Introvert

58 13 0
                                    

Napas Sehwi terhela panjang saat menjatuhkan tubuhnya di atas sofa ruang tengah saat ia tidak bisa tertidur di dalam kamarnya sendiri. Dada Sehwi rasanya sesak sekali sampai ia harus bernapas dengan perlahan, sekalian berusaha menenangkan diri yang gusar karena energinya berkurang drastis selama beberapa hari ini. Energi yang entah kapan bisa diisinya kembali, ia harus menyendiri untuk mengisi energi itu, tapi saat ini ia tidak punya waktu untuk sendiri.

Di kantor, ia tidak punya lagi waktu untuk menikmati makan siang sendirian karena Chan dan Seungkwan suka menghampirinya. Di apartemen, tempat yang paling sepi bagi Sehwi sudah tidak disukainya pula karena terasa 'ramai' oleh kehadiran Yujin--juga Jun yang suka berada di apartemen tiba-tiba karena undangan Yujin yang lama-lama terlihat seenak jidat membawa tetangganya itu keluar masuk apartemen. Sehwi merasa lelah secara mental juga fisik. Ketenangannya terganggu, tapi ia tidak bisa melakukan apa pun karena Yujin butuh dirinya setelah perceraian itu.

Malam-malam terdiam di ruang tengah, Sehwi jadi teringat Taehee dan Mina. Ada sedikit rasa kesal muncul di dada, mengingat dua sahabatnya itu tidak dapat membantu Yujin sekarang, padahal mereka yang dulu paling excited dengan pernikahan Yujin-Seungcheol. Seharusnya, dua orang itu merasa bersalah dan bertanggungjawab atas ketidakberhasilan hubungan Yujin, sayangnya mereka malah sibuk dengan pekerjaan masing-masing, melimpahkan tanggungjawab itu kepada Sehwi yang sudah jelas dari awal menentang pernikahan Yujin.

Ingin sekali Sehwi bersikap egois, tapi ia tetap tidak bisa mengusir Yujin dari apartemennya. Lagipula, ia sudah berjanji untuk selalu membukakan pintu untuk Yujin. Janji yang ternyata memang harus ia tepati sekarang.

Perlahan Sehwi membaringkan seluruh tubuhnya di atas sofa. Kedua matanya menatap plafon dengan kosong, pikirannya mengawang, berharap memiliki waktu untuk sendirian selama sehari saja. Entah itu di apartemen atau mana pun. Sehwi hanya butuh kesendirian untuk mengisi energinya yang terkuras.

~~~

"Teleponmu bunyi, Yujin." Kata Sehwi sambil menggoreng dua telur mata sapi di pantry. Ia melirik Yujin yang tengah mengunyah sereal di atas meja makan, sedikit mendengus karena ponselnya yang ia letakkan di kamar terus berbunyi.

"Yujin,"

"Iya, aku dengar." Yujin melongos sebelum menghentikan sarapannya untuk meraih ponselnya di kamar hanya untuk mematikan telepon itu.

"Seungcheol?" Tanya Sehwi sambil meletakkan piring berisi telur mata sapi, roti panggang dan alpukat yang sudah ditaburi garam dan lada di atas meja makan. Ia duduk di depan Yujin, memandang sahabatnya dengan cukup tajam.

"Hm."

"Kenapa tidak diangkat?"

Yujin yang ingin melanjutkan sarapannya langsung kehilangan nafsu makan. Perempuan itu menghela napas panjang, mendorong mangkuk serealnya dengan cukup keras hingga susu yang berada di dalam mangkuk terguncang dan hampir tumpah ke atas meja. Sikap Yujin cukup mengejutkan, tapi Sehwi bisa menahan raut wajah untuk tetap serius. Ada sedikit rasa takut yang muncul di dada saat menyebut nama Seungcheol di depan Yujin akhir-akhir ini, namun Sehwi merasa perlu tahu apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka.

"Aku malas." Kata Yujin tidak membuat Sehwi terkecoh. Alasannya sangat tidak masuk akal, sampai Sehwi harus menunda sarapannya untuk menginterogasi perempuan berpiyama di depannya itu.

"Dia menerormu?"

Yujin mendesis. "Tidak. Aku malas."

"Yuj--"

"Kalau kau bertanya soal Kak Seungcheol lagi, maka aku akan ke apartemen Jun sekarang." Ancam Yujin membuat Sehwi membelalakkan mata.

"Yaa! Kau gila!? Buat apa ke sebelah!?"

Bestfriend [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang