16 - Ceroboh

5.2K 877 52
                                    

Ini adalah tahun terakhir bagi kedua putra Dion menghabiskan masa putih abu-abu. Juan semakin unggul dalam akademiknya dan Renza tak kalah bersaingnya dibanding Juan. Kedua nilai anak itu saling kejar-kejaran. Juan merasa frustrasi karena terkadang posisi peringkat satunya saat try out di rebut oleh Renza.

Hal itu membuat Juan melakukan berbagai cara agar adiknya tidak fokus belajar dan ia tetap bisa menduduki peringkat pertama. Apalagi saat ini ayah menjanjikan sebuah mobil untuk Juan jika dia mampu lulus dengan nilai terbaik.

Renza tak pernah berniat untuk menyaingi sang kakak dalam hal apa pun, termasuk urusan perempuan. Tapi entah kenapa Juan selalu merasa bahwa Renza adalah saingannya.

Zoya kini semakin dekat dengan Renza dan Juan semakin tidak suka. Tadi, Zoya yang masih berseragam cheers memberikan Renza setangkai mawar di hadapan banyak orang saat Renza tampil bernyanyi mewakili ekstrakurikuler saat MOS untuk adik kelas baru. Membuat seluruh penonton bersorak ria, termasuk tim basket yang dipimpin oleh Juan.

Semuanya terasa baik-baik saja sampai akhirnya sesuatu yang tidak mengenakkan terjadi pada Renza.

“SINI LO!” Teriak Juan pada Renza.

“Ada apa, Kak?” Renza menuruni tangga.

“CEPETAN WOI! LELET BANGET JALAN LO!” Juan semakin meningkatkan intonasi suaranya. Tak sabar lagi, pria itu menghampiri adiknya lantas menyeret lengan dengan paksa.

“Sakit, Kak.” Tubuh Renza terjatuh ke lantai saat tangan Juan menghempaskan dengan tenaga yang kuat.

“Gue udah bilang kan sama, Lo. Jangan deketin Zoya!”

“Aku nggak deketin dia Kak, aku juga nggak ada apa-apa sama Zoya. Kami cuma teman.”

“NGELES MULU!” Renza terdiam.

“Semenjak Lo kenal sama Zoya, hubungan Gue sama dia itu merenggang. Zoya yang tiap hari nyamperin Gue, yang kemana pun selalu sama Gue sekarang nggak lagi. Dan itu semua gara-gara, Lo!”

“Liat aja besok, kalau Gue masih liat Lo deket sama Zoya-“ Juan menjeda kalimatnya.

“Gue bakal bikin hidup Lo sengsara. NGERTI NGGAK?!”

“I-iya, Kak. Renza ngerti.”

Juan kemudian pergi meninggalkan Renza yang tangannya sedikit gemetar. Semakin dewasa, marahnya Juan semakin mirip bahkan sama dengan marahnya ayah. Kadang Renza justru lebih takut pada Juan daripada ayah, itu karena Juan lebih sering bersamanya dan Juan lebih sering marah kepadanya.

Tak jarang Renza mendapat pukulan atau perbuatan yang menyakitkan hati dari Juan. Renza sering dibuat kerepotan oleh ulah kakaknya. Anak itu dijadikan pembantu oleh kakaknya di rumahnya sendiri. Kadang Renza tak bisa belajar dengan tenang karena Juan yang selalu menuntut dibuatkan ini dan itu. Menyuruh melakukan ini dan itu. Renza tak pernah bisa menolak, karena jika dia menolak Juan tak segan-segan akan memukul atau mengadukan perbuatan yang tidak Renza lakukan pada sang ayah.

Renza bangkit kemudian berjalan menuju dapur. Banyak sekali tumpukan piring dan gelas kotor bekas teman-teman Juan yang datang tadi sore. Bungkus makanan juga berserakan. Dirinya bergidik ngeri saat melihat kemasan Paqui One Chip yang sepertinya Juan pakai untuk membuat konten di media sosial bersama kawan-kawannya.

Ah, Ia juga belum masak untuk makan malam, sepertinya ia harus segera menyelesaikan pekerjaan karena hari sudah mulai gelap.

Suara mobil mama terdengar memasuki garasi, ayah juga sudah duduk di ruang keluarga menunggu jam makan malam. Renza semakin mempercepat tangannya untuk bekerja, ia tak ingin makan malam jadi terlambat karena ulahnya.

Dear Renza [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang