Adiwarna langit menjelang senja begitu cantik di luasnya langit tanpa awan. Bulan dengan cahaya samarnya juga mulai menunjukkan eksistensinya. Lambat laun langit mulai menggelap, menelan semburat jingga yang menghiasi.
Pria dengan turtleneck putih dan outer hitam tengah menunggu seorang gadis yang akan meriasnya. Sesekali ia melihat ponsel, kalau-kalau ada pesan penting dari panitia penyelenggara acara.
"Zoy, gue pinjem kameranya ya. Mau ambil gambar yang pada nata lilin." Ucap Haidar lantas dibalas anggukan oleh Zoya.
Pria itu langsung ke luar dari ruang tunggu setelah mendapat izin dari si pemilik kamera. Ia berjalan menuju ballroom, di sana sudah ada banyak orang.
Beberapa panitia sibuk menata lilin di tiap sudut ruang dan di samping masing-masing kanvas. Lilin akan dinyalakan dan seluruh lampu akan dimatikan saat para pelukis sudah duduk di tempatnya.
Haidar mengambil banyak momen di sana sampai tidak terasa acara akan dimulai lima belas menit lagi. Ia berjalan menuju ruang tunggu sambil melihat-lihat hasil jepretannya.
Di dalam sana Renza masih sibuk dirias oleh Zoya. Perempuan itu begitu telaten 'melukiskan' compact powder di wajah indah kekasihnya. Haidar mencoba untuk mengabadikan momen itu.
Saat sedang memfokuskan kamera ke arah Renza, dirinya sempat mematung beberapa saat. Ia melihat mata Renza menatap wajah Zoya begitu dalam. Hal yang sudah lama ingin Haidar lakukan.
Setelah menangkap gambar itu Haidar lantas ke luar. Ia tidak ingin mengganggu kedua sahabatnya. Haidar duduk di taman seraya memperhatikan orang-orang di sekitar yang berlalu-lalang menunggu acara di mulai.
Kepalanya mendongak, menatap langit gelap yang sudah disinggahi beberapa bintang. Pikirannya melayang dan berhenti di masa-masa SMP nya.
Saat itu ia sedang mengikuti pertandingan taekwondo dan berhasil menyabet gelar juara. Salah satu juri di acara tersebut menghampiri dan mengucapkan selamat atas kemenangannya. Saat sedang berbincang, seorang gadis berusia 13 tahun berlari dan memeluk juri tersebut.
"Papa, Zoya cariin ternyata di sini. Ayok kita pulang, Pa." Rengek gadis kecil itu.
"Iya, sebentar. Papa lagi ngobrol sama Haidar." Balas sang papa. Zoya lantas memperhatikan Haidar yang dilehernya sudah menggantung sebuah medali.
"Selamat ya. Aku tadi lihat kamu. Hebat banget." Ucap Zoya dengan mengulurkan tangan mungilnya. Haidar tersenyum lantas menjabat tangan itu.
Tidak hanya sekali, seringkali Zoya dan Haidar bertemu di acara pertandingan taekwondo seperti itu. Zoya selalu menemani sang papa jika dirasa tidak ada kegiatan sekolah. Dari situlah Haidar dan Zoya saling mengenal dan mulai berteman.
Pada akhirnya mereka dipertemukan kembali di SMA. Haidar selalu takut mendekati Zoya, karena dia merasa minder. Di SMA Zoya dikenal sebagai seorang gadis primadona. Banyak sekali siswa tampan, kaya, dan pintar yang mendekati gadis itu termasuk Juan.
Tapi, Zoya adalah orang yang ramah dan tidak membeda-bedakan siapapun. Begitu tahu dia satu sekolah dengan Haidar, Zoya langsung menemuinya. Zoya bahkan juga kenal dengan teman-teman akrab Haidar di kelas.
Semakin hari Haidar semakin gelisah akan perasaannya terhadap Zoya. Hingga akhirnya dia mendengar rumor tentang hubungan Juan dan gadis pujaannya, Haidar kemudian semakin mengubur perasaan itu.
Ia berusaha menyibukkan diri dengan tugas sekolah dan ekskulnya. Bermain bersama Renza juga teman satu band-nya.
Suatu hari Renza bercerita mengenai gadis yang baru dikenalnya. Haidar langsung mengerti, seseorang yang Renza maksud adalah Zoya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Renza [TERBIT]
FanfictionMohon untuk tetap meninggalkan VOTE + KOMENTAR meski cerita sudah end. - DEAR RENZA - Hidup tidak berjalan menurut apa yang kita mau. Kadang, yang ingin sekali kita hindari justru terjadi. Biarpun begitu, kita sebagai manusia hanya bisa menerima dan...