The End

115 14 16
                                    

Sehwi duduk dengan tegap, bersisian dengan Mina dan Taehee, memandang kedua orangtua Yujin yang berada di hadapan mereka dengan wajah tak berekspresi. Bukan, hanya Sehwi yang memasang raut wajah itu. Mina dan Taehee sumringah bertemu dengan orangtua Sehwi, berbasa-basi tentang keadaan Ulsan yang tampak lebih ramai dibandingkan terakhir kali saat mereka ke sana.

Masih terasa sulit bagi Sehwi untuk memaafkan apa yang dilakukan orangtua Yujin kepada sahabatnya. Ia tahu, memiliki anak berstatus Janda muda bukanlah hal yang mudah. Tetapi, itu tidak bisa pula dijadikan alasan untuk meminta Yujin rujuk dengan Seungcheol yang jelas-jelas melakukan KDRT.

Cukup aneh, tapi juga bisa dipahami Sehwi kalau keluarga memang tidak selalu bisa membantu. Maka dari itu, sejak lulus kuliah ia memilih untuk hidup sendiri.

"Sehwi, Mina, Taehee..." tiba-tiba Ibu Yujin membuka suara, memanggil ketiga nama mereka dengan lembut dan sedikit ragu. "Kami, ingin meminta maaf perihal kejadian waktu itu." Lanjut perempuan berumur 50 tahunan lebih itu dengan suara kecil.

"Ah... tante, tidak perlu begitu." Balas Taehee tidak enak, disetujui Mina yang langsung cengengesan memandang Ibu Yujin yang tersenyum rikuh di hadapan mereka. Sangat berbeda dengan sikap Sehwi yang diam di sisi sofa, menantikan lanjutan ucapan maaf itu.

"Om dan Tante tidak bisa berpikir dengan jernih waktu itu. Kami pikir... tindakan Seungcheol tidak membahayakan Yujin. Kalian tahu, kan, dalam berhubungan dengan orang lain kita pasti akan sering bertengkar satu sama lain?"

Mendengar pertanyaan retoris Ayah Yujin membuat Sehwi menghela napas gusar. Taehee dan Mina masih bersikap tidak enak, meminta orangtua Yujin berhenti membahas masa lalu di saat anak mereka sibuk di dapur menyiapkan minuman untuk mereka.

"Apalagi, Yujin bercerai di usia muda. Itu agak... sulit." Tambah Ibu Yujin sambil mengelus leher.

"Ya, kami tahu, kok, Tante." Ujar Mina memaksakan senyum.

"Tidak ada yang salah untuk menjadi seorang janda di usia muda. Bukannya itu bagus? Daripada menahan diri sampai tua, sampai tidak tahu harus melakukan apa dan membiarkan orang lain melukai kita selamanya?" Sehwi bersuara, nadanya sedikit naik sampai Taehee harus menepuk pahanya dengan cukup kencang. Sikapnya jadi tidak sopan. Tapi Sehwi tidak peduli meski setelah ditegur Taehee, ia langsung menyandarkan punggung di atas sofa.

"B-betul, Sehwi. Kami... tidak berpikir seperti itu sebelumnya."

"Jangan dipikirkan lagi, Om, Tante. Semuanya sudah berlalu. Lagipula, Yujin sudah membaik, bukan?" Taehee berupaya bijak, ingin sekali menyudahi topik obrolan itu tapi Sehwi tiba-tiba bersuara lagi.

"Lepas dari hubungan toxic itu tidak mudah. Yujin sudah terperangkap dari masa kuliah dan itu cukup bikin frustasi. Selain dari diri sendiri, ia memang butuh motivasi dari luar. Mungkin sulit untuk diterima karena kita tidak tahu apa yang Yujin alami. Tapi aku harap, Tante dan Om bisa memahami apa yang ia rasa--tidak hanya memikirkan diri sendiri." Jelas Sehwi kemudian sebelum berdiri dari sofa dan beranjak dari ruang tamu keluarga Yujin setelah berkata, "aku mau cari udara segar."

~~~

"Sehwi?"

Sehwi terkesiap. Bahunya ditepuk pelan oleh si empunya suara yang memanggilnya beberapa detik lalu, yang kemudian beringsut duduk di sisinya, di undakan teras rumah itu. Pemilik suara yang sudah lama tidak ia lihat rupa wajahnya, namun Sehwi yakin, berat badan perempuan itu pasti turun drastis karena wajahnya terlihat lebih tirus dibandingkan saat mereka tinggal bersama di Seoul. Ya, sang pemilik suara itu Yujin. Sahabatnya yang selalu bisa membuatnya kalang-kabut di setiap waktu.

"Aku dengar omonganmu tadi." Kata Yujin pelan, membuat Sehwi menghela napas pelan. Ia tidak kaget karena suaranya cukup besar tadi, tapi sekarang rasanya sedikit malu sampai ia menyesal telah emosi.

"Maaf. Aku kesal." Keluh Sehwi membuat Yujin tersenyum tipis.

"Terima kasih."

Kedua alis Sehwi terangkat. Ia memandang Yujin heran. "Apa kau bilang?"

Yujin pun mendesis, menahan tawa karena Sehwi benar-benar terkejut mendengar ucapan terima kasihnya yang tulus. Tetapi, ia memang serius dalam mengucapkannya, sebagaimana Sehwi-lah yang paling banyak menolongnya selama setahun kemarin.

"Terima kasih, Sehwi. Terima kasih sudah menjadi sahabatku." Kata Yujin lagi cukup serius.

"Ih... geli." Balas Sehwi sambil mengerutkan hidung. Ia juga menaikkan kedua bahu, memandang Yujin jijik. Sangat jauh dari ekspetasi Yujin yang berharap temannya bisa serius mendengarnya--sampai ia gondok dan berseru kencang.

"Yaa! Aku serius! Bangsul!"

"Aku tahu." Sehwi mendengus. "Tapi tidak perlu diucapkan. Lagipula, aku sudah terbiasa disusahkan olehmu sejak dulu."

"Yaa!"

"Makanya, kalau sudah kerja, jangan lupa sering-sering traktir. Kalau mau bantu mengisi tabunganku juga boleh, agar aku bisa beli apartemen secepatnya." Canda Sehwi segera dibalas kuncian leher oleh Yujin.

Keduanya lalu tertawa, saling melemparkan candaan dan sahutan yang menyinggung satu sama lain. Kegiatan yang sudah lama tidak mereka lakukan hingga Taehee dan Mina yang mendengar dari dalam rumah segera keluar untuk ikut bergabung.

"Yaa!! Ku kira kalian bertengkar! Sialan!" Taehee berseru kesal, menendang udara kosong dengan kakinya yang jenjang lalu mendorong bahu Sehwi dan Yujin dengan cukup kencang hingga keduanya terdorong ke taman teras.

"Hahahaha... bodoh!" Mina tertawa, menggeleng-gelengkan kepala saat ketiga sahabatnya mulai ribut. Ia seperti menonton film komedi, mengunyah popcorn yang didapatkannya dari Ibu Yujin di teras rumah sambil memperhatikan Sehwi, Yujin, dan Taehee beradu mulut.

"Yaa! Kau! Cepat cari kerja yang benar! Trading-mu tidak meyakinkan, kau tahu!?" Tiba-tiba Taehee berseru kepada Mina yang segera mendesis, menghentikan kunyahan popcorn-nya untuk membalas sahabatnya itu.

"Yaa! Jomblowati! Berhentilah bekerja dan mulai berpacaran! Kau itu sudah tua!"

"Yaa!!"

END

Haiii ^^
Terima kasih sudah membaca cerita 'pendek' ini, ya. Sejujurnya aku membuat ini untuk mengungkapkan perasaanku selama memiliki masalah dengan sahabatku ini--yang untungnya sudah diselesaikan.

Based on the title, cerita ini memang fokus ke hubungan pertemanannya Sehwi saja. Romancenya kasih tipis-tipis since aku belum pernah buat cerita tentang Seungkwan (maybe next time akan ada cerita dia lagi hehe).

Semoga menghibur, ya.

By the way, aku lagi kangen Seungkwan dan Joshua... hahaha :")

Semoga dua manusia itu cepat muncul, ya.

Dan... aku mau upload satu cerita setelah ini. Tetapi, kali ini kalian bisa pilih cerita mana yang mau di-up, pasalnya ada dua draft cerita yang sudah selesai. Kalian bisa vote ceritanya di Twitter aku di link ini:

https://twitter.com/itshongranghae/status/1691968814509171029?t=YGzmoNLzr9VkCJ78OuhX1A&s=19

By the way, Selamat Hari Kemerdekaan Indonesia!!! ^^

Bestfriend [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang