53 -MEDICINE-

3K 226 7
                                    


Happy Reading!

🌼🌼🌼

Sudah setengah jam duduk di bangku taman di seputar gedung seni, tidak satupun antara Kyra dan Izzel yang memulai pembicaraan.
Atmosfer diantara keduanya terasa begitu canggung berbanding terbalik dengan biasanya.

Tiap detik hanya diisi suara nyaring perpaduan pemantik yang berada di genggaman tangan Izzel dan juga bangku yang terbuat dari baja.
Izzel setia mengetuk-ngetukkan keduanya sembari menunggu sang sepupu untuk membuka mulut.

Sedangkan Kyra masih menunggu Izzel untuk mengajaknya bicara karena Ia berpikir gadis itu masih memendam rasa marah kepadanya. Sibuk dengan pikiran masing-masing membuat Izzel mulai merasa muak, alhasil penantian yang tak berujung berhasil membuat Izzel membuka mulutnya terlebih dahulu.

"Aku dengar Kak Bara sedang rehab, benar?" Tanya Izzel membuka percakapan setelah keheningan yang sempat melanda.

Izzel melirik ke arah Kyra yang sedari tadi hanya duduk diam sembari memainkan kaki yang dibalut boots itu. Salah satu kebiasaan Kyra untuk mengalihkan rasa gugupnya.

"I-yaa.."

"Kamu membantunya?"

"I-yaa.."

Jawaban Kyra menimbulkan senyuman tipis di wajah gadis itu. Izzel turut senang, setidaknya dengan pilihan rehab, Bara sedikit mengurangi resiko mati muda yang akhirnya nanti membuat Kyra semakin sedih.

"Good for him," Ujar Izzel tulus, "and for you too!"

Izzel merapatkan coat yang dipakainya dengan erat. Ia melirik Kyra yang masih betah menundukkan kepala, helaan nafas panjang terdengar kala Ia melihat butir salju jatuh mengenai surai brunette Kyra. Tangannya segera beralih melepaskan topi beanie yang sedari tadi menghangatkan kepalanya.

"Kenapa menunduk begitu? Kamu melakukan kesalahan?" Tanya Izzel dengan tangan bergerak memakaikan beanie di kepala Kyra. Dan tanpa diperkirakan Izzel, Kyra mengangguk menjawab pertanyaannya.

"Kamu tidak melakukan kesalahan, Ky!!" Izzel berujar dengan gemas, "Sekarang angkat kepalamu!"

Perlahan, Kyra mengangkat wajahnya. Balik menatap Izzel yang sudah beralih memandang pepohonan oak juga maple yang tumbuh menghiasi taman. Surai dengan perpaduan tiga warna terang itu kini ditutupi dengan scraft maroon yang sebelumnya melilit di leher gadis berparas cantik itu.

"Bo-hong, Izzel bahkan tidak menjawab panggilan telepon dari Ky.." Kyra berujar dengan wajah mendung. Maniknya pun ikut berkaca-kaca.

"Itu karena aku merasa bersalah."

"Bersalah?" Kyra tak sanggup menebak maksud Izzel, gadis itu memilih menunggu jawaban dari mulut sang sepupu yang kini sibuk menyulut rokok.

"Hm. Benar kata Kak Mika, Aku terlalu mencampuri urusan pribadimu!" Izzel mengakui itu.

"Ti-dak! Izzel kan punya maksud yang baik-"

"Tapi tidak untukmu." Potong Izzel, "Jika kita sepemikiran, kau tidak akan kembali pada Kak Bara." Suaranya terdengar malas namun penuh kejujuran.

Kyra terdiam. Tidak ada yang salah dalam perkataan Izzel, keduanya memang berbeda pendapat kali ini.

LATIBULETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang