Enraged

52 13 0
                                    

Koridor rumah sakit itu tidak terlalu ramai, hanya beberapa perawat atau pasien berseliweran, melewati Sehwi yang anteng duduk di salah satu bangku panjang di sana sejak matahari tenggelam. Kondisi Yujin sudah membaik, tapi ia tidak bisa menemani sahabatnya itu karena kehadiran orangtua Yujin yang selalu berada di sisi anaknya di dalam kamar. Selain tidak ingin terlalu ramai, ia juga tidak tahu harus berbicara apalagi kepada orangtua Yujin yang sudah menanyainya banyak hal sejak ia sampai di rumah sakit.

"Sebentar lagi kita harus pulang." Kata Taehee yang baru keluar dari kamar inap Yujin. Sehwi pun mendongak, mengangguk setuju.

"Besok pagi kau juga harus berangkat ke Busan." Timpal Sehwi memaksakan senyum, sedikit bergeser saat Taehee duduk di sisinya sambil menghela napas panjang.

"Kenapa aku harus tinggal di Busan, sih? Rasanya jauh sekali." Keluh Taehee kemudian dengan bibir mengerucut. Di sisinya, Sehwi nyengir. Itulah konsikuensi anak perantauan saat masa kuliah, begitu lulus, kebanyakan dari mereka harus kembali ke tempat asal untuk mencari kerja, seperti Taehee, sahabatnya si orang Busan tulen.

"Yaa! Yujin bagaimana!?"

Sehwi dan Taehee terkesiap. Keduanya mengangkat kepala untuk melihat si pemilik suara yang agaknya lupa sedang berada di rumah sakit sampai tidak mengontrol volume suara. Siapa lagi kalau bukan Mina. Sahabat mereka yang akhirnya datang kembali ke rumah sakit setelah sempat pulang tadi siang.

Taehee pun mendesis, menarik lengan Mina mendekat. Sedangkan Sehwi menepuk pantat Mina pelan sebelum menaruh telunjuk di depan bibir.

"Bagaimana!?" Desis Mina dengan suara kecil, gregetan karena melihat dua sahabatnya bersantai di koridor rumah sakit, bukan berada di dalam kamar menemani Yujin seperti yang ia duga.

"Besok dia akan dibawa pulang ke Ulsan." Taehee mendesah lirih, merasa sedih karena itu artinya Yujin tidak akan tinggal di Seoul lagi.

Memang, jarak Busan ke Ulsan lebih dekat. Ia bahkan bisa menemui Yujin setiap hari kalau rela membawa mobil ke daerah itu selama sejam lebih. Tetapi, kesempatan untuk berkumpul dengan ketiga sahabatnya akan sulit didapatkan. Dari kemarin, ia bahkan rela cuti dan menghabiskan biaya serta waktu ke Seoul agar bisa menemui sahabat-sahabatnya. Pengorbanan yang masih ingin dilakukannya bulan depan. Kalau bisa.

"Orangtuanya masih di dalam?" Tanya Mina hati-hati, yang dibalas dua orang di hadapannya dengan anggukan kepala.

"Apa katanya? Tadi pagi, sih... mereka bilang akan menerima kondisi Yujin." Ujar Mina dalam mode penggosip, berbisik kepada sahabat-sahabatnya.

"Ya. Mereka juga bilang begitu kepadaku." Kata Sehwi disetujui oleh Taehee.

"Aku sudah menjelaskan semua keburukan Seungcheol kepada mereka." Kata Sehwi lagi, sedikit lirih, mengingat raut wajah orangtua Yujin yang seakan tidak percaya dengan penuturannya tadi.

"Aku juga." Seru Mina dan Taehee berbarengan.

"Seharusnya mereka sadar, sih, kalau mantan menantu mereka itu memang bangsat." Taehee mendesis, menggerlingkan mata ke arah pintu kamar Yujin yang masih tertutup rapat.

Ketiga perempuan itu pun makin asyik mengobrol. Memperbincangkan berbagai hal berkaitan dengan Yujin. Seakan ketiganya kembali seperti saat mereka masih berkuliah. Tidak ada yang benar-benar berubah. Mode penggibah ulung, si Mina. Si serius, Sehwi. Dan si paling jarang ikut bersuara tapi sekali bersuara keluarnya geraman atau makian, Taehee. Kurang Yujin yang suka tertawa di tengah obrolan karena hal yang tidak penting.

Obrolan ketiganya tiba-tiba terhenti saat terdengar suara langkah kaki mendekat. Mereka langsung mengalihkan pandangan ke arah suara, menemukan sesosok pria berpakaian necis yang terkesiap tidak jauh dari posisi mereka. Pria yang segera menghentikan langkahnya karena tatapan tajam Sehwi, Mina, dan Taehee yang tepat mengarah kepadanya.

Bestfriend [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang