Night

55 14 0
                                    

Sehwi sedang membolak-balikkan kertas untuk mencocokkan data laporan yang ia kerjakan di komputer. Hanya komputernya yang menyala di ruang yang temaram itu, menerangi sisinya saja, menandakan hanya ia yang bertahan selarut itu di kantor untuk lembur. Sehwi tahu hal ini harus dilakukannya, apalagi ia meminta cuti tiba-tiba karena sahabatnya. Tidak ada yang ia sesali, sehingga dari sore ia sangat fokus mengerjakan tanpa sadar ada satu orang yang daritadi menunggunya di ruangan yang sama. Seorang pria yang kini berjalan menuju meja Sehwi sambil membawa dua botol air mineral.

"Minum dulu, Kak." Kata pria itu, menaruh salah satu botol air mineral di atas meja Sehwi sebelum ia menarik kursi untuk duduk di sisi Sehwi yang terkejut melihatnya masih di kantor.

"Kau tidak pulang, Seungkwan?"

Seungkwan menggelengkan kepala. Ia tersenyum kepada Sehwi yang menuruti perkataannya untuk meminum air mineral, menatap gadis yang akhirnya mencuekkan tugasnya sesaat untuk membalas tatapannya setelah menyesap air mineral dari botol.

 Ia tersenyum kepada Sehwi yang menuruti perkataannya untuk meminum air mineral, menatap gadis yang akhirnya mencuekkan tugasnya sesaat untuk membalas tatapannya setelah menyesap air mineral dari botol

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku daritadi menunggumu."

"Seungkwan," Sehwi menghela napas panjang, kini sengaja menggeser kursi agar bisa duduk berhadapan dengan pria berkemeja putih yang sudah melonggarkan dasinya itu.

"Aku tahu kau mau bilang apa, Kak." Seungkwan berkata cepat, menaruh telunjuknya di depan bibir. "Tidak perlu diulang. Aku paham."

"Aku menyukai seseorang." Kata Sehwi gusar, ia tidak berniat mengatakan hal itu, tapi setelah melihat respon Seungkwan, secara impulsif ia mengingat Jun. Berharap apa yang dikatakannya bisa membuat Seungkwan berhenti mengejarnya. Toh, memang Sehwi menyukai tetangganya itu dan ia tidak ingin melukai hati siapa pun--termasuk hati Seungkwan, orang yang pernah membencinya.

"Aku tidak akan terkecoh, Kak." Seungkwan menahan tawa, tapi Sehwi tidak ikut tertawa. Gadis itu tidak merubah raut wajah seriusnya dan menggelengkan kepala. "Aku serius, Seungkwan."

"Siapa? Aku tidak melihatmu bertingkah seperti orang jatuh cinta?" Cecar Seungkwan tidak terima, sedikit memundurkan tubuh untuk memperhatikan Sehwi yang kembali menghela napas.

"Aku menyukai tetanggaku, Seungkwan."

Salah satu alis Seungkwan terangkat. Ia tidak ingin mempercayai kalimat yang keluar dari mulut Sehwi, tapi gadis itu terdengar sangat serius. Belum lagi tatapannya yang seakan mengasihani dirinya. Bohong kalau Seungkwan baik-baik saja. Sekarang dadanya pun sudah terasa sesak meski ia masih berharap Sehwi hanya bercanda.

"Kau pernah bertemu dengannya. Di hari kau pulang dari apartemenku..." Ujar Sehwi sedikit kikuk, tidak enak melihat Seungkwan yang tampak shock di kursinya.

"Hmm..." Seungkwan bergumam, mencoba mencari ingatan di hari ia mabuk dan terpaksa tidur di apartemen Sehwi. Lalu ketika ia dijemput roomate-nya, Soonyoung, dan Sehwi mengantarnya keluar apartemen.

"Pria yang menyapamu itu?"

Sehwi mengangguk. "Ya. Dia Jun. Tetanggaku yang aku suka."

Yang aku suka. Sehwi sengaja menekankan kata-kata itu agar Seungkwan percaya kalau ia memang berkata jujur. Penekanan yang sepertinya berhasil karena Seungkwan mendesah gusar, pria itu memijit pelipisnya, diam, tanpa berkata apa-apa sedangkan Sehwi anteng di kursi, menunggu pria di hadapannya siap berbicara.

Bestfriend [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang