Out of Blue

76 13 3
                                    

Sehwi hampir mencapai pantry saat tangannya ditarik dengan cukup kencang hingga ia terpaksa memutar jalan ke arah taman yang berada di luar gedung kantornya, mengikuti pria berkemeja putih yang menariknya itu. Pria yang dikenal Sehwi dengan baik siluetnya sampai ia harus menahan diri untuk tidak memgempaskan tangannya. Ya, Sehwi membiarkan pria itu membawanya melipir keluar, ke bagian taman yang cukup sepi sampai keduanya berdiri berhadapan.

"Ada apa, Seungkwan?" Tanya Sehwi dingin, melipat kedua tangan di depan dada begitu tangan Seungkwan melepasnya. Ya, Boo Seungkwan.

"Soal malam itu." Kata Seungkwan risau, menggigit bibir bawahnya sambil melihat ke ujung sepatu yang ia kenakan. "A-aku minta maaf."

Napas Sehwi terhela. Ia memang kesal kepada Seungkwan, tapi tidak menyalahkan pria itu sepenuhnya karena pengaruh alkohol yang merusak otaknya malam itu. Bahkan sebelum menciumnya, Seungkwan juga berusaha mencium Chan yang duduk di sebelahnya. Jadi bagaimana bisa ia menyalahkan Seungkwan sepenuhnya?

"Aku minta maaf sudah menc--menciummu tanpa konsen. A-aku sangat mabuk malam itu..."

"Tidak apa-apa. Jangan dipikirkan." Kata Sehwi sebelum Seungkwan meracau lebih karena gugup. Pria berkemeja putih dan celana kain hitam itu terlihat sangat gugup sampai omongannya yang kadang tajam jadi tersendat.

Seungkwan menggulum bibir, ia tidak berani menatap Sehwi langsung ke matanya sampai ia melirik ke sekeliling mereka, sekalian memantau keadaan--berharap tidak ada teman divisi mereka yang tahu mereka sedang berbincang berdua saat waktu makan siang. Sehwi yang merasa ikut awkward pun kembali menghela napas panjang, mencari kalimat tepat untuk beranjak dari sana di kepalanya.

 Sehwi yang merasa ikut awkward pun kembali menghela napas panjang, mencari kalimat tepat untuk beranjak dari sana di kepalanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"A--"

"Aku juga minta maaf soal Eunsul."

Kedua alis Sehwi terangkat dan kedua bibirnya terkatup rapat mendengar apa yang dikatakan Seungkwan selanjutnya. Ia menatap kedua mata Seungkwan penuh tanya, tapi pria itu melirik ke arah lain sambil melanjutkan omongannya.

"Selama ini Eunsul menuduhmu punya affair dengan Pak Jeonghan... dan aku percaya sampai kemarin..."

"Tidak apa-apa, Seungkwan. Aku tahu rumor itu sejak lama." Sehwi mengakui, memaksakan senyum saat melihat raut wajah Seungkwan yang sedikit kaget.

"K-kau tidak marah!?"

Sehwi menggelengkan kepala. "Kalau aku marah, rumor itu akan makin besar. Jadi, lebih baik diam sampai kebenarannya terkuak."

"Jadi kau tahu Eunsul menyukai Pak Jeonghan?"

Lagi, Sehwi menggelengkan kepala. Ia baru tahu di malam laknat itu pula. Selama ini, perasaannya saja yang merasa aneh setiap kali Eunsul mengkonfrontasinya dengan membawa nama Jeonghan. Perasaan aneh yang dipahami Sehwi maksudnya saat Eunsul yang mabuk meracau.

"Aku hanya berpikir kalau kebenaran itu bisa terkuak saat aku punya pacar atau... ya... mungkin aku berharap rumor itu berhenti sendiri."

Mendengar pernyataan itu membuat Seungkwan heran hingga akhirnya berani menatap kedua mata Sehwi tajam. "Kau tidak bisa berharap begitu, Kak!"

Bestfriend [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang