33 - Tawa

4.6K 792 65
                                    

Aroma teh jahe buatan ibu tercium harum membuat ketiga orang itu ingin segera menyesapnya. Sepasang suami istri pemilik rumah sederhana ini duduk bersandar di kursi kayu bersama anak dan kedua tamunya.

Renza mengambil libur kerja hari ini demi bisa menonton pertandingan basket kakaknya. Sore tadi dirinya datang bersama Zoya dengan membawa banyak makanan khusus untuk nonton bersama. Bapak dan ibu begitu senang dengan kehadiran mereka, karena sudah lama mereka tidak berkunjung untuk menghabiskan waktu bersama seperti ini.

Juan benar-benar telah menggapai mimpinya menjadi seorang atlet. Saat ini dirinya di pilih oleh PERBASI untuk ikut andil dalam mengharumkan nama Garuda di pertandingan olahraga bergengsi se-Asia Tenggara. Dion dan Riana jelas sangat bangga dengan prestasi anaknya. Pun dengan Renza yang tak kalah bangga karena kakaknya sudah bisa sampai di titik sekarang.

Haidar sudah menghidupkan televisi dan menampilkan dua orang komentator yang sedang membahas strategi timnas basket kali ini. Renza sudah tidak sabar ingin melihat aksi sang kakak memasukkan bola ke dalam ring. Hingga tibalah pertandingan di mulai. Kelimanya fokus dan sesekali bersorak saat timnas berhasil menepis lawan.

Di tengah-tengah keseruan itu, Renza memutar memori bertahun-tahun yang lalu. Sejak kecil kecintaan Juan pada bola basket sama seperti kecintaan Renza pada kegiatan melukis. Sangat besar.

Dulu saat masih TK setiap akhir pekan Juan, ayah, dirinya menghabiskan waktu untuk bermain bola basket di halaman. Renza diajari oleh Juan bagaimana caranya memegang dan melempar bola ke dalam ring. Saat itu rasanya begitu menyenangkan.

"Wouuhhh!" Sorak Haidar dan Renza saat Juan berhasil memasukkan bola untuk ketiga kalinya.

Di quarter kedua dan ketiga Juan bermain tidak semaksimal di quarter pertama. Wajahnya juga terlihat pucat, sangat jelas di layar televisi. Beberapa kali Juan juga seperti kehilangan fokusnya. Renza yang menyadari itu lantas merapalkan doa agar Juan tetap baik-baik saja.

Dengan kondisi yang kurang baik, Juan mampu menyelesaikan pertandingan hingga quarter keempat. Timnas berhasil masuk ke final dengan skor akhir 69-67 mengalahkan tim dari negara tetangga. Renza menghela napas lega, bersyukur akan hal baik itu.

Saat sedang asyik mengobrol sambil menghabiskan camilan, ponsel Renza bergetar. Menampilkan satu nama yang membuatnya tersenyum.

Ayah

Berhenti bekerja. Saya tidak ingin berita sampah itu muncul lagi.
20.01

Renza tidak langsung membalas pesan itu, ia justru mencari berita yang ayah maksud. Renza benar-benar tidak mengerti apa yang Dion bicarakan.

Mata Renza terbuka lebar saat membaca sebuah artikel dari sumber ternama yang membicarakan tentang dirinya dan sang ayah. Di dalam artikel itu ada foto Renza sedang melayani pengunjung di restoran.

Tidak hanya itu, di sana juga tertulis bahwa pengusaha properti terbesar telah menelantarkan dan membiarkan anaknya yang menyandang disabilitas.

Tidak lama kemudian satu panggilan masuk ke ponsel Renza, pria itu segera ke luar dan menyambungkan teleponnya. Haidar dan Zoya langsung berpandangan, sama-sama kaget melihat Renza yang begitu tergesa-gesa.

"Hal-"

"Berhenti bekerja atau Saya tidak akan mau lagi melihat kamu di hidup Saya."

Suara Dion dari balik telepon memutus ucapan Renza begitu saja.

"Tapi, Yah. Renza harus bekerja." Tutur Renza.

Dear Renza [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang