Alone

51 12 0
                                    

Seharian Sehwi mencoba menenangkan hati dengan bersih-bersih apartemen. Setelah bertengkar dengan Yujin, ia kembali tinggal sendiri karena sahabatnya itu 'mengungsi' ke rumah Mina--entah sampai kapan. Sehwi mencoba tidak peduli, seperti apa yang juga ia lakukan kepada Taehee yang memarahinya via chat KakaoTalk, karena telepon gadis itu ia tolak semua. Sehwi tahu ia salah, tapi tetap membenarkan aksinya itu karena emosi yang sudah terpendam sejak lama. Selain itu, ia tetap keukeuh kalau Yujin perlu disadarkan secara kasar.

Selama sendirian, sebenarnya Sehwi tidak bisa berhenti memikirkan kondisi Yujin. Ia teringat akan obat yang diminum Yujin malam itu, setelah kondisi apartemen yang sepi beberapa hari belakangan ini. Obat penenang. Sehwi tahu karena Yujin memang langganan ke Psikiater sejak bertemu Seungcheol--satu hal yang membuatnya yakin kalau pria mantan suami sahabatnya itu memang bukan yang terbaik untuk Yujin. Sayanganya, hanya ia yang menentang hubungan itu hingga hubungan persahabatan mereka merenggang.

Kalau bisa sombong, sebenarnya Sehwi ingin sekali berseru di depan wajah sahabat-sahabatnya, berseru kalau apa yang ia takutkan di masa lalu tentang hubungan Yujin dan Seungcheol benar terjadi. Namun tetap tidak bisa. Bahkan di saat sangkaannya benar terjadi, semua orang tetap tidak ingin mendengarnya.

Napas Sehwi terhela gusar. Ia mengacak pinggang di depan bungkusan sampah yang baru ia pisahkan sesuai jenisnya. Menggelengkan kepala, berusaha membuang isi pikirannya lalu kembali berjongkok untuk mengambil sampah-sampah itu untuk dibawa keluar dari apartemen.

"Sehwi?"

Sehwi tersentak mendapati Jun berdiri tidak jauh darinya saat ia membuka pintu apartemen. Pria yang tampan itu tersenyum penuh sampai jantung Sehwi berdegup tidak keruan.

"H-hai, Jun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"H-hai, Jun." Sapa Sehwi kikuk, meremas kantong sampah yang ada pada kedua tangannya.

"Kau terlihat lebih cerah. Yujin ke mana? Aku tidak melihatnya akhir-akhir ini." Tanya Jun masih berdiri di depan pintu apartemennya, tidak menyadari perubahan raut wajah Sehwi yang langsung tertekuk mendengar nama Yujin tersebut oleh mulutnya.

"Dia... ke rumah temanku." Jawab Sehwi lirih.

"Ah... aku kira dia pulang ke Ulsan."

Sehwi menghela napas pelan, memaksakan senyum kepada Jun. Mood-nya kembali memburuk. Karena tidak ingin membicarakan Yujin dan tidak ingin membuat hatinya mencelus karena Jun hanya mengingat sahabatnya (yang entah bisa disebut sebagai sahabat atau tidak) itu, akhirnya Sehwi melangkahkan kaki menuju lift. "Aku harus ke bawah." Katanya pada Jun sambil menunjukkan kantong sampah yang terkait pada kedua tangannya.

"Aku juga harus bekerja." Balas Jun ikut berjalan bersisian dengan Sehwi.

Biasanya Sehwi akan senang bisa mendapatkan kesempatan berduaan dengan Jun, tapi kali ini berbeda. Sejak Yujin tinggal di apartemennya, pria itu jadi lebih dekat dengan sahabatnya dibandingkan dirinya. Bahkan obrolan mereka pun akan tersisipkan nama Yujin yang enggan didengarnya akhir-akhir ini.

Sehwi pun merasa perasaannya kepada pria itu makin memudar. Seperti tidak ada kesempatan lagi untuk mendekatinya. Bahkan topik obrolan yang biasanya muncul, tanpa perlu dipikir pun tidak ada, hingga ia dan Jun diam di lift sampai mereka sampai di lantai dasar.

"Selamat berlibur, Sehwi. Aku harap kau bisa memanfaatkannya dengan baik hari ini." Jun tiba-tiba berkata sebelum pamit keluar gedung apartemen lebih dulu, membuat Sehwi mematung selama beberapa saat di depan lift.

Kali ini degup jantung Sehwi kembali terasa tidak keruan. Ia merasa malu dan menyesal tidak mengajak Jun ngobrol seperti biasa. Kedua matanya pun mencari sosok Jun yang telah menghilang di lobby apartemen, namun bukannya melihat Jun, ia malah menemukan sepasang mata yang membuat langkahnya mundur.

"Sehwi!"

~~~

"Aku tidak peduli." Kata Sehwi dingin sambil menepuk-nepuk kedua tangannya yang baru saja memasukkan sampah ke dalam kotak sampah besar yang berada tidak jauh dari gedung apartemennya. Ia bahkan tidak menatap sang pemilik mata yang masih menyorotinya dengan tajam, yang mengekorinya keluar gedung apartemen.

"Sehwi!"

"Berhenti, Taehee!" Sehwi berseru kesal saat tangannya ditarik Taehee yang mendatangi apartemennya itu.

Tidak dipahami Sehwi, mengapa Taehee datang jauh-jauh dari Busan untuk memarahinya pasal Yujin. Padahal gadis itu bisa menghampiri Yujin di rumah Mina. Langsung saja ia menepis tangan Taehee, menyoroti mata sahabatnya itu dengan tajam. "Sejak awal aku sudah bilang tidak ingin ikut campur, kan?"

"Tapi Yujin sudah bercerai, Sehwi!"

"Sudah bercerai, tapi kenapa masih berhubungan!? Kau pikir aku tuli? Buta? Aku bisa mendengar dengan jelas telepon mereka. Aku bisa lihat dengan jelas betapa Yujin masih berharap untuk kembali meski ia mengatakan tidak sekali pun, Taehee! Kau pikir aku harus bagaimana!?"

Taehee tersentak, ia diam selama beberapa saat memandang Sehwi yang berusaha meredam emosi yang sempat keluar. Mata Sehwi pun melebar, memperhatikan sekitar mereka yang untungnya cukup sepi. Lalu Taehee pun menarik kembali tangan Sehwi, "diam, Sehwi. Kita harus diam."

Sehwi mendengus. "Diam dan membiarkan Yujin terperangkap dalam manipulasi Seungcheol? Begitu maksudmu?"

"Sehwi!"

"Apa!? Sudahlah!" Seru Sehwi kesal, menarik tangannya dari genggaman Taehee yang melemah. "Dari dulu kalian memang tidak pernah mempercayaiku."

"Kau tahu kenapa Yujin mendatangimu? Bukannya ke Mina atau diriku?" Taehee mencecar Sehwi sebelum gadis itu beranjak. Otomatis Sehwi pun diam, menunggu Taehee melanjutkan omongannya. Sehwi memang heran mengapa Yujin mendatanginya setelah bercerai, bukannya Mina dan Taehee yang tidak memiliki masalah dengannya. Tapi ia tetap diam, membiarkan Yujin, karena janji yang pernah ia ucapkan untuk selalu membuka pintu untuk sahabatnya itu.

"Karena kau tidak peduli dan bisa membuatnya lupa dengan Seungcheol, Sehwi. Kehadiranmu bisa membuatnya takut untuk memperbincangkan pria bangsat itu."

"Dia tidak melaku--"

"Kau pikir mudah untuk melupakan sesuatu yang sudah kau cinta sejak lama!?" Taehee berseru, memotong Sehwi yang enggan menerima opininya. Sehwi pun merapatkan bibir, kedua alisnya hampir bertaut menatap Taehee gusar.

"Proses, Sehwi. Yujin baru bercerai. Beri dia waktu." Ucap Taehee sembari memperhatikan Sehwi yang raut wajahnya berubah pias.

Dengan ucapan itu, rasa sesal Sehwi pun semakin membesar. Emosi sudah memakannya sampai ia lupa untuk bersabar. Sehwi mengaku salah dan Yujin sama sekali tidak pantas menjadi momok kekesalannya.

Thank you for reading! If you like it don't forget to like and comment ^^

Bestfriend [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang