15 - Gadis Pertama

5.6K 880 33
                                    

Awan putih berserat halus dengan background langit biru yang disinar matahari terlihat seperti bulu burung yang masih muda. Gemerisik dari daun-daun yang bergesekan sebab tertiup angin menjadi suara yang candu untuk didengar. Udara yang tak panas juga tak dingin terasa pas untuk dirasakan di pagi menjelang siang ini.

Pria dengan kaos warna peach terang dan bercelana panjang putih duduk di hamparan rumput yang luas seraya mendengarkan sebuah musik instrumental berjudul love story yang dibawakan oleh Richard Clayderman. Sesekali matanya terpejam menikmati alunan nada yang yang terasa menenangkan.

Gadis bersurai hitam yang dihiasi dengan bandana bewarna senada dengan pakaian, berjalan pelan kemudian ikut duduk di samping si pria. Tidak ingin menganggu laki-laki yang tengah larut dalam musik yang mengalun, perempuan itu hanya duduk dan mengamati.

Lekukan wajah itu terlihat sempurna. Hidung mancung dan dagu lancip dengan tulang rahang yang tidak begitu tegas sangat pas di wajahnya yang kecil. Dua alis yang simetris di dahinya yang sempit dan bibir merah mudanya nampak indah saat berpadu dengan kulitnya yang putih. Ah, jika dia membuka mata pun sepasang manik hitam itu juga begitu teduh bersarang di kelopak matanya yang sipit.

Pria itu membuka mata dan melepas headset-nya, menghadapkan tubuh ke arah Zoya. Lamunan Zoya lantas terhenti dan ia segera membenarkan posisi duduknya. Suasana sedikit canggung, membuat Zoya membuka suara.

"Maaf, pasti kamu nunggu lama ya?"

"Gapapa. Cuma sepuluh menit kok. Lagian di sini juga enak."

Beberapa hari yang lalu mereka bertukar nomor ponsel dan semalam Renza mengirim pesan singkat pada Zoya. Dia berterima kasih dan meminta maaf sebab Zoya jadi terlambat masuk ke kelas karena mengobati luka di tangannya. Zoya bilang jika permintaan maafnya ingin diterima ia harus mau bermain bersama di Minggu pagi. Akhirnya Renza mengiyakan permintaan itu dan Zoya mengirim sebuah lokasi melalui pesan.

Renza sendiri tidak tahu kegiatan apa yang akan mereka lakukan selama di tempat ini. Kemudian Zoya meraih tangannya, menariknya ke sebuah tempat. Matanya membulat saat menangkap sebuah kain yang digelar bersama sebuah keranjang rotan, minuman , dan makanan yang sudah ditata apik diatasnya.

"Ini kamu yang siapin?" Tanya Renza yang dibalas anggukan mantap oleh perempuan yang menyuruhnya untuk duduk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ini kamu yang siapin?" Tanya Renza yang dibalas anggukan mantap oleh perempuan yang menyuruhnya untuk duduk.

"Bagus nggak? Aku telat karena nyiapin ini hehe." Balas Zoya dengan senyum lebarnya.

"Bagus banget. Ah, kalau aja aku tau kamu bikin ini aku bakal melukis juga di sini." Ucap Renza.

"Kamu bisa melukis?" Tanya Zoya antusias. Renza mengangguk diiringi dengan segaris senyum yang begitu indah.

"Wahhh, kapan-kapan kita harus buat acara kayak gini lagi sih. Sekalian kamu bawa perlengkapan melukis. Pasti seru."

Di sini mereka terlihat begitu menikmati waktu yang ada. Renza juga sepertinya bahagia, senyumnya begitu lepas dan tanpa beban. Zoya suka dengan senyuman yang terbit dari wajah pria di depannya ini. Ingin sekali Zoya melihat senyum itu setiap hari, hingga akhirnya dia memberanikan diri untuk menawarinya berfoto.

Dear Renza [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang