Bagian 14

12 2 0
                                    

Kelas yang awalnya menyenangkan karna ada kabar bahwa hari ini Nubas pulang cepat mendadak heboh karna bu Rissa, selaku guru Bahasa Indonesia kami memberikan tugas kelompok untuk membuat cerita pendek karya kami sendiri yang nantinya akan dinilai dan cerpen siapa yang paling bagus akan ditempel di mading sekolah. Tugas kelompok memang sangat menyenangkan. Apalagi kalau dikerjakan dengan team yang juga bisa diajak kerjasama. Tetapi karna Bu Rissa yang memilih sendiri anggota kelompok itu, maka banyak yang menuai aksi protes. Tentu saja itu membuat mereka risau. Dan lagi yang paling menyebalkan adalah, tugas kelompok itu hanya beranggotakan dua orang. Terdiri dari laki laki dan perempuan. Kata bu Rissa sih biar adil. Tapi itu tidak adil bagi siswa perempuan.

"Karna disini lebih banyak anak perempuan, nanti ada tiga kelompok yang tidak berpasangan dengan laki laki ya."Bu Rissa mulai membacakan urutan nama secara acak. Sejauh ini Erina masih harap harap cemas karna takut apa yang ada difikirannya saat ini menjadi kenyataan.

"Jenny maude, kamu sama Naufaliandra."

Tubuh Jenny menegang saat namanya disebut pertama kali berbarengan dengan Naufal. Laki laki yang akhir akhir ini sering membuat Jenny jadi ilfeel banget.

"Bu, saya nggak mau sama Naufal." Jenny langsung mengangkat tangannya dan membuat seisi kelas terdiam.

"Takut terpesona dia bu sama saya," sahut Naufal yang duduk dibarisan paling belakang. Jenny langsung menoreh dan memandang lelaki itu dengan kesal.

Bu Rissa langsung menghentikan aktifitasnya dan memandang Jenny dengan tatapan horor. "Saya tidak butuh aksi protes kamu."

Jenny langsung diam. Nyali nya ciut ketika bu Rissa berbicara seperti itu. Dari arah belakang, Naufal justru cengengesan tidak jelas membuat Bu Rissa melemparkan penghapus papan tulis ke arah mejanya. Membuat semua diam dan mendengarkan kembali nama nama kelompok yang mulai dibacakan kembali oleh Bu Rissa.

Erina diam sambil mencoret kertas bindernya. Lalu terdengar namanya disebut oleh Bu Rissa. "Erina Rarisa,kamu sama Winda Agatha."

Erina dan Winda langsung menatap satu sama lain karna senang bukan main. Mereka berdua langsung berpelukan saking senangnya. Tapi kebahagiaan Erina hanya bertahan beberapa detik sebelum Bu Rissa kembali berbicara."Maaf maaf ibu salah. Erina rarisa, teman sekelompok kamu Hasan Alvaro."

Mati sudah.

"Bu, saya lebih baik—"

Belum sempat Erina menunjukkan aksi protesnya, Bu Rissa langsung memotong ucapannya. "Berarti nilai kamu ibu tulis nol saja kalau protes."

"Bu, Maksud saya—"

"Nol atau sama Hasan?"

"Iya bu, maaf."

Erina diam dan Bu Rissa meneruskan kegiatannya membacakan nama yang belum sempat ia sebutkan tadi. Erina menghela nafas panjang sebelum melihat ke meja belakang. Dari sana, lelaki itu sudah menggodanya dengan mulut yang komat kamit entah apa yang lelaki itu ucapkan.

Setelah selesai, Bu Rissa mengumumkan kalau hari ini semua murid SMA Nusa Bangsa pulang cepat karna guru guru akan mengadakan rapat. Semua langsung bereaksi senang dan lupa kalau beberapa menit yang lau mereka habis terkena bencana karna pasangan kelompok mereka tidak ada yang menyenangkan.

Berbeda dengan anak perempuan yang wajahnya ditekuk seperti pakaian yang belum disetrika, anak laki laki justru tersenyum sumringah. Menurut mereka siapapun teman kelompoknya sama saja. Sama sama menguntungkan bagi mereka. Karna pada akhirnya anak perempuan tetap mendominasi tugas itu agar bisa mendapat nilai yang bagus. Saking senangnya, Naufal dan Ade sampai naik naik ke atas meja dan berjoget ria. Mereka semua yang melihatnya hanya menggeleng gelengkan kepala karna heran melihat kelakuan dua lelaki itu. Mungkin semalam Naufal dan Ade salah minum obat makanya sampai kambuh gilanya.

Heal My WoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang