38 - Tuhan, Dengarkanlah Ketiganya

5.8K 785 51
                                    

Sudah sepekan sejak Renza keluar dari rumah sakit. Laki-laki itu sudah lebih baik daripada kondisi sebelumnya. Kini dirinya sedang menggarap beberapa tugas dari dosen yang harus ia kumpulkan siang ini juga.

Ponselnya bergetar, menampilkan beberapa pesan di jendela notifikasi. Membuka roomchat yang berisi tiga orang, Renza lantas mengembangkan senyumnya.

Huyya Huyya
Anda, Haidar🌞, Nona Tinkerbell✨

Haidar🌞
Pantai kuy!
12.09

Nona Tinkerbell✨
Ayokkkkk, gasss
12.10

Haidar🌞
Gimana Ren? Gas nggak nih? Udah lama nggak sunset-an
12.10

Nona Tinkerbell✨
Ayok Rennn 😘
12.11

Haidar🌞
Idih alay bat emot nya
12.11

Iya iya gass, hari ini kan?
12.12

Nona Tinkerbell✨
Yayyy, iya Ren sore ini
12.12

Oke
12.13

Pria itu mengemasi buku-buku dan laptopnya lalu menuju ruang dosen. Sesampainya di sana Renza langsung memberikan flashdisk berisi tugas.

"Kamu ini saudaranya Juan kan?" Tanya dosen itu seraya memindahkan file ke dalam laptopnya.

"Iya, Pak." Jawab Renza singkat.

"Dia semakin kesini kok nilainya turun terus ya? Akhir-akhir ini juga jarang masuk kelas Saya. Kalian baik-baik aja kan?"

Renza tahu bahwa Juan jarang masuk sekarang, tapi untuk masalah nilai dia baru tahu. Seorang Juan biasanya tidak pernah turun nilainya, bahkan selalu meningkat. Ini pasti ada kaitannya dengan masalah kesehatan yang buruk.

Dia masih menyimpan rahasia Juan mengenai kanker lambung yang diderita. Tapi, sampai kapan ia harus menyembunyikan ini dari kedua orang tuanya?

Renza meninggalkan kampus di pukul 14.00 dan langsung pulang ke kosan. Ia merebahkan tubuhnya di kasur sebentar lalu membuat nasi goreng untuk makan siang. Sudah lama ia tidak masak, ia lebih sering membeli makan di warung makan samping rumah ibu kos. Murah, bersih, dan enak khas masakan rumahan.

Pria itu makan dengan lahap sambil melihat serial Upin & Ipin di laptopnya. Setelah satu episode habis, Renza lantas memilih baju yang akan ia pakai sore ini. Zoya bilang dia akan mengambil banyak gambar nanti, ia ingin tampil baik.

Hari mulai sore dan Renza baru saja selesai mandi. Ia bersiap-siap seraya menunggu kedatangan Haidar. Pria itu sudah dalam perjalanan ke kosan, Renza harus segera siap agar sahabatnya tidak perlu menunggu.

Pukul tiga tepat Haidar, Zoya, dan Renza melesatkan motor ke jalanan. Mereka begitu menikmati perjalan dan seperti biasa penuh dengan candaan.

Mereka sudah hampir sampai ke tempat tujuan, matahari juga sudah semakin ke arah barat. Ketiganya sudah tidak sabar untuk sampai.

"WOAAAA!" Teriak Haidar saat angin pantai sudah terasa padahal masih beberapa kilo meter lagi.

"HAIDAR MASIH JOMBLOO!" Itu Zoya, siapa lagi kalau bukan dia. Haidar praktis membelalakkan matanya mendengar kalimat gadis itu. Sementara Renza hanya memilih tergelak seperti biasa.

Dear Renza [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang