No Chance

56 12 0
                                    

Seungkwan mengucek kedua matanya dengan pelan karena sinar matahari yang tiba-tiba menyilaukan. Ia terduduk, menguap sambil merilekskan tubuh yang terasa pegal. Semalam ia mabuk cukup berat sampai lupa pulang pukul berapa. Seingatnya, ia masuk ke dalam mobil Sehwi, dibopong oleh gadis itu dan seorang pria yang diyakininya salah satu pelayan rumah makan tempat mereka minum-minum. Cukup menyenangkan, apalagi teman-teman Sehwi ramah. Seungkwan pun merasa semesta membantunya memberikan jalan untuk mendekati gadis itu.

"Sudah bangun?"

Kedua mata Seungkwan terbelalak. Suara Sehwi membuatnya melompat dari sofa yang ia tiduri hingga selimut yang ia kenakan tersingkap. Nyawa Seungkwan baru terkumpul hingga tidak sadar tengah berada di apartemen Sehwi, di ruang tamu yang berada tidak jauh dari dapur.

"K-KAK!?"

"Semalam aku lupa menanyakan alamatmu di Seoul dan aku sudah menelpon teman satu apartemenmu, tapi dia enggan memberikan alamatmu. Jadi, ya... ku bawa ke sini." Ujar Sehwi yang tengah memegang pisau di pantry. Gadis itu tampak kikuk dan Seungkwan mengerutkan dahi, menggeram kesal karena membayangkan teman kamarnya yang menyebalkan.

"Soonyoung sialan." Desis Seungkwan yang tidak bisa didengar Sehwi sama sekali.

"Aku telepon Eunsul semalam, dia juga tidak tahu alamatmu juga ternyata." Sehwi menambahkan, menggulum bibir sebelum berbalik untuk memotong sayuran di atas talenan.

"Maaf jadi merepotkanmu, Kak." Sahut Seungkwan, tidak mengindahkan informasi itu karena tahu Eunsul berbohong. Tidak mungkin Eunsul tidak tahu tempat tinggalnya di Seoul. Beberapa kali temannya itu pernah mengantarnya pulang. Memang tabiatnya saja yang menyebalkan, meski kali ini Seungkwan tahu maksud Eunsul berbohong adalah untuk mendekatkannya dengan Sehwi.

 Memang tabiatnya saja yang menyebalkan, meski kali ini Seungkwan tahu maksud Eunsul berbohong adalah untuk mendekatkannya dengan Sehwi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ya... omong-omong ada minuman berenergi di dalam kulkas. Kalau kau merasa lelah, bisa kau minum." Sehwi berbalik sesaat, menunjuk kulkas yang berada tidak jauh darinya, yang dibalas Seungkwan dengan anggukan kikuk.

"Hm... teman-temanmu di mana, Kak?" Tanya Seungkwan kemudian sambil melipat selimut dengan telaten.

Sehwi yang tampaknya sedang memasak sup menunjuk pintu lain yang berada di kanan dapur. "Masih tidur di kamar."

"Kak Mina dan Kak Yujin?"

"Ya, dua-duanya." Jawab Sehwi, nyengir sendiri membayangkan kekacauan yang semalam harus ia jalani bersama 3 manusia mabuk. Untung saja ada pelayan rumah makan dan satpam apartemen yang mau membantunya, kalau tidak, ia mungkin akan membiarkan ketiga orang itu tidur di jalanan--yang pastinya tidak akan terjadi.

"Ya Tuhan... a-aku minta maaf, Kak. Pasti semalam sangat berat untukmu." Seungkwan meringis dan Sehwi hanya bisa mendengus.

Bahkan meski Seungkwan tidak ada pun, ia tetap akan kesulitan. Sudah menjadi kebiasaannya sejak kuliah untuk mengurus teman-temannya yang mabuk. Karena tingkat ketahanannya dengan alkohol cukup tinggi, Sehwi sering sekali mengurusi teman-temannya yang mabuk. Termasuk Taehee yang kali ini posisinya digantikan Seungkwan untuk sementara.

Bestfriend [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang