Hari ini adalah hari pertama bagi kedua putra Dion masuk ke bangku SMP. Keduanya sekolah di tempat yang berbeda. Seperti biasa, mereka melakukan sarapan pagi bersama.
“Ada sesuatu yang kamu butuhkan lagi nggak sayang?” Tanya Riana pada Juan.
“Engga kok, Ma. Udah semua.” Balas Juan.
“Formulir ekstrakurikuler kemarin sudah di isi, Juan?” Pria di hadapan Renza itu bertanya.
“Sudah, Yah. Juan ambil ekskul basket.” Jawab Juan setelah menelan makanannya dengan sempurna.
“Bagus itu, bakat kamu memang harus dikembangkan.” Ucap Dion tersenyum.
Kalian menunggu apa? Mereka tidak akan bertanya apapun pada Renza. Renza juga tak akan mengatakan apapun. Dia sudah cukup besar untuk mengerti bahwa tak ada satupun dari mereka yang ingin mendengarkan cerita atau pendapatnya.
Renza sesekali melirik ke arah Riana. Membuat Riana ingat satu hal. Perempuan itu pergi ke dapur lalu kembali dengan kotak berwarna biru. Ia membuka kotak itu di samping Renza.
“Ini Mama buatkan kue untuk kamu ya..” Riana memasukkan sendok kecil ke dalam kotak itu.
“Juan.” Senyum Renza yang hampir mengembang sempurna langsung padam seketika.
Ternyata mama mendekati dia bukan untuk memberikan kue itu, melainkan mengambil sendok yang ada di dekatnya. Mama hanya membuat kue itu untuk Juan saja. Renza tidak heran, itu sudah biasa terjadi.
Akhirnya Renza memilih mengambil dua lembar roti tanpa ditambah selai apapun lalu memasukkannya ke dalam plastik bening. Ia masukkan itu ke dalam tas untuk dimakan saat jam istirahat nanti.
Meskipun uang saku Renza lancar, ia tetap harus berhemat karena ia akan membeli keperluan apapun dengan uangnya sendiri. Ia tidak ingin merepotkan kedua orang tuanya. Lebih dari itu sebenarnya dia takut meminta apapun pada Dion atau Riana, karena pada akhirnya ia hanya akan kena marah. Sekalipun uang yang ia minta memang untuk keperluan sekolah.
Renza menatap sang ayah yang merangkul kakanya masuk ke dalam mobil. Batinnya mengatakan jika ia juga ingin dirangkul seperti itu. Apalagi diantar ke sekolah di hari pertama. Pasti akan sangat menyenangkan. Juan juga pasti sedang bahagia sekarang, terlihat dari senyumnya yang terus mengembang.
“Ayok Renza, Kang Mamat antar ke sekolah.” Lamunan Renza terhenti. Ia segera berangkat agar tidak terlambat.
Sekolah sudah nampak ramai. Terlihat mana siswa yang baru dan mana yang bukan, itu dibedakan dari pakaian yang dikenakan. Renza masih harus memakai seragam merah putih di tiga hari pertama ini. Ya, untuk kegiatan MPLS.
Tidak berbeda jauh dengan masa sekolahnya dulu, di sini teman-teman juga membahas masalah fisiknya. Meskipun tidak membicarakannya secara langsung, tatapan dan pandangan mereka terasa sama.
Renza tidak ingin mengambil pusing tentang itu. Toh, sudah biasa ia diperlakukan seperti ini. Renza hanya ingin MPLS cepat selesai dan KBM berjalan seperti biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Renza [TERBIT]
FanfictionMohon untuk tetap meninggalkan VOTE + KOMENTAR meski cerita sudah end. - DEAR RENZA - Hidup tidak berjalan menurut apa yang kita mau. Kadang, yang ingin sekali kita hindari justru terjadi. Biarpun begitu, kita sebagai manusia hanya bisa menerima dan...