61 -777-

2.5K 158 3
                                    

Hii!
Hope you guys like this chapter,
Happy reading!

🌼🌼🌼

Kehadiran Bara di tengah kerumunan orang sembari memeluk pinggang seorang gadis, tak terelakkan cukup banyak menyita perhatian.

Beberapa manusia yang berlalu lalang melintasi taman sontak berhenti memerhatikan ketiganya. Kali ini Bara tidak peduli, lelaki di hadapannya sudah berani mengusik miliknya, sekalian saja Bara menunjukkan kepemilikan atas gadis cantik di sampingnya.

Dillon terperangah, setelah sekian tahun Ia tak menyangka Kyra masih dalam pelukan pria yang sama. Jika begini jelas Ia sudah kalah.

"Lanjutkan." Perintah Bara kepada Dillon dengan dagu terangkat tinggi. Wajahnya masih saja datar namun suaranya terdengar penuh ketidaksukaan.

Mencoba tenang, Dillon menjawab.

"Tidak perlu. Kami sudah selesai."

"Selesai?"

"Aku tidak akan memaksa, kamu bisa mempertimbangkannya terlebih dulu." Sengaja mengabaikan pertanyaan Bara, Dillon berujar lembut sebelum berbalik ingin mengambil langkah pergi,

"Hey!" Panggil Bara seketika menahan langkah Dillon, "Kau bisa pergi membawa harapanmu, tidak ada pertimbangan apapun yang perlu Skyra pikirkan."

Dillon mengernyitkan dahinya sebelum tersenyum kecut, sifat emperor Bara cukup membuatnya dongkol. Ia lalu menatap Kyra dengan gelengan di kepalanya, seolah tak habis pikir.

"Jelas sekali anda mengatakan itu untuk kepentingan pribadi, tidak untuk masa depan Kyra. Jika anda peduli, biarkan Kyra berbicara." Dillon berusaha tak acuh dengan aura dominan pria pemilik manik biru itu.

Sama sekali tidak terusik, kekehan geli justru lolos bersama suara baritone Bara.

Dillon bisa dikatakan beruntung, elusan sayang dan tatapan hangat Kyra berhasil membantu Bara untuk sekedar berpikir jernih.

Daripada melayangkan tinju, Bara lebih memilih mengikuti alur yang dibuat Dillon. Lagipula rugi juga jika Bara berakhir dituntut karena menghancurkan acara penting itu karena satu orang benalu.

"Mengapa? Itu menyakitimu?" Bara menyeringai, "Kau ingin memiliki sudut pandangku? Egois akan Skyra?" Tanya Bara santai namun tajam.

Dillon terdiam, sisi hatinya berubah panas.
Ia lalu beralih menatap Kyra seolah masih menunggu jawaban. Melihat itu, Bara tak bisa menyembunyikan kekehannya.

"Aaah.. sepertinya temanmu ini membutuhkan jawaban, sayang." Bara semakin merengkuh pinggang Kyra, mengikis jarak antar keduanya sebelum mendesis di telinga Kyra, "Bagaimana, hm?"

Sedari tadi hanya menyimak, Kyra terkesiap akan pertanyaan itu. Menghela nafas panjang sebelum membuangnya perlahan, Kyra mengulas senyum lembut.

"Terimakasih, tapi maaf~ Ky tidak bisa menerima tawaran itu." Ujar Kyra pada akhirnya.

Walau bisa memprediksi jawaban Kyra, Dillon tetap tak bisa meminimalisir sakit di relung hatinya.

Sial seribu sial, sepertinya memang usahanya hanya sampai disini.

Mengangguk kaku tanpa mengatakan satu kata pun, Dillon beranjak pergi meninggalkan dua sejoli itu.

🌼🌼🌼

Selepas kepergian Dillon, Kyra kembali memusatkan perhatiannya kepada Bara.

Berbalik menatap raut wajah yang sukar ditebak itu, Kyra memilih mengalungkan lengannya di leher Bara.

LATIBULETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang