27 - Rumah Kedua

4.6K 868 44
                                    

Hallo! Jangan lupa tinggalkan VOTE + KOMENTAR kalian yaaa.

Mohon maaf jika ada typo ataupun part kurang menarik. Kritik dan saran sangat diperbolehkan..

Selamat membaca^^
______________

Semakin dekat dengan rumah semakin jantungnya berdetak tak karuan. Banyak skenario yang muncul di kepalanya, antara di sambut dengan hangat karena peringkatnya atau justru malah sebaliknya karena sudah membuat posisi Juan turun.

Renza memasuki rumah dengan perasaan tak karuan. Ia berusaha membuat dirinya tenang dengan mengambil napas panjang dan mengembuskan beberapa kali. Langkah kakinya terhenti saat Dion dan Riana berdiri di ruang tamu bersama Juan yang terlihat lunglai di sofa.

“Dari mana kamu?” Tanya Riana datar. Belum juga menjawab, suara Dion membuatnya tersentak.

“UDAH NGERASA TOP KAMU, IYA? SENANG UDAH BISA JADI LULUSAN TERBAIK?”

“Ayah kenapa marah sama Renza? Bukankah harusnya Ayah bangga sama Renza?”

“Ayah akan lebih bangga kalau Juan yang jadi lulusan terbaik, bukan kamu!” Ketus Dion.

“Tapi kenapa, Yah?”

“SAYA JADI GAGAL MENUNJUKKAN BAHWA LULUSAN TERBAIK DARI SMA FAVORIT SE-INDONESIA ITU JUAN.”

“Bukankah sama saja jika itu adalah Renza?” Tanya Renza sendu.

“JELAS BERBEDA, RENZA!”

“Kenapa, Yah? Ayah malu menunjukkan ke publik bahwa lulusan terbaik itu adalah anak yang cacat, iya Yah?” Ucap Renza dengan suara yang bergetar. Dion terdiam.

“Kenapa sih kalian nggak pernah menghargai usaha Renza? Renza nggak pernah minta apa-apa sama kalian, Renza hanya ingin dihargai dan dan pandang ada di rumah ini. Bukankah itu mudah?”

“UDAH BERANI JAWAB YA KAMU?!”

“Renza nggak bermaksud kurang ajar, tapi Renza udah capek Yah, Ma. Selalu saja Kak Juan yang kalian perhatikan. Selalu saja kakak yang kalian sayang, yang kalian pedulikan, yang kalian bangga-banggakan. Ren-"

PLAK!

Tangan kekar Dion menampar pipi Renza, Juan dan Riana lantas menoleh ke arah si bungsu.

“KARENA RENZA BUKAN ANAK KALIAN KAN? IYA KAN? MAKANYA KALIAN SELALU PILIH KASIH SAMA RENZA! KALIAN SELAU ACUH SAMA RENZA, KARENA RENZA CUMA ANAK ANGKAT DI KELUARGA INI!”

Kalimat itu akhirnya keluar dari mulut Renza. Dion dan Riana praktis terdiam mendengar ucapan anak bungsunya. Pun dengan Juan yang sama sekali tidak mengetahui fakta itu, dia bahkan tidak bisa berpikir untuk beberapa saat.

“Renza..” Lirih Dion.

“Kenapa baru sekarang Renza tahu kebenaran ini setelah sekian banyak rasa sakit yang Renza terima? Kenapa kalian nggak pernah bilang dan malah melampiaskannya dengan cara mengacuhkan Renza? Kenapa?”

Dion dan Riana benar-benar terbungkam.

“Maaf karena Renza sudah menjadi beban untuk kalian selama ini. Mungkin keluarga ini akan lebih bahagia jika tidak ada Renza. Renza akan segera pergi supaya kalian nggak perlu susah-susah menyembunyikan anak cacat ini. Terimakasih untuk semuanya, Yah. Ma.”

Renza sudah tak mampu lagi menahan segala rasa sesak itu di dadanya. Anak itu sudah tak mampu lagi untuk diam, dirinya kini sudah meledakkan semua yang telah lama ia pendam. Rasa sakit, kesedihan, ketakutan, dan perasaan pedih lainnya semua ia keluarkan hingga membuat sepasang suami istri di hadapannya tak mampu berkata-kata lagi.

Dear Renza [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang