Malam minggu memang paling menyenangkan kalau manfaatkan waktu untuk bermain futsal bareng bareng. Walaupun beberapa dari mereka ada yang sudah punya pacar, tapi tidak pernah melupakan rutinitas untuk bekumpul dengan anak futsal yang hanya beberapakali. Walaupun dapat jadwal latihan seminggu dua kali, rasanya akan beda kalau dilakukan diluar sekolah.
Biasanya Hasan yang selalu memesan satu lapangan untuk mereka main selama dua jam. Awalnya anak anak selalu bilang tidak enak karna terus terusan dibayarkan. Tapi sekarang malah keenakan. Dasar teman
"Pulang duluan bro," Pamit Rozi saat sudah selesai ganti pakaiannya.
"Yup. Hati hati zi." Jawab Hasan sambil tos. Tak lama, beberapa dari mereka ikutan tos.
Setelah selesai bermain, semua pamit pulang lebih dulu. Termaksud Hamka dan Naufal. Tapi tidak dengan Hasan dan Randy. Saat main tadi, Hasan bilang ingin membicarakan sesuatu dengan Randy. Lalu lelaki itu menyetujuinya.
Biasanya Hasan akan berbicara berdua pada Randy kalau memang ada hal penting yang ingin ia bicarakan. Seperti masalah futsal, masalah pelajaran yang ia saja tidak paham dan yang paling sering adalah masalah cewe. Beberapa kali Hasan dichat oleh cewe cewe angkatan Randy. Seperti mengajaknya pulang bareng, jalan bareng bahkan ada yang nekat menembaknya. Menurut Hasan itu hal wajar. Jaman sekarang sudah banyak perempuan yang memperjuangkan hak hak nya. Tapi kalau disuruh menerima, ia tidak bisa. Karna seperti yang pernah Hasan katakan waktu itu. masalah pacar adalah masalah cocok dan nyaman. Bukan hanya sebatas kasian atau suka saja.
Setelah Hasan dan Randy selesai ganti baju, mereka mencari tempat untuk merokok. Hobi tambahannya adalah mencari penyakit setelah mengeluarkan keringat. Mumpung malam minggu, Randy dibebaskan oleh ayah nya pulang sampai malam. Asal tidak sampai pagi. Bisa bisa saat pulang baju nya sudah di taruh di teras dan di suruh angkat kaki dari rumah.
"Kenapa? Udah lama lo nggak minta ngobrol berdua gini. Tiba tiba sekarang lagi. Pasti ada sesuatu yang penting kan?" Randy sambil membakar rokoknya.
"Iya ren. Masalah hati," jawab Hasan sambil memutarkan rokoknya. belum ada niatan untuk membakarnya.
"Waduh, kalo Naufal yang ngomong gini sih gue nggak kaget. Kalo Hasan ya lumayan lah. Siapa? Angkatan gue lagi?"
Hasan menggeleng. "Kayaknya gue kena karma ren gara gara nolak mereka terus."
Randy yang sedang menyeruput kopi nya sampai tersedak saat mendengar ucapan Hasan barusan. "Gimana sih maksudnya?"
"Iya, yang ini susah banget dideketinnya. Kaya temboknya tinggi banget."
"Tantangan baru lah." Randy menjeda kalimatnya saat makanan mereka datang. Kali ini Randy yang traktir karna Hasan terlalu sering mentraktirnya. Ya walaupun uang nya nggak habis habis kan tidak enak juga. "Siapa sih emang?"
Hasan menunjukkan ponselnya. Disitu ada foto perempuan yang ia maksud. Sejak beberapa hari lalu, Hasan menjadikannya wallpaper chat karna rasanya mau melihat terus. Walaupun perempuan yang sedang mereka bicarakan kali ini juga ogah ogahan kalau di ajak chat.
Randy langsung memecahkan tawanya saat melihat siapa yang Hasan maksud."Jadi lo curhat kalo lo lagi suka sama cewe itu ke abangnya sendiri? Anjir ini gokil banget sumpah."
Hasan yang sudah setengah mati menahan malu malah dibuat semakin malu karna kelakuan Randy. "Ren cukup anjirr."
"Lagian lo tolol benget sumpah. Terus waktu selesai pertandingan waktu itu, jangan bilang itu modus minta ajak foto?"
Hasan menyengir. "Yagitu deh. Ya lo tau cowo gimana. Bohong gue kalo bilang Erina nggak cakep hari itu. Imut banget doi. Padahal cuma pake sweater kegedean aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Heal My Wound
Ficção AdolescenteHasan Alvaro Wirasena, lelaki dengan sejota pesonanya. Pintar pada bidangnya. Selalu membuat siapapun yang ada didekatnya akan merasakan nyaman karna sifatnya yang menyenangkan. Tapi kalimat "membuat siapa saja nyaman berada didekatnya" tidak berlak...