Pagi ini hujan turun cukup deras membuat Renza tidak bisa ke sekolah menggunakan bus, jika perban di dahinya basah ia akan repot sendiri. Kini ia sudah berada di dalam mobil bersama Kang Mamat sambil membaca materi pelajaran yang sekiranya akan dibahas nanti.
Sesampainya di gerbang Renza segera menuju samping pos satpam untuk menitipkan payung yang ia pakai. Hujan seperti ini membuat teman-temannya datang lebih lambat dari biasanya, baru ada lima siswa yang ada di kelas termasuk dirinya. Karena masih sepi Renza memilih untuk tidur sebentar, semalam dia hanya tidur tiga jam dan matanya sangat mengantuk sekarang.
Seorang perempuan mengetuk pintu kelas dan menanyakan keberadaan Renza pada salah satu siswa yang sedang bermain game di ponsel. Perempuan dengan gaya rambut ponytail itu lantas mendekat ke arah Renza yang sedang tidur.
"Yah, tidur." Lenguhnya.
Dia memandangi wajah Renza yang tertidur pulas, perhatiannya langsung tertuju pada perban kecil di dahi pria itu. Sambil bertanya-tanya dalam hati penyebab luka itu, ia duduk menyamping di bangku depan meja Renza.
"Kok mager ya mau ke kelas lagi." Gumamnya lalu meletakkan kepala di meja Renza. Tak lama kemudian laki-laki itu terbangun dan begitu terkejut melihat kepala perempuan di atas mejanya.
"Eh, maaf jadi kebangun." Ucap gadis itu saat menyadari pergerakan Renza.
"Zoya?" Renza mengerjapkan matanya beberapa kali untuk bisa melihat dengan jelas perempuan yang sedang menyeringai di hadapannya.
"Itu kenapa?" Tanya Zoya menunjuk perban milik Renza.
"Oh, ini kena pinggiran meja." Jawab Renza berbohong.
"Loh kok bisa? Berdarah ya? Dijahit nggak? Terus sekarang masih nyeri? Sakit banget ya pasti?" Zoya melempar banyak pertanyaan yang membuat mata Renza membulat.
"Eh, aku gapapa kok, ini juga udah diobati. Kamu ngapain ke sini?" Tanya Renza sembari membenarkan posisi duduknya.
"Mau ketemu kamu hehe. Waktu itu aku mau ke sini tapi nggak jadi, makanya sekarang aku ke sini." Jelas Zoya, seseorang di depannya hanya mengangguk-anggukkan kepala.
Aneh, tapi Renza bisa langsung merasa akrab dengan Zoya. Sepanjang obrolan terasa sangat seru, padahal yang dibahas juga tidak penting. Rasanya, Zoya seperti satu frekuensi dengannya.
Zoya kadang juga melontarkan lelucon seperti Haidar yang bisa langsung membuatnya tergelak. Perempuan ini pandai sekali merebut hati Renza, ia bisa langsung merobohkan kecanggungan yang Renza rasakan.
Hujan juga sudah mulai mereda, kelas juga sudah mulai ramai. Lima menit lagi bel masuk akan berbunyi, Zoya harus kembali ke kelas. Setelah berpamitan, gadis itu langsung berlari kecil menuju XI IPA 1. Rambutnya bergoyang bersama pita rambut berwarna putih yang begitu cantik menduduki kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Renza [TERBIT]
FanfictionMohon untuk tetap meninggalkan VOTE + KOMENTAR meski cerita sudah end. - DEAR RENZA - Hidup tidak berjalan menurut apa yang kita mau. Kadang, yang ingin sekali kita hindari justru terjadi. Biarpun begitu, kita sebagai manusia hanya bisa menerima dan...