"Juan pulanggg!" Teriak Juan riang menuju ruang tamu.
"Woahh, kamu menang sayang?" Tanya Riana saat melihat Juan mengangkat sebuah piala besar.
Juan meletakkan tasnya ke meja lalu duduk di antara Dion dan Riana. Renza yang ada di hadapan mereka hanya tersenyum sumir melihat pemandangan itu.
"Hebatnya kapten Ayah ini. Padahal baru kelas satu udah bisa jadi kapten basket, juara lagi. Ayah bangga sama kamu." Dion mengusap pucuk kepala Juan. Kakaknya terlihat sangat bahagia.
Ayah bangga sama kamu.
Satu kalimat itu yang ingin Renza dengar dari ayah untuknya. Tapi ayah selalu mengucapkan itu untuk Juan. Berkali-kali Renza memenangkan lomba melukis, bahkan beberapa lukisannya dibeli dengan harga mahal oleh kementerian kebudayaan kota. Tapi tak sekalipun ayah mengatakan bahwa dia bangga kepadanya.
Kini mereka sudah remaja, sudah memasuki masa putih abu-abu. Dimana orang bilang menjadi masa paling indah dan tak ingin dilupakan. Renza berharap itu benar, ia ingin masa putih abu-abu ini menjadi saat-saat indah dalam hidupnya.
Oh iya, kali ini Renza dan Juan satu sekolah lagi. Renza tidak tahu ini hal baik atau buruk. Satu sisi Renza senang karena bisa bersama lagi dengan Juan, tapi di sisi lain Renza takut Juan akan mengalami kejadian seperti di masa SD dulu.
Renza dan Juan sama-sama masuk kelas IPA, hanya berbeda kelas saja. Seperti sebelum-sebelumnya, Juan mengambil ekskul basket. Kemampuan bermain basket Juan semakin meningkat, apalagi kini Juan ikut sekolah basket di tiap hari Sabtu.
Renza kali ini mengambil ekskul musik, itu karena tidak ada ekskul melukis di sekolah barunya. Meskipun begitu Renza tetap senang, karena bernyanyi dan bermain musik juga termasuk hobinya.
Tidak ingin mengganggu kebahagiaan Dion, Riana, dan Juan, Renza memilih kembali ke kamar. Ia merebahkan tubuhnya di kasur lalu mengetikkan sesuatu di ponselnya. Tak lama kemudian ponselnya bergetar, menampilkan satu nama.
Haidar🌞
Gue ada latihan sampe sore. Kalo mau, Lo tunggu aja sambil liat aksi gue mecahin tumpukan dana bansos.
17.46Eh maksud Gue tumpukan papan wkwk.
17.46Renza terkekeh membaca pesan dari Haidar. Anak itu suka sekali bercanda. Kemarin saat di sekolah Haidar mengajak Renza ke pantai. Renza sempat bingung mau menerima ajakan Haidar atau tidak karena pasti akan sampai di rumah pada malam hari.
Setelah mengumpulkan keberanian selama hampir satu jam, Renza segera turun untuk menemui Riana. Dilihatnya mamanya itu sedang menonton televisi. Ia berjalan perlahan untuk mendekat.
"Ma." Panggil Renza pelan.
"Kenapa?" Tanya Riana dingin, tak melihat ke arah Renza sedikit pun.
"Renza boleh nggak ke pantai besok sore bersama Haidar, teman sekolah Renza?" Balas Renza takut-takut.
"Terserah. Tapi kalau terjadi sesuatu Saya nggak akan ikut campur." Ucapnya datar.
"Makasih ya, Ma. Makasih.." Anak itu tersenyum lebar.
"Hm. Ya udah sana." Renza mengangguk kemudian meninggalkan Riana.
Renza begitu senang, baru kali ini Renza diizinkan pergi ke luar selain sekolah. Dengan perasaan itu Renza kembali ke kamar untuk memberi kabar pada Haidar bahwa dia diizinkan untuk pergi ke pantai.
Renza berpapasan dengan Juan di tangga. Kakaknya berlari menuruni tangga dengan tidak hati-hati sampai menyenggol bahu Renza. Ia terjatuh namun Juan hanya meliriknya kemudian menghampiri mama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Renza [TERBIT]
FanficMohon untuk tetap meninggalkan VOTE + KOMENTAR meski cerita sudah end. - DEAR RENZA - Hidup tidak berjalan menurut apa yang kita mau. Kadang, yang ingin sekali kita hindari justru terjadi. Biarpun begitu, kita sebagai manusia hanya bisa menerima dan...