Reconcile

68 13 0
                                    

Coffee Shop tempat Sehwi duduk saat ini terpantau sepi. Ia sengaja memilih tempat itu agar tidak bertemu dengan teman kantornya yang mungkin juga sedang beristirahat, mencari kopi sebelum kembali bekerja siang ini. Pasalnya Sehwi ingin bertemu dengan seorang kawan lama, ingin berbincang secara intens dalam waktu singkat untuk menjelaskan kondisi manusia yang numpang di apartemennya sekarang. Sebenarnya Sehwi ingin bertemu dengan kawannya itu sepulang kerja, sayangnya orang itu tidak bisa karena harus mengejar kereta malam untuk kembali ke Busan. Alhasil mereka hanya bisa bertemu di waktu istirahat Sehwi yang tidak banyak.

"Maaf, susah sekali mencari Taxi sekarang." Ucap seorang perempuan berambut panjang menawan yang baru masuk ke Coffee Shop yang langsung menghampirinya. Perempuan itu mengenakan kacamata bulat, kulitnya putih bersih dan tingginya semampai. Tidak ada yang berubah dari perempuan itu pikir Sehwi, kecuali raut wajah yang makin tegas hingga ia sempat terpukau selama beberapa saat.

"Kau tidak memesannya secara online?"

"Eh? Di Seoul juga bisa, ya?" Tanya perempuan itu sembari duduk di hadapan Sehwi, sedikit grasak-grusuk sampai Sehwi menggulum bibir untuk menahan omongan sarkasnya.

"Pekerjaanmu sudah selesai, Taehee?" Akhirnya Sehwi mengubah topik, ia enggan menimbulkan perang baru dengan Taehee yang baru ditemuinya lagi setelah dua tahun putus kontak.

"Ya. Setelah bertemu dengan vendor aku langsung ke sini. Teman-temanku sudah ke stasiun untuk ke Busan lagi. Sedangkan aku mengambil kereta malam." Jelas Taehee dengan logat Busan yang kental, membuat Sehwi nyengir karena sudah lama tidak mendengar logat gadis itu yang mengingatkannya akan beberapa drama yang memiliki tokoh asal Busan.

"Aku sudah memesankanmu Aah. Tapi kalau kau ingin pesan menu lain, silahkan."

"Tidak." Elak Taehee cepat. "Es Americano sudah cukup."

"Oke." Balas Sehwi kembali menggulum bibir, memperhatikan Taehee yang sibuk merapikan rambut di depan cermin kecil yang baru saja ia buka.

Rasanya cukup awkward bertemu Taehee hanya berduaan bagi Sehwi. Dulu mereka memang bersahabat, tapi sejatinya hubungan Tahee dan Sehwi tidak pernah akur karena sifat yang tidak begitu cocok satu sama lain. Keduanya jarang ngobrol dan lebih sering bertukar pikiran bersama Yujin dan Mina. Setelah Yujin menikah, hubungan Sehwi dan Taehee pun putus total seakan tidak ada lagi jembatan yang dapat menghubungkan mereka. Sekarang jembatan itu hadir lagi dan secara tidak langsung mereka harus kembali berurusan.

"Kau yakin Yujin baik-baik saja?" Tanya Taehee setelah merapikan diri.

Sehwi mengangguk pelan. "Terlihat baik di luar, tapi aku tidak tahu dalamnya bagaimana."

"Hatinya pasti hancur."

"Pasti." Timpal Sehwi sambil menghela napas. "Sudah ku bilang, kan, hal ini bisa terjadi?"

"Sehwi, tolong." Taehee mendesis, ia sempat menepuk meja menggunakan telapak tangannya, aksi refleks saat mendengar pertanyaan retoris itu keluar dari mulut Sehwi.

Tapi Sehwi tak gentar, ia mendecakkan lidah lalu menyisir rambut sebahunya ke belakang dengan frustasi. "Hancur. Aku bahkan tidak tahu apa yang Seungcheol lakukan pada Yujin sampai mereka bercerai."

"Seungcheol menamparnya."

Sehwi terhenyak. Kedua matanya nanar menatap Taehee yang bersidekap di hadapannya sambil menengadahkan kepala, tampak berpikir sebelum melanjutkan omongannya. "Dua bulan yang lalu, Yujin curhat kepadaku soal Seungcheol. Mereka bertengkar karena melihat aplikasi Instagram di ponsel Yujin. Seungcheol pikir Yujin menggunakan aplikasi itu."

"Bangsat."

"Ya. Padahal Yujin sudah menjelaskan kalau aplikasi itu memang sudah ada sejak awal. Aplikasi bawaan ponsel. Tapi kau tahu sendiri, kan, Seungcheol bagaimana?" Taehee bertanya retoris dan Sehwi mengangguk pelan.

Bestfriend [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang