42 -BREAK UP-

3K 175 0
                                    

Hellow,
Happy reading.

🌼🌼🌼

-17.00 PM-

Rumor akan keberadaan Bara mulai menguar dikarenakan tidak terdapat kemunculan sang gitaris pada beberapa wawancara ekslusif di Monterrey.

Publik yang mengharapkan kemunculan keempat anggota SPARTA mulai resah karena dalam 2 hari lagi akan diadakan konser, sedangkan keberadaan Bara terkesan dirahasiakan.

Mau tidak mau, Bara harus segera kembali.

Dan untuk membuatnya kembali, itu semua adalah pekerjaan George. Karena Ia yang awalnya memberikan pilihan untuk Bara pergi.

"Karena telah banyak rumor yang beredar jadi Zeppelin -Private plane milik SPARTA- tidak bisa menjemputmu. Tapi aku sudah memesan penerbangan khusus menggunakan private jet dengan jam yang sama."

"Got it."

Sedikit terkejut akan jawaban Bara, dari seberang sana George tertawa geli.

"Really, what's the matter? Aku bahkan sudah menyiapkan argumen karena berpikir kau tidak lagi ingin kembali."

Walau kesal, Bara juga tidak bisa menyembunyikan senyuman miringnya.

"Sialan."

Umpatan kesal lagi-lagi terdengar begitu menghibur ditelinga George.

"We have a lot of work to do, kau tentu harus kembali." Ujar George kemudian. Tak ada lagi nada gurau didalam ucapannya, hanya nada sungguh-sungguh yang sukses membuat Bara sadar akan posisinya.

Akhirnya setelah mendengar gumaman yang diyakini George sebagai persetujuan, keduanya kemudian mematikan sambungan telepon tersebut.

🌼🌼🌼

Di sisi terdalam bandara regional Monterey-CA terdapat sebuah private lounge bagi penumpang khusus penerbangan pribadi bergaya rustic.

Bara memasuki ruangan sepi tersebut dengan langkah santai disertai tatapan meneliti.

Bila Bara boleh berkomentar, maka ruangan tersebut lebih cocok dijadikan pondok ski dibanding lounge.

Mendudukkan bokongnya pada kursi kayu di sudut ruangan, Bara melayangkan tatapannya menembus kaca jendela menuju sebuah jet yang tengah terparkir sejajar dengan arah pandangnya.

Lama dengan posisi yang sama, seorang pelayan  datang membawa secangkir americano yang dipesannya.

"Anything else, Sir?" Dengan kesan ramah yang begitu terlatih, pelayan tersebut berujar sopan walau dadanya serasa meledak karena sosok Bara yang kini berjarak begitu dekat dengannya.

"No, thanks."

"My pleasure, sir. I'm your big fan." Tuturnya. Dengan tangan sedikit gemetar menarik sedikit lengan bajunya.

"May i get a sign, Sir?" Tanyanya dengan tangan menyodorkan spidol permanen yang telah disiapkannya sedari tadi.

"Sure." Ujar Bara sebelum menorehkan tanda tangannya di lengan pria itu.

LATIBULETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang