Growth

67 14 3
                                    

*Almost a year later...*

Kota Ulsan tampak cerah saat Sehwi dan Mina melangkah keluar dari stasiun. Keduanya menghela napas pelan, daritadi merasa gerah akibat sengatan matahari sejak keluar dari kereta yang membawa mereka ke Ulsan dari Seoul. Keduanya pun harus lebih bersabar karena Taehee yang berjanji menjemput mereka belum juga sampai, memaksa dua perempuan itu berdiri seperti orang bodoh di teras bangunan stasiun. Katanya, Taehee sudah dekat. Tapi Sehwi dan Mina tidak tahu, dekat yang dimaksud sahabat mereka itu seperti apa. Atau mungkin cuaca musim panas membuat keduanya merasa detik seperti menit. Waktu jadi terasa lebih lamban dari biasanya.

Sudah hampir setahun sejak kejadian yang menimpa Yujin terjadi. Kini, Sehwi dan kedua sahabatnya, Mina serta Taehee berada di Kota Ulsan untuk mendatangi rumah Yujin--yang akhirnya sudah bisa dikunjungi. Sahabat mereka itu harus mengikuti konseling dan terapi selama beberapa bulan ini untuk meng-stabilkan mentalnya yang sempat buruk. Terlebih selama proses mediasi dengan mantan suaminya berlangsung.

Proses yang membuat Sehwi naik pitam, yang harus ditahannya karena keputusan itu berada di tangan kedua orangtua Yujin yang ingin anaknya rujuk.

Masih teringat dengan jelas bagaimana Ayah Yujin menjelaskan kepada Sehwi, Mina, dan Taehee tentang keputusannya setelah berbincang dengan Seungcheol di taman rumah sakit malam itu. Keputusan untuk melakukan mediasi dengan harapan Seungcheol berhenti bersikap ofensif dan melakukan kontrol emosi agar bisa rujuk dengan Yujin.

Budaya patriarki memang masih mendarah-daging dalam keluarga Yujin, kedua orangtuanya yakin kalau anaknya memang harus kembali dengan Seungcheol--bahkan menyuruh Yujin untuk selalu menurut dengan pria itu kalau-kalau mereka benar rujuk. Untung saja keinginan mereka tidak terwujud. Selain Yujin yang bersikeras tidak ingin kembali dengan Seungcheol, kedua orangtua Yujin pun mendapat nasihat dari psikiater yang mengurus Yujin selama ini untuk tidak memaksa anak mereka melakukan hal yang bisa menimbulkan masalah besar lainnya.

Lagipula, Yujin selalu mengamuk setiap mendengar rencana Seungcheol ke Ulsan mengunjunginya. Meski rindu, perempuan itu tetap menahan diri.

"Maaf lama... aku sempat tersesat. Salah jalan hehe." Taehee cengengesan begitu sampai di stasiun, membuka sedikit kaca mobilnya di depan Sehwi dan Mina yang mendesis kesal.

"Panas!" Pekik Mina lalu menarik kopernya menuju bagasi mobil yang sudah terbuka. Sehwi pun turut ikut setelah sebelumnya memutar kedua bola mata di depan Taehee--tidak terkesan dengan alasan perempuan itu.

"Sumpah! Aku heran kenapa kalian bisa tahan tinggal di tempat panas begini." Mina mulai mengeluh begitu mereka sudah di dalam mobil, mengipas-ngipas diri sambil membungkukkan badan di depan AC. Mereka yang dimaksudnya adalah Taehee dan Yujin. Kedua temannya itu tinggal di daerah pesisir pantai yang memang hawanya lebih panas dibandingkan Kota Seoul.

"Sudah biasa, Mina." Sehwi menyahut di kursi tengah. Bersandar sambil menikmati udara mobil yang jauh lebih adem daripada udara di luar.

"Ya. Benar." Kata Taehee di balik kemudi. "Omong-omong, Yujin ingin kita bertemu di restoran dulu. Kalian lapar, kan?"

"Aku mau Naengmyeon, tolong." Mina tampak tidak sabaran, sekarang perempuan itu beralih menggerak-gerakkan bajunya untuk mengambil lebih banyak angin sangking kepanasannya.

Sedangkan Sehwi hanya mendecakkan lidah di belakang mereka. Ia menatap keluar jendela, memperhatikan pemandangan Kota Ulsan sambil berkata dengan nyelekit. "Orangtuanya tidak mau bertemu dengan kita, ya?"

"Ah... benar-benar! Orangtuanya pasti malu!" Timpal Mina yang langsung disanggah oleh Taehee.

"Tidak, kok! Orangtuanya baik-baik saja. Mereka bahkan merasa tidak enak dengan kita, Sehwi. Makanya, mereka menyuruh kita makan di restoran keluarga milik Ayah Yujin. Jangan salah paham dulu, tolong."

Bestfriend [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang