Siang semuaaa
Makasih yang masih setia baca Dear Renza.
Support tulisan aku dengan VOTE + KOMENTAR ya..
Yang kasih votmen semoga bisa cepet-cepet ketemu bias^^
Selamat membaca~
________________
Pria itu melihat plafon di atasnya dengan pandangan kosong. Tangannya sudah dipasang infus sejak dua jam yang lalu. Pikirannya menerawang hingga memikirkan tentang kematian.
Cairan bening itu mengalir begitu saja, membasahi wajah tegas yang kini berubah sayu. Hasil diagnosis dokter yang menyatakan bahwa dirinya mengidap kanker lambung. Penyakit itu sudah memasuki stadium lanjut, ia harus mulai menjalani pengobatan. Entah itu melalui operasi ataupun kemoterapi.
Sakit lambung yang selama ini dikira hanya karena sensitif ternyata adalah gejala bibit-bibit kanker itu muncul. Dirinya memang bukan seorang perokok aktif apalagi peminum, kanker itu ada karena faktor keturunan. Ia tahu betul, mendiang sang kakek juga mengidap kanker lambung dan pada akhirnya meninggal dunia. Ia takut akhir hidupnya sama seperti sang kakek.
Kondisinya menurun sejak mempersiapkan pertandingan basket satu pekan yang lalu. Setelah memenangkan pertandingan kondisinya semakin memburuk hingga akhirnya jatuh pingsan di kelas saat mempresentasikan tugas di hadapan dosen.
Juan masih belum memberitahu hal ini pada Dion dan Riana. Dia belum siap melihat kedua orang tuanya sedih. Setelah cairan infusnya habis, ia akan segera pulang dan beristirahat tanpa menunjukkan kegelisahan sedikitpun.
Di tempat lain Dion terlihat begitu frustrasi. Pria itu membanting lembaran-lembaran koran yang berisi berita tentang dirinya. Tangannya meraih remote tv lalu beberapa kali mencari channel yang menyiarkan acara berita.
Rahangnya mengeras, tangannya juga sudah mengepal. Ia lempar remote itu ke sembarang arah lalu pergi meninggalkan ruangan kerjanya.
Semuanya begitu cepat terjadi, baru seminggu yang lalu Dion menyuruh Renza untuk resign dari tempatnya bekerja, kini berita ngawur lainnya sudah bermunculan lagi.
Berita mengenai Renza yang ditelantarkan oleh Dion kini berkembang menjadi berita bahwa Renza bekerja dan tidak mendapatkan fasilitas dari Dion karena ia adalah anak cacat yang lahir dari istri simpanan si pemilik perusahaan properti terbesar itu.
Artikel lain juga memberitakan bahwa Dion adalah seorang pemimpin perusahaan yang memiliki banyak muka. Ia bersikap baik, bijaksana, dan seolah sosok kepala keluarga yang luar biasa di depan publik. Tapi, dia adalah sosok suami dan ayah yang buruk. Tega menduakan seorang istri cantik dan sukses demi menikahi perempuan lain yang sampai detik ini tidak diketahui seperti apa sosoknya, serta seorang ayah yang memperlakukan anaknya dengan tidak baik.
Rumor-rumor yang sudah berseliweran di media sosial bahkan berita nasional itu membuat banyak rekan bisnis Dion membatalkan bahkan menarik kembali kesepakatan kerjasama yang sudah dibuat. Orang-orang yang juga sudah mempercayai perusahaan Dion pun satu per satu pergi.
Pria itu menaiki mobil lalu menancapkan gasnya sekencang mungkin. Melesatkan kendaraan membelah ramainya jalanan di jam pulang kerja.
Ia menghentikan mobilnya di sebuah halaman rumah lalu berjalan menuju ke beberapa deret kamar. Dion mengetuk kasar salah satu pintu dengan pajangan sebuah lukisan pantai di sampingnya.
Tak ada respon dari penghuni kamar, Dion lantas merogoh ponsel di saku jasnya. Mencari sebuah nama lalu memulai panggilan.
Satu panggilan, dua panggilan, hingga di panggilan ketiga tidak ada balasan. Dion meremat ponselnya geram.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Renza [TERBIT]
FanfictionMohon untuk tetap meninggalkan VOTE + KOMENTAR meski cerita sudah end. - DEAR RENZA - Hidup tidak berjalan menurut apa yang kita mau. Kadang, yang ingin sekali kita hindari justru terjadi. Biarpun begitu, kita sebagai manusia hanya bisa menerima dan...