Hasan merasa kalau akhir akhir ini Erina kembali menjauhi nya. Setelah gadis itu telfonan dengan Tania semalam, sikap Erina seperti berubah. Sama seperti sebelum tugas sejarahnya Erina. Cuek dan terkesan tidak mau kenal. Tadi pagi saja saat bertemu dikoridor, Hasan menyapanya tapi tidak di gubris sama sekali. Winda dan Jenny saja sampai bingung ada apa dengan Erina. Ternyata benar kata Randy. Sikap Erina itu angin anginan dan sedikit sulit untuk dikendalikan.
"Kenapa sih? Kusut banget muka lo." Hamka menyadari perubahan wajah Hasan yang tidak seperti biasanya. Pagi pagi sudah melamun. Bukan Hasan sekali.
"Lo waktu deketin Winda gimana sih?" tanya Hasan tiba tiba tanpa menjawab pertanyaan Hamka sebelumnya. Karna yang ia lihat, sifat Winda juga hampir mirip sama dengan Erina. Bedanya, Erina jauh lebih galak dan judes.
Hamka menyipitkan matanya karna sebelumnya tidak pernah seorang Hasan bertanya seperti ini. "Lo lagi deketin cewe ya?"
"Niatnya gitu. Cuma yang ini angin anginan. Kemarin kayaknya udah gampang buat dideketin. Cuma sekarang cuek lagi."
"Menurut gue sih, lo nya juga harus tarik ulur. Jangan terus terusan lo tarik. Nanti malah putus."
"Maksudnya?"
"Ah, lo ganteng doang. Deketin cewe nggak ngerti."
"Sialan lo."
"Kalo dirasa dia lagi goodmood, lo deketin. Tapi kalo dia nya juga lagi angin anginan ya lo lakuin hal yang sama. Jangan terus teruss keliatan lo yang ngejar dia. Ya walaupun emang udah kodratnya cowo tuh ngejar."
.........
Setelah berbicara dengan Hamka, rasanya ia harus berbicara terlebih dahulu tentang sikap Erina yang terlihat seperti membencinya kembali. Padahal waktu itu mereka sudah baik baik saja. Masalah sepele seperti ini memang harus di luruskan sebelum makin mengakar. Hasan curiga, perubahan sikap Erina ini ada hubungannya dengan postingan di ig beberapa hari lalu.
Hasan menunggu Erina pulang sambil memainkan bola futsal. Disekolah sudah tidak ada orang kecuali osis yang sedang rapat. Dalam beberapa hari terakhir Erina terus terusan pulang sore karna osis mulai mengadakan rapat untuk menyusun acara Nubas Cup yang akan dimulai awal tahun nanti. Walaupun acaranya masih sekitar dua bulan lagi, osis tidak ingin acaranya tidak maksimal. Maka dari itu dipersiapkan dari jauh jauh hari.
Tidak begitu lama, anak osis keluar dari ruangan. Dilihatnya dari jauh ada Erina yang baru keluar dengan Winda. Hasan berjalan terlebih dahulu menuju parkiran. Semenjak rapat, Hasan melihat Erina sering pulang bareng dengan Winda. Sepertinya Randy akan menjemput dirumah Winda.
"Rin, bisa ngomong sebentar nggak?" tanya Hasan saat melihat Erina dan Winda berjalan ke arah motornya yang terparkir persis disamping motornya.
Erina langsung memutar bola matanya saat melihat siapa yang berbicara padanya. "Nggak."
"Sebentar aja," kata Hasan menahan tangan Erina yang hampir naik ke motor Winda.
Winda yang tidak paham ada apa diantara mereka akhirnya menyuruh Erina untuk menyelesaikan masalahnya dulu. "Gue tunggu halte. Selesaikan dulu rin."
Erina mengiyakan lalu Winda pergi dengan motornya. .
"Cepetan, gue mau pulang ngantuk," ucap Erina berbohong. Sebenarnya hanya ingin menghindari Hasan. Sepertinya lelaki dihadapannya ini merasa kalau dari beberapa hari ini ia sudah mulai menjaga jarak dengannya. Karna semakin banyak omongan yang tidak enak ia dengar.
"Cari tempat duduk. Biar lebih santai ngobrolnya."
Erina mengerutkan keningnya. "Kita nggak seakrab itu ya san."
KAMU SEDANG MEMBACA
Heal My Wound
Fiksi RemajaHasan Alvaro Wirasena, lelaki dengan sejota pesonanya. Pintar pada bidangnya. Selalu membuat siapapun yang ada didekatnya akan merasakan nyaman karna sifatnya yang menyenangkan. Tapi kalimat "membuat siapa saja nyaman berada didekatnya" tidak berlak...