36 - Masih Sama

4.4K 751 39
                                    

Renza terbangun dari pingsannya. Tubuhnya sudah bisa merasakan dinginnya lantai. Mengerjapkan mata beberapa kali, manik mata itu mengamati tempat apa yang sekarang ia duduki.

Ini adalah gudang yang sempat ia bersihkan sebagai hukuman dari ayah. Itu artinya Renza sedang berada di rumah. Ia  berdiri lantas berjalan mendekati pintu.

Tangannya mulai mengetuk pintu dengan kuat beberapa kali sambil memangil-manggil Dion. Hingga tangannya sakit dan suaranya hampir habis, sama sekali tak ada tanda-tanda dari Dion akan membukakan pintu.

Ia terduduk lantas berpikir kenapa sang ayah mengurungnya di sini?

Hampir satu jam Renza diam di sini bersama segala tanya yang ada di kepala. Di tengah-tengah diamnya, pintu gudang di buka kasar dari luar. Menampilkan Dion dengan wajah murka dan tatapan nyalangnya.

"Ayah.." Ucap Renza seraya mundur beberapa jengkal saat tubuh besar Dion mendekat.

Pria itu melempar gulungan koran pada Renza. Anak itu lantas membuka dan membaca sebuah judul yang bisa langsung ia pahami.

"PUAS KAMU SUDAH BERHASIL MENJATUHKAN NAMA SAYA?! PUAS?!"

"Maafin Renza, Yah. Tapi, Renza langsung berhenti bekerja setelah ayah telepon malam itu." Jelas Renza.

"IYA, TAPI SEMUANYA TERLAMBAT!"

"NAMA BAIK SAYA HANCUR, BANYAK FITNAH, DAN SAYA RUGI BESAR!"

"Maaf Yah. Renza nggak tau."

"TERSERAH!"

"Sebagai hukuman, kamu akan tetap di sini sampai masalah Saya selesai." Final Dion kemudian ke luar dan mengunci pintu kembali.

"Ayah, tapi Renza harus pergi ke kampus. Tolong buka pintunya, Yah." Teriak Renza dari dalam yang tak didengar sama sekali oleh sang ayah.

Dion berpapasan dengan Juan yang baru saja masuk rumah. Pria itu menatap datar sang anak lalu pergi dengan mobilnya. Baru pertama kali Juan mendapat tatapan seperti itu dari sang ayah. Rasanya sedikit sakit.

Juan lantas masuk ke kamar untuk mengambil dompet yang tertinggal. Setelah mengantongi benda berisi kartu penting dan beberapa lembar uang bewarna merah, laki-laki itu menuju garasi. Ia berniat mengambil helm temannya yang dititipkan beberapa hari yang lalu.

Di perjalanan ia seperti mendengar suara dari arah gudang. Pria itu lantas mengeceknya.

"Di kunci." Ucap Juan saat tangannya berusaha membuka pintu.

Detik berikutnya suara Renza terdengar meminta tolong agar pintu dibukakan. Juan begitu terkejut, bagaimana bisa Renza ada di dalam sini. Tapi, tak perlu waktu lama bagi Juan untuk bisa segera mengerti bahwa ini adalah ulah sang ayah.

"Siapapun tolong keluarkan Renza dari sini." Teriak Renza sambil menggedor-gedor pintu.

Juan terdiam memandangi gagang pintu. Ia tidak tahu apa yang harus diperbuat. Ingin membantu Renza tapi ia takut sang ayah mengetahuinya. Di sisi lain ia juga sedang memendam kekesalan pada sang adik.

Akhirnya ia melangkah pergi, membiarkan Renza terkurung di rumahnya sendiri.

Akhirnya ia melangkah pergi, membiarkan Renza terkurung di rumahnya sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dear Renza [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang