Soulless

57 14 0
                                    

Terkadang hidup terasa seperti potongan sebuah film atau video musik, ada lagu yang suka berkumandang tiba-tiba di otak manusia saat mereka tengah melakukan sebuah kegiatan seperti backsound atau soundtrack. Seperti yang dialami Sehwi sekarang saat melihat Yujin sarapan dalam diam di hadapannya. Gadis itu seakan mendengar potongan lagu Joji yang berjudul Glimpse of Us, mengiringi aksi Yujin yang sejak bangun terus mengingat sesuatu berkaitan tentang Seungcheol.

Bahkan, sarapan yang dibuat Sehwi untuk Yujin pun mengingatkan sahabatnya itu akan pria brengsek yang sebenarnya tidak ingin didengar namanya oleh Sehwi. Semuanya tentang Seungcheol dan Sehwi harus bersabar karena ia tidak ingin membuat Yujin makin gila.

Hanya ia yang makin gila.

"Aku bodoh sekali, ya? Rasanya sedih sekali melihat dapur. Jadi ingat Kak Seungcheol yang selalu memelukku saat aku masak sarapan." Lagi, Yujin bercerita tentang kenangannya. Sehwi yang tengah menyantap nasi dan sup rumput laut hanya bisa menghela napas diam-diam, ia tidak merespon Yujin, pura-pura makan dengan khidmat meski telinganya keberatan mendengar nama Seungcheol kembali tersebut.

"Bingung rasanya. Dia katanya mencintaiku, tapi apakah begini caranya untuk mencintai seseorang?" Tanya Yujin retoris membuat Sehwi menghela napas lagi.

"Semalam aku jadi ingat sikap-sikap buruknya, Sehwi. Dia pernah menamparku, mengataiku, selalu menyalahkanku. Dan terkadang ia tidak ingat alasan dia memarahiku. Ada manusia seperti itu!?"

Sehwi menghentikan sarapannya. Napasnya kembali terhela pelan dan sebelum berbicara, ia menandaskan makanannya terlebih dahulu di dalam mulut. "Ada, Yujin. Dia." Jawabnya singkat.

"Kenapa!? Kenapa harus Kak Seungcheol!?"

Kedua mata Yujin mulai berkaca-kaca. Sarapannya hanya disentuh sedikit karena daritadi perempuan itu terus membicarakan Seungcheol, seakan lupa kalau semalam ia sudah meracau banyak soal pria brengsek itu sebelum tidur. Dan anehnya Sehwi masih bisa bersabar meski daritadi dadanya sesak, lelah mendengar nama itu terus muncul di hidupnya.

"Kau orang yang hebat. Tidak semua manusia bisa bertahan saat bertemu setan. Mungkin Tuhan ingin kau belajar sesuatu darinya."

"Belajar sesuatu!? Tuhan menyakitiku, Sehwi!"

Napas Sehwi tertahan. Ia sudah tidak nafsu makan padahal sup rumput lautnya masih banyak. Ia memang bukan orang yang taat dalam beragama, tapi Sehwi paling tidak ingin menyalahkan Tuhan akan kejadian buruk yang pernah dialaminya. Sebisa mungkin Sehwi mencoba berpikir positif, menantikan kejutan Tuhan yang baik setiap ada cobaan yang menghampirinya.

"Tapi Kak Seungcheol ada baiknya juga, kan?" Kali ini Sehwi agak sulit untuk mengatakannya. Di matanya Seungcheol tidak ada baik-baiknya, tapi pria itu tidak seburuk itu pula karena ia hanya manusia biasa yang disebut Sehwi sebagai Setan sebelumnya. "Mungkin dengan bertemu Kak Seungcheol kau bisa tahu tipe pria apa yang pantas bersanding denganmu, Yujin."

"Kenapa tidak sejak awal Tuhan mempertemukanku dengan orang yang tepat!?"

"Jika Tuhan melakukannya, apakah kau sadar orang itu adalah orang yang tepat?" Sehwi bertanya retoris, dengan nada suara yang agak meninggi hingga Yujin mengatupkan mulut. Jelas Sehwi sukses membuat sahabatnya itu diam untuk memahami pertanyaan retorisnya--atau malah mencari elakan lain untuk makin menyalahkan Tuhan.

"Kita hanya manusia, Yujin. Kita makhluk bodoh yang harus diberi pelajaran berkali-kali untuk memahami semesta. Bahkan setelah diberi pelajaran sekali pun, kita suka lupa dengan apa yang kita pelajari." Jelas Sehwi tanpa bermaksud sok bijak. Pemikiran itu muncul tiba-tiba setelah ia memikirkan kembali pertanyaan yang diberikannya kepada Yujin tadi.

Bestfriend [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang