Siang nanti hasil ujian sekolah akan diumumkan. Renza sangat penasaran dengan nilainya apa kah sesuai target atau tidak. Dia ingin sekali setidaknya mendapat juara kedua atau ketiga, karena nilai terbaik pasti akan diduduki oleh Juan.
Di meja makan pun Juan tak kalah antusias dengan Renza, ia mengatakan bahwa sudah tidak sabar melihat siapa yang akan mendapat peringkat pertama sekolah. Riana dan Dion mengatakan bahwa Juan tidak perlu risau karena sudah pasti ia yang akan mendapat gelar siswa dengan lulusan terbaik. Itu karena Juan sudah belajar dengan maksimal bahkan nilai simulasi tertinggi juga di raih oleh Juan.
Setelah Juan keluar dari rumah sakit hingga hari ini Renza sudah tidak diperlakukan buruk lagi oleh Juan. Tidak ada perintah, tidak ada bentakan ataupun kata-kata kasar apa lagi perbuatan kasar. Hanya saja kakaknya tidak banyak interaksi dengannya, jarang bicara, juga lebih sering menghindar. Entah lah tapi Renza agak sedih meskipun tekanannya sedikit berkurang.
Renza masih belum ingin membahas mengenai kebenaran tentang siapa dirinya kepada Dion dan Riana. Dia hanya masih diam menyimpan itu sampai tiba waktunya dirinya siap untuk membahas semuanya. Renza hanya masih belum bisa menerima seutuhnya tentang fakta itu.
“Sayang, kamu udah siap buat ikut tes masuk univ kan?” Tanya Riana pada Juan setelah menelan potongan apel di piringnya.
“Udah, Ma. Tapi, Juan masih boleh basket kan? Mimpi Juan masih sama, atlet basket.”
“Iya dong sayang, tentu boleh. Mimpi anak Mama itu nomor satu.” Ucap Riana dan disetujui anggukan kepala oleh Dion.
Mimpi anak Mama itu nomor satu.
Anak Mama.
Renza diam, dia tak ingin ikut campur pembicaraan keluarga ini. Memangnya siapa dia ingin ikut bergabung dalam obrolan hangat itu? Dia hanya anak angkat keluarga ini yang diasuh karena kedua orang tua yang telah meninggal. Di asuh atas dasar rasa kasihan.
Renza sendiri sudah memiliki rencana ke depannya. Ia juga sudah belajar dengan giat untuk bisa mendapatkan beasiswa. Ia juga nantinya akan ingin bekerja part time lagi, tapi sebelum itu ia akan meminta izin pada ayah dahulu. Jika tidak diizinkan maka ia akan mencari berbagai cara sampai ayah memberi izin. Lagi pula usianya sudah legal untuk bekerja, ayah pasti bisa mempertimbangkan.
Selesai sarapan Renza membereskan meja makan lalu mencuci peralatan makan yang kotor. Setelah itu ia berencana untuk melukis di halaman belakang sambil menunggu pengumuman dari sekolah.
Juan kini tengah bermain playstation bersama ayah, sedangkan Riana membaca majalah di sofa sambil sesekali meledek ayah yang kalah skor dari Juan.
Bahagia sekali ya mereka.
Zoya sedang menyiapkan beberapa makanan dan minuman yang sudah ia masukkan ke dalam keranjang. Ia juga sudah melipat karpet kain mininya untuk ia bawa juga. Gadis ini berniat mengajak Renza dan Haidar menunggu hasil ujian bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Renza [TERBIT]
FanfictionMohon untuk tetap meninggalkan VOTE + KOMENTAR meski cerita sudah end. - DEAR RENZA - Hidup tidak berjalan menurut apa yang kita mau. Kadang, yang ingin sekali kita hindari justru terjadi. Biarpun begitu, kita sebagai manusia hanya bisa menerima dan...