Disekolah tanpa Hasan memang ada yang berbeda. Jangankan ia, guru guru pun merasakan hal yang sama karna biasanya ada yang mereka jewer kalau bolos atau tidak mengerjakan tugas. Berita tentang Hasan yang diskors oleh Pak Wahyu memang sudah ramai. Saat dikantin, Naufal tida berhenti bilang pada Randy kalau ia ingin mencari Raka. Padahal menurutnya, ini tidak sepenuhnya salah Raka. justru ini salah dirinya karna menyebabkan dua lelaki itu sampai diskors oleh Pak Wahyu.
Erina pamit pada yang lain untuk ke toilet dan nanti langsung ke kelas. Awalnya Winda menawarkan apa Erina mau diantar atau tidak. tapi dengan tegas Erina bilang ia ingin ke Toilet sendirian. Sesampainya di Toilet, ia merasakan saku rok nya bergetar. Saat melihatponselnya, ada notif pesan dari Hasan. Raut wajah kusutnya langsung berubah menjadi senyum tipis. Walaupun isi pesan itu hanya kenarsisan lelaki itu.
Hasan Alvaro: Pasti lo kangen gue kan?
Buru buru Erina mengetik balasannya.
Erina rarisa: Pede abis
Hasan Alvaro: Kok fast respon? Tumben.
Iya soalnya bete karna satu sekolah membicarakkan Raka.
Erina rarisa: Lg pegang hp. Knp?
Hasan Alvaro: Gpp. Nanti pulang sm siapa? Gue jemput mau ga?
Baru mau mengetikkan balasan, dari luar terdengar suara yang cukup familiar ditelinganya.
"Sumpah ya, emang apa cantiknya coba Erina? Lo denger kan gosipnya?"ucap salah satu orang yang Erina yakin itu Ratih. Orang yang pernah Erina bilang kalau dia suka banget sama Hasan. Sampai apapun caranya dilakukan agar bisa dekat dengan lelaki itu. Termaksud merengek minta tukar kelas agar bisa sekelas dengan Hasan. Gilakan?
"Iya denger. Katanya Hasan sama anak baru itu berantem sampai diskors gara gara dia coba," jawab salah satu temannya yang entah siapa itu.
"Nahkan, cewek sok kecantikkan. Murahan banget nggak sih?"
Erina mengepalkan tangannya saat kata murahan keluar dari dari mulutnya. Ingin sekali rasanya ia keluar sekarang juga dan menampar mulut gadis itu agar tidak asal bicara. Tapi Erina masih menahan karna ingin mendengar lanjutan ucapannya.
"Menurut lo, anak baru itu suka sama Erina?"
"Kayaknya gue yakin dia ada sesuatu sama Erina."
Mendengar itu, mendadak kaki Erina lemas. Ia mohon kali ini saja agar berita tentangnya dan Raka tidak menyebar disekolah ini.Terlalu malas mendengarnya. Erina berniat langsung keluar dari toilet sekarang juga agar Ratih tidak lagi mengatakan hal hal aneh. Tapi langkahnya terhenti saat ponselnya berdering. Hasan menelfonnya. Erina langsung mendapatkan ide untuk mengerjai Ratih hari ini. Agar gadis itu tidak main main berurusan dengannya.
Erina menekan tombol hijau dan sengaja mengaktifkan loadspeaker agar suara Hasan bisa terdengar oleh gadis menyebalkan itu.
"Halo? Kok diread doang sih? Lo kira gue koran?" ucap Hasan dengan nada kesal. Tapi Erina yakin lelaki itu hanya bercanda.
Erina berjalan ke arah westafel tempat kedua gadis itu menggosip. Sambil mencuci tangannya, ia menaruh ponselnya didekat tempat sabun. "Apasih?"
"Lo pulang sama Randy? Gue jemput aja mau gak?"
"Abang bimbel. Gausah, kayaknya nanti gue minta jemput bang Robi aja."
"Dih? Kan gue udah nawarin duluan. Udah deh, gue nggak terima penolakan. Pokoknya nanti gue jemput," jawab Hasan santai. Dari sudut matanya, Erina melihat Ratih terpaku ditempatnya. Padahal ia tidak merencanakan ini awalnya. Tapi karna ia sudah kelewat kesal pada Ratih, jadi sekalian saja ia panas panasin biar kebakar api cemburu sekalian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heal My Wound
Teen FictionHasan Alvaro Wirasena, lelaki dengan sejota pesonanya. Pintar pada bidangnya. Selalu membuat siapapun yang ada didekatnya akan merasakan nyaman karna sifatnya yang menyenangkan. Tapi kalimat "membuat siapa saja nyaman berada didekatnya" tidak berlak...