gerah, Erina akhirnya mengepang rambutnya untuk pertama kali nya agar tidak kegerahan.
Hasan yang daritadi hampir pusing karena Erina tidak berhenti marah, akhirnya menutup mulut gadis itu dengan tangannya. "Kenapa sih Erina rarisa hobi banget marah marah."
Erina langsung menyingkirkan tangan Hasan dari mulutnya. "Habis lo nyebelin banget sih. Harus banget handphone mati?"
"Habis batterai. Makanya ini gue bawa powerbank. Semalem lupa charger abis main game sama Naufal, Hamka dan abang lo."
Sebelum Erina membalas ucapannya lagi, Hasan langsung buru buru memberikan helm agar mereka segera berangkat. Karna kalau Erina diberi jeda sedikit saja untuk berbicara, pasti akan ia manfaatkan untuk marah marah tidak jelas.
"Tumben bawa Vespa?" tanya Erina saat melihat motor yang Hasan jarang pakai ini.
"Gue bawa ninja kalau lagi sendiri. Kalau sama temen cewe atau orang lain ribet. Nanti gue dibilang modus lah ini lah itu lah. Lagipula, vespa kan lebih nyaman kalo dipake pacaran. Iya nggak?," tanya nya sambil memasang wajah super tengil. Erina spontan langsung memukul lengan lelaki itu dengan kencang.
"Sumpah sadis banget Erina."
"Biar tau rasa. Sembarangan aja kalau ngomong."
Karna sudah malas berdebat dengan Hasan, Erina naik ke atas Vespa lelaki itu. Biar cepat pergi dan cepat selesai juga tugasnya.Selama diatas motor bersama lelaki super menjengkelkan ini, Erina tidak berniat membuka suaranya untuk mengajak Hasan ngobrol. Sampai akhhirnya tiba diparkiran motor dan lelaki itu menyuruh Erina agar cepat turun.
"Lah kok disini?" Tanya Erina bingung sambil melepaskan helmnya.
"Kalau kita pergi naik motor ribet. Jadi lebih baik kita naik kereta aja. Lagipula jauh juga. Nanti yang ada lo pegel. Gimana? Atau mau tetep naik motor aja?"
Sepertinya ucapan Hasan ada benarnya juga. Daripada duduk dimotor lebih baik naik kereta saja. Lebih nyaman dan tidak terlalu cape juga. Akhirnya Erina mengiyakan untuk naik kereta api. Lagipula sudah lama sekali Erina tidak naik kereta. Kalau tidak salah sekitar tiga tahun lalu.
"Udah lama banget nggak naik kereta" ujar Erina antusias saat mereka sudah membeli kartun dan menunggu kereta yang sebentar lagi sampai.
Karna melihat antusias Erina, Hasan jadi sedikit ingin tau tentang gadis itu. Siapa tau Erina termaksud orang yang mudah di pancing untuk bercerita. "Masa sih? Terakhir kapan?"
"Kayaknya tiga tahun lalu. Masih bocah banget. Itupun sama abang gue."
"Ohh kirain sama pacar lo atau mantan lo gitu."
"Emang akur sama mantan itu harus?" tanya Erina saat Hasan menyebut kata mantan tadi.
"Bentar, kenapa nanya nya kaya gitu?. Eh, kereta nya udah dateng. Gue jawab nanti didalam kereta," ucap Hasan saat kereta kami sudah hampir sampai. Hari ini kereta tidak seramai biasanya karna hari libur. Kalau hari biasa sih jangan ditanya bagaimana sempit dan pengapnya kereta ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heal My Wound
Teen FictionHasan Alvaro Wirasena, lelaki dengan sejota pesonanya. Pintar pada bidangnya. Selalu membuat siapapun yang ada didekatnya akan merasakan nyaman karna sifatnya yang menyenangkan. Tapi kalimat "membuat siapa saja nyaman berada didekatnya" tidak berlak...