Baru pukul sembilan tapi perut Renza sudah berbunyi minta diisi. Pelajaran hari ini juga sudah membuat kepala pusing, membahas soal-soal yang sekiranya akan keluar di ujian nanti. Tak hanya dirinya, banyak dari teman-teman yang juga sudah meletakkan kepala di meja. Seminggu terakhir ini kelas hanya diisi dengan mengerjakan atau membahas soal yang tak ada habisnya.
Bel yang terdengar merdu untuk saat ini telah berbunyi. Serentak seluruh siswa mengangkat kepala dan bersiap lari menuju kantin. Hanya tinggal menunggu gurunya menutup pembelajaran, maka satu per satu dari mereka akan keluar.
Benar saja, satu langkah gurunya keluar dari kelas para siswa sudah berlarian berebut siapa dulu yang keluar dan meuju tempat penuh makanan itu. Renza menyandarkan tubuhnya di kursi , kemudian merogoh uang di sakunya.
Dia kembali memasukkan uang pecahan sepuluh ribu itu lalu mengeluarkan sepotong roti tawar yang ia bawa dari rumah. Saat sedang mengunyah suapan pertamanya, ia dikejutkan oleh suara seseorang yang memanggil namanya.
"Renzaaa!"
Pria itu menghela napas lalu tersenyum melihat gadis itu berlari ke arahnya sambil kerepotan membawa dua tempat makan serta dua kotak susu cokelat dingin. Renza tak habis pikir dengan setiap hal yang Zoya lakukan. Dia selalu bisa membuatnya tersenyum.
"Ini aku buatkan bekal, lalu ini susu yang ku beli di kantin." Ucap Zoya lalu membuka kotak makannya.
"Aishh, kok malah dianggurin. Di buka Renzaaa. Ayo makan bareng Zoya." Tutur Zoya saat melihat Renza hanya memperhatikannya.
"Makasih banyak ya, Zoya."
"Iya, sini aku bukain." Zoya membuka tempat makan milik Renza, menampilkan nasi goreng dengan sosis dan telur mata sapi. Aromanya membuat Renza semakin lapar. Pria itu kemudian memakan bekal buatan Zoya dengan sangat lahap sampai habis tak tersisa.
Waktu istirahat masih sekitar lima menit, Zoya memilih untuk menghabiskan dengan mengobrol bersama Renza. Tapi di tengah-tengah obrolan, Renza melihat Juan berjalan melewati kelasnya. Mata mereka sempat beradu melalui kaca jendela. Juan jelas melihat keberadaan Zoya di sana, mungkin nasib buruk akan menimpa Renza malam ini.
"Ren!" Teriak Haidar di ambang pintu, tiba-tiba sekali anak itu datang.
"Masuk aja, gapapa." Ucap Renza kemudian Haidar masuk. Pria itu langsung duduk di atas meja samping Renza.
"Kak Juan." Bisik Haidar. Renza hanya diam dan mengangguk.
Zoya yang paham dengan apa yang sedang dibahas oleh Renza dan Haidar mulai membuka suara.
"Kalau kamu iziinin, aku bisa ngomong sama Juan. Kamu pasti nggak nyaman sama hubungan yang kayak gini."
"Jangan." Balas Renza, kemudian bel masuk berbunyi. Dengan terpaksa Zoya segera berpamitan untuk kembali ke kelas.
"Kalo ada apa-apa hubungin Gue." Ucap Haidar sambil menyambar susu kotak Renza yang baru di minum seteguk, kemudian kembali ke kelasnya sendiri.
Apa pun yang terjadi nanti Renza akan hadapi. Hari ini ia akan berani mengatakan bahwa ia ingin mempertahankan hubungannya dengan Zoya. Kali ini ia tak ingin Juan mengambil apa yang sudah ia miliki.
Zoya meletakkan tempat makan di mejanya, saat akan memasukkan ke dalam tas tiba-tiba Juan menghampirinya. Pria itu diam memperhatikan Zoya sampai selesai dengan kegiatannya. Gadis itu menatap Juan, begitu pun sebaliknya.
"Aku mau bicara sama kamu sepulang sekolah, aku tunggu di tempat biasa." Tutur Juan. Pria itu tersenyum, senyum tulus yang biasa diberikan pada gadis di hadapannya.
Satu per satu siswa mulai masuk kelas, Juan kembali ke tempatnya. Zoya masih terdiam di bangkunya, menerka-nerka apa yang akan Juan bicarakan nanti.
Sebenarnya hubungan Juan dan Zoya itu baik-baik saja, bahkan sangat baik. Zoya memang sudah dekat dengan Juan sejak mereka bertemu di pertandingan basket dua tahun yang lalu. Saat itu banyak teman-teman cheers yang berfoto bersama dengan tim basket sekolah dan Zoya yang kebetulan ada di sebelah Juan mengucapkan selamat atas kemenangan timnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Renza [TERBIT]
FanfictionMohon untuk tetap meninggalkan VOTE + KOMENTAR meski cerita sudah end. - DEAR RENZA - Hidup tidak berjalan menurut apa yang kita mau. Kadang, yang ingin sekali kita hindari justru terjadi. Biarpun begitu, kita sebagai manusia hanya bisa menerima dan...