Beberapa jam lalu, bu Fatma menyampaikan bahwa nama siswa siswi yang akan mengikuti olimpiade sudah terpilih. Semua nama yang sudah dipanggil melalui pengeras suara saat jam pelajaran tadi diminta untuk berkumpul di aula sepulang sekolah. Erina buru buru memasukkan buku kedalam tas nya. Setelah tadi malam ia meminta saran pada Abhi, abangnya yang masih sibuk co-ass, Erina sudah memutuskan untuk mundur dari olimpiade kali ini. Selain sudah tau bagaimana lelahnya tahun lalu, Erina juga tidak mau egois dan memberikan kesempatan pada orang lain yang juga memiliki keinginan yang sama dengannya. Selain itu dia juga sudah mendaftarkan diri untuk ikut kepanitiaan Cup dan Pensi Nubas tahun ini.
Saat istirahat kedua tadi, Erina sudah menghadap bu Fatma dan meminta maaf atas keputusan yang ia ambil secara mendadak. Erina kira bu Fatma akan marah atau kecewa padanya. Tapi diluar dugaannya bu Fatma memahaminya dan memintanya untuk tetap datang ke aula saat pulang sekolah. Erina tidak tau ada apa tapi ia tidak bertanya lebih lanjut karna bel masuk sudah berbunyi tadi. Ia hanya mengiyakan lalu pamit untuk segera ke kelas.
"Rin, gue tungguin gak? Tanya Winda setengah berteriak setelah Erina keluar dari kelas.
"Duluan aja win. Gue kan mau kumpul dulu di aula."
Setelah sampai di aula, Erina langsung duduk dikursi dekat pintu masuk. Selang beberapa menit, Bu Fatma sebagai pembina olimpiade masuk dan pengumumkan kegiatan belajar intensif yang akan dilakukan selama kurang lebih dua bulan sebelum olimpiade dilaksanakan. Erina mendengarkan dengan seksama. Setelah selesai, semua langsung bergegas keluar dari aula dan Erina buru buru menghampiri Bu Fatma yang masih sibuk dengan berkas anak anak olimpiade.
"Duduk rin," ucap bu Fatma mempersilahkan. Erina langsung menarik kursi yang ada dibelakangnya dan duduk tepat dihadapan bu Fatma. Beberapa detik setelah Erina duduk, seseorang masuk ke dalam aula dan berdiri disamping kursinya. Erina menyipitkan mata melihat siapa orang itu. Tapi ia tidak juga menemukan jawabannya sampai bu Fatma sendiri yang memperkenalkan lelaki itu.
"Erina, ini Fariz." Erina kembali menoreh lalu melihat lelaki itu mengambil kursi dan duduk disebelahnya.
"Fariz, ini Erina. Perwakilan dari sekolah yang tahun lalu sampai masuk tingkat Nasional," ucap Bu Fatma memperkenalkannya. Laki laki bernama Fariz itu tersenyum tipis lalu sedikit menunduk memberi salam. Erina belum pernah melihat wajah lelaki ini sebelumnya. Dari tampangnya sih memang khas anak kutu buku sekali. Mungkin Fariz ini salah satu anak yang hampir mirip dengannya. Tidak suka kalau dikenal banyak orang.
"Fariz anak kelas sebelas rin. Anak IPA 1 yang tahun lalu nggak lolos seleksi olimpiade disekolah. Kebetulan karna tadi kamu bilang ingin mundurtahun ini, ibu langsung memanggil Fariz dan menanyakan apa dia bersedia menggantikan kamu dan jawabannya iya. Lalu tujuan ibu panggil kamu kesini, ibu mau minta tolong sama kamu kasih soal soal sama saran buat dia. Karna kalau Gina dan Bagas ibu rasa sudah tidak perlu lagi."
Erina mengangguk saat mendengar penjelasan Bu Fatma. "Baik bu, nanti saya kasih latihan soal soal saya."
"Kalau bisa, kamu tolong ajarkan beberapa ya Erina. karna ini mendadak sekali."
"Iya bu saya usahakan. Karna saya juga ikut panitia cup dan pensi tahun ini. Nanti kalau saya senggang saya ajarkan."
Bu Fatma mengiyakan lalu memperbolehkan Erina dan Fariz keluar dari aula. Fariz langsung meminta id line Erina agar lebih mudah berkomunikasi dengannya. Setelah kontaknya sudah ada diponsel Fariz, Erina langsung pamit karna takut membuat Randy menunggu lama diparkiran.
"Terima kasih rin, salam kenal ya," ucap Fariz sebelum Erina pergi. Erina mengangguk tanpa tersenyum padanya.
Erina langsung berlari ke arah parkiran. Saat melihat sekeliling, ia tidak menemukan Randy. Saat membuka ponsel, pesan dari abangnya benar benar membuatnya kesal karna lelaki itu menyuruhnya untuk datang ke Hasan dan nebeng dengannya. Kalau tau begitu kan ia bisa bilang pada Winda untuk menunggunya sebentar tadi. Setelah apa yang ia katakan pada Hasan kemarin, tidak mungkin tiba tiba ia datang dan minta tolong untuk mengantarkannya pulang. Sangat sangat tidak tau malu. Alih alih menghampiri Hasan, Erina lebih memilih pergi ke Halte. Padahal ia juga tidak tau untuk apa ia pergi ke sana.

KAMU SEDANG MEMBACA
Heal My Wound
Teen FictionHasan Alvaro Wirasena, lelaki dengan sejota pesonanya. Pintar pada bidangnya. Selalu membuat siapapun yang ada didekatnya akan merasakan nyaman karna sifatnya yang menyenangkan. Tapi kalimat "membuat siapa saja nyaman berada didekatnya" tidak berlak...