Bagian 4

23 4 0
                                    

Dari dulu, hal yang paling Erina benci dihidupnya saat datang bulan hari pertama. Sakitnya luar biasa dan mood nya sangat tidak bagus. Kalau ada orang yang menyinggungnya atau mengajaknya adu mulut, tidak tanggung tanggung orang itu akan kena ocehan pedasnya seharian full. Dan satu hal lagi yang paling menyebalkan. Jika sakit perut nya tidak tertahankan, Erina bisa nangis dan langsung pingsan. Biasanya yang jadi sasaran amukkannya adalah Randy. Karna Randy yang selalu bersama dengannya. Untungnya Randy sudah paham dan mengerti kondisi Erina.

"Rin lo kenapa?" Winda memegang dahi Erina. Takut kalau Erina demam tinggi seperti waktu itu. Sampai tidak sadarkan diri.

"Sakit perut," Jawab Erina dengan suara parau.

"Nggak usah ikut olahraga kali rin. Izin aja sama Pak Wahyu. Daripada nanti pingsan," kata Jenny memberi saran. Seolah tahu apa kemungkinan terburuk kalau Erina memaksakan diri ikut olahraga.

Baru saja Winda dan Jenny mau ganti baju olahraga sekalian izin sama Pak Wahyu biar Erina langsung ke UKS, Naufal datang dari lorong kelas dengan buru buru dan mengisyaratkan agar Winda dan Jenny masuk kelas dulu. Sepertinya ada sesuatu hal yang gawat.

"Mampus kita semua. Pak Wahyu lihat rekaman cctv selasa kemarin dan lihat si biang kerok ini didalam kelas," Ucap Naufal kesal sambil menunjuk ke arah Salwa.

Salwa yang tidak terima ditunjuk akhirnya marah sama Naufal "Lah kok gue sih?!"

"Ya siapa lagi emang yang lebay takut kena panas," jawab Naufal kesal.

"Tau, nyusahin orang aja sih lo. Dasar biang kerok," Sahut Guntur yang ikutan kesal.

"Apaan sih kok jadi adu mulut gini, emang Pak Wahyu bilang apa fal?" tanya Hamka mencoba menengahi saat keadaan kelas mulai ricuh karna semua menyalahkan Salwa.

"Tadi gue dipanggil sama Pak Wahyu keruang cctv. Terus perasaan gue nggak enak. Dan bener kan kejadian apa yang gue takutin. Semua harus ke lapangan tanpa ada satu orang pun yang izin."

"Eh tapi Erina pucet banget ini," sahut Winda saat Naufal bilang tidak boleh ada satu orang pun yang izin.

Winda sampai memiringkan wajahnya biar bisa melihat wajah Erina dengan jelas.

"Eh beneran gue nggak tau apa apa. Coba aja rin turun ke bawah dulu," jawab Naufal yang semakin bingung karna takut membuat keputusan.

Akhirnya, semua murid kelas IPA 4 terpaksa ke bawah karna tidak ingin membuat Pak Wahyu tambah marah. Pak Wahyu adalah guru yang terkenal dengan kedisiplinannya. Banyak orang yang segan dengan Pak Wahyu. Walaupun orangnya akrab dengan semua murid, tapi paling tidak suka dengan murid yang tidak mengikuti peraturannya.

Semua dipaksa berbaris menghadap matahari pagi. Walaupun tidak terlalu panas tapi Erina sudah merasa pusing.

"Minggu lalu saya bilang apa?" Pak Wahyu akhirnya membuka suara tegasnya. Semua murid takut dan menuduk kebawah.

Karna tidak ada yang menjawab akhirnya Pak Wahyu menghampiri Nufal "Saya bilang apa fal?"

"Semua harus tetap membawa baju olahraga dan tetap turun ke lapangan. Tidak boleh ada yang dikelas," jawab Naufal pelan.

"Garis bawahi kalimat tidak boleh ada yang dikelas," kata Pak Wahyu.

"Iya pak," jawab Naufal.

"Lalu kenapa Salwa, Fatya, Tamara, Bianca, Sintia, Clara ada dikelas sampai jam pelajaran saya habis?!!" tanya nya dengan suara yang naik satu oktaf.

Salwa dari tadi diam saja karna takut dan tidak pernah melihat Pak Wahyu se marah ini.

"Saya pernah bilang ya diawal semester sama semua kelas kalau saya tidak suka anak yang tidak memenuhi aturan saya. Nah ini malah melanggar. Perempuan semua lagi. Tidak habis fikir. Apa alasannya tidak ikut olahraga kamu? Sakit? Cidera?"

Heal My WoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang