10 - Namanya Zoya

6.5K 1K 68
                                    

Pria bercelana seragam abu dengan kaos putih polos tengah sibuk menyiapkan dua bekal sekolah. Menata setiap lauk dengan rapih, tak lupa ia mengambil dua kotak minuman cokelat yang di satukan dalam tas bekal.

Selesai dengan urusan perbekalan, remaja itu kemudian menyiapkan sarapan di meja makan. Sambil menunggu seluruh keluarganya berkumpul, ia menata puring dan sendok untuk ayah, mama, dan kakaknya.

"Kak." Sapa Renza, yang disapa hanya mengangguk.

"Pagi sayang, Juan." Riana menyapa putra sulungnya seraya membenarkan jepit rambutnya. Dia terlihat cantik dengan blazer berwarna pink dan rok selutut dengan warna senada.

Ah, Renza jadi ingin disapa hangat seperti itu juga. Anak itu hanya tersenyum saat mata sang mama melihatnya sekilas.

Sarapan kali ini sepertinya Dion begitu menikmati masakan Renza, terbukti sampai menambah lauk beberapa kali. Dion suka sekali udang saus mentega, berhubung di kulkas ada udang jadilah Renza terpikirkan untuk memasak menu kesukaan sang ayah tersebut.

"Ayah suka ya?" Tanya Renza saat Dion menyendok udang untuk ketiga kalinya.

"Lumayan." Jawab Dion singkat. Senyum Renza praktis merekah, ia sangat senang sekali masakannya disukai Dion.

Renza menghabiskan sarapannya pertama kali, saat melihat Juan mengakhiri suapannya ia segera menuju meja dapur untuk mengambil bekal yang sudah ia siapkan tadi. Dengan perasaan senang Renza memberikan kotak itu untuk Juan.

"Kak, tadi aku buatkan bekal. Nanti jangan lupa dimakan ya." Ucapnya seraya menyodorkan kotak itu pada sang kakak.

"Thanks." Balas Juan menerima bekal dari adiknya. Lagi, anak itu tersenyum karena usahanya diterima.

Dion dan Riana berjalan beriringan mengantar Juan ke motor, sedangkan Renza masih menahan diri di balik pintu agar tidak merusak suasana. Setelah ketiganya pergi, Renza lantas berjalan menuju halte.

Selama perjalanan menuju sekolah Renza mendengarkan musik klasik 90-an melalui headtset yang terhubung dengan ponselnya. Matanya terus melihat ke luar jendela, menyaksikan motor yang saling salip dengan kendaraan lain.

Sesampainya di halte tujuan, ia perlu berjalan kaki sedikit agar bisa sampai gerbang sekolah. Para siswa juga sudah banyak yang berdatangan, ia lantas mempercepat langkah.

Kelas juga sudah ramai dengan berbagai kegiatan, mulai dari sarapan, berebut PR teman, hingga tidur di pojokan. Renza kini memilih duduk sambil membaca ringkasan materi yang sudah ia buat.

Saat istirahat Renza kehabisan air minum karena sejak pagi tenggorokannya terasa kering, sehingga habis selama jam pelajaran. Ia memutuskan untuk membeli air mineral di kantin, sekalian ke toilet pikirnya.

Renza memilih untuk ke toilet dulu baru ke kantin, tapi saat hendak menuju kantin ia melihat Juan dan teman-temannya sedang bercanda. Ada kotak bekal yang Renza siapkan juga tadi pagi, tapi bukan Juan yang memakannya melainkan salah satu temannya.

"Bekal Lo enak loh padahal. Kenapa nggak mau makan?"

"Nggak ah males. Lagian juga cuma kayak gitu, Gue mau ke McD aja nanti." Ucap Juan.
Renza yang mendengar pembicaraan mereka lantas menghela napas, berusaha untuk tidak bersedih.

Lagian juga cuma kayak gitu.

Mungkin makanan yang disiapkan kurang menarik, lain kali akan membuat yang lebih baik, pikirnya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dear Renza [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang