Convince

78 14 0
                                    

Jalanan di depan gedung apartemen Sehwi tampak ramai dan Seungkwan tetap anteng menunggu gadis berkemeja putih di sisinya untuk turun dari mobilnya. Keduanya terdiam cukup lama karena Sehwi sendiri sibuk dengan pikirannya yang masih berkelana, sedangkan Seungkwan asyik memperhatikan garis wajah Sehwi yang tidak pernah ia lakukan secara intens sebelumnya. Sejak kejadian di acara syukuran Jeonghan, Seungkwan mengakui kalau ia memang baper kepada Sehwi. Perasaan yang makin tumbuh karena terlalu sering memperhatikan gadis itu saat bekerja.

"Kau masih pusing, Kak?" Tanya Seungkwan khawatir dan Sehwi menggelengkan kepala, jiwanya sudah kembali sepenuhnya.

"Hm... kau seharusnya tidak perlu mengantarku sampai begini."

"Kau lagi Hipertensi, Kak. Kalau kenapa-kenapa di jalan, bagaimana?"

Hipertensi. Sehwi menghela napas gusar. Tadi siang Seungkwan benar membawanya ke klinik kantor, menemaninya diperiksa oleh dokter di mana ia didiagnosis Hipertensi. Tidak begitu buruk, tapi Seungkwan terlalu cerewet sampai pria itu menegur banyak orang di kantor untuk menjaga Sehwi dan tidak memberikan terlalu banyak pekerjaan untuknya.

"Besok aku akan menjemputmu, jadi kau tidak perlu ke kantor pakai kendaraan umum." Lanjut Seungkwan membuat Sehwi menggelengkan kepala dengan tegas.

"Aku bisa diantar temanku! Jangan khawatir!"

"Tidak! Aku yang jemput!"

"Seungkwan!"

Seungkwan menutup kedua telinganya sambil menggelengkan kepala. Ia tidak mengindahkan tatapan tajam Sehwi yang mengarah kepadanya tanpa ampun. Sifat keras kepalanya tidak akan hilang meski itu untuk Sehwi, perempuan yang ia sukai akhir-akhir ini. Bagi Seungkwan, sikapnya itu untuk kebaikan Sehwi sendiri, sekalian mencari kesempatan agar bisa berbincang dengan Sehwi secara empat mata.

"Kenapa?" Tanya Sehwi dengan volume suara yang pelan. Ia sadar seruannya tadi sempat membuat beberapa orang terganggu hingga ia harus menahan malu saat beberapa mata mengarah ke mobil Seungkwan.

"Kenapa?" Seungkwan bertanya balik.

"Kenapa kau jadi begini, Seungkwan? A-aku bukan siapa-siapamu. Aku hanya teman kerjamu. Kau tidak perlu terlalu perh--"

"Aku suka padamu, Kak." Potong Seungkwan lirih, memandang Sehwi dengan raut wajah yang serius sampai Sehwi harus menelan ludah karena tahu pria di sisinya itu tidak sedang bercanda.

Sehwi menelan ludah yang kali ini terasa seperti batu, keras sekali sampai ia meringis. Karena Seungkwan tidak mengalihkan tatapannya, Sehwi pun membuang muka ke arah lain. Terdiam cukup lama hingga menimbulkan kesepian di dalam mobil. Ia ingin omongan Seungkwan adalah kebohongan tapi Sehwi tidak menemukan titik bohong itu sama sekali. Malah pria itu melanjutkan omongan untuk mengisi kesepian yang menyiksanya tersebut.

"Sudah ku katakan padamu, kalau aku tidak bisa melupakan kejadian itu, Kak. Aku terus membayangkannya dan perasaanku makin besar setelah melihatmu hampir setiap hari."

"Makanya jangan lihat aku setiap hari." Kata Sehwi kesal.

"Tidak bisa." Seungkwan meringis. "Aku sudah berusaha melakukannya. Tapi tidak bisa, Kak!"

Napas Sehwi pun terhela panjang. Tatapannya kembali berkelana keluar mobil, memandang kerumunan orang yang berlalu-lalang di trotoar. Ia diam dan Seungkwan kembali mengungkapkan bagaimana perasaannya membesar sejak makin mengenal Sehwi yang selama ini tidak banyak bersosialisasi di kantor. Lama ia mendengarkan sampai pendengarannya tertutup saat melihat Yujin dan Jun jalan bersisian membawa kantong plastik ke arah mobil Seungkwan yang terparkir.

 Lama ia mendengarkan sampai pendengarannya tertutup saat melihat Yujin dan Jun jalan bersisian membawa kantong plastik ke arah mobil Seungkwan yang terparkir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bestfriend [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang