2 - Renza Juga Ingin

9.9K 1.4K 114
                                    

Sejak kelas dua sampai kelas enam Juan tidak lagi satu kelas dengan Renza. Juan selalu berada di kelas A sedangkan Renza di kelas B. Padahal Renza adalah siswa yang tak kalah pintar dari Juan. Seharusnya anak itu juga selalu di kelas A, tapi itu tidak terjadi karena Dion yang meminta pihak sekolah untuk memisah Juan dan Renza.

Semenjak mereka dipisah, Juan tidak lagi diejek. Itu melegakan bagi Renza, setidaknya ia tidak membuat Juan malu. Meskipun sudah tidak satu kelas, Renza tetap menghindari keluar kelas saat jam istirahat.

Seperti hari ini, dia lebih memilih memakan bekal buatan bibi sambil membuat ringkasan materi untuk persiapan ujian nasional beberapa minggu yang akan datang. Namun Renza selalu saja tidak bisa tenang, ada saja anak-anak nakal yang mengganggunya.

"Kalau tongkat kamu di ganti tongkat pramuka masih bisa jalan nggak?" Tanya bocah bertubuh gendut pada Renza. Renza memilih tak menanggapi.

"Kita lempar ke atas lemari aja, pasti dia nggak bisa ambil." Celetuk bocah lain yang tak kalah gendut dari bocah sebelumnya.

Wajah Renza jelas panik, takut jika nanti dia tidak bisa mengambil lagi. Tapi anak-anak nakal itu memang sudah kelewat batas. Mereka benar-benar melempar tongkat Renza ke atas lemari.

"Tolong ambilkan tongkatku, aku tidak bisa pulang tanpa tongkat itu." Pinta Renza ke salah satu dari mereka.

"Ambil aja sendiri, wleee." Ejek mereka bergantian.

Renza hanya pasrah. Ia berusaha mengambil sendiri tongkatnya. Tertatih-tatih ia menyeret kursi untuk ia pijak.

Entahlah, tapi Renza belum berani melepaskan tongkatnya itu, setidaknya untuk berlatih berjalan tanpa tongkat. Ia merasa bahwa hanya dengan tongkat itu ia bisa berjalan. Renza takut, takut jatuh, takut tidak bisa melakukannya

Sejak usia satu tahun salah satu kakinya tidak bisa digerakkan akibat terjatuh. Sumsum tulang belakangnya mengalami cedera dan saraf tulang belakangnya bermasalah sehingga mempengaruhi fungsi anggota gerak bawahnya.

Untunglah hanya satu kakinya saja yang berasal, sehingga dia masih bisa berjalan walaupun harus menggunakan bantuan tongkat. Dulu Dion lah yang mengajari Renza untuk menggunakan tongkat pertama kali.

Bayangkan, bayi yang lahir dengan sempurna saja kesulitan saat berlatih berjalan untuk pertama kalinya. Bagaimana dengan Renza yang satu kakinya tak berfungsi dengan semestinya?

Dengan susah payah Renza meraih tongkat di atas lemari. Bahkan sampai bel masuk telah berbunyi dirinya belum bisa mengambil tongkat itu. Untung saja guru yang kini akan mengajar membantunya untuk mengambil tongkat itu.

Setiap bel pulang berbunyi, Renza selalu memilih untuk keluar kelas paling akhir. Dia juga seringkali keluar terlambat agar tidak beriringan dengan Juan saat menunggu jemputan di depan gerbang.

Renza dan Juan tidak pernah pulang secara bersamaan. Ayah selalu menjemput Juan di tengah-tengah kesibukannya bekerja. Sedangkan Renza dijemput oleh Kang Mamat--salah satu supir ayah.

Jujur, Renza iri ketika melihat Juan pulang diantar ayah dengan membawa es krim atau makanan yang mereka beli sebelum pulang. Hanya untuk Juan, tak ada bagian untuk Renza.

Lagi-lagi anak itu hanya bisa melihat kehangatan yang diberikan Dion pada Juan.
Ayah langsung pergi setelah mengantar Juan ke dalam rumah. Tidak menyapanya meski Dion melihat keberadaannya.

Seperti sekarang, hanya ada Juan dan Renza di rumah. Bibi sedang pergi ke luar untuk membeli keperluan rumah.

"Ren, sini." Panggil Juan. Renza yang sedang duduk di tangga langsung mendatangi Juan.

Dear Renza [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang