Between Us

63 13 2
                                    

Sehwi menutup pintu kamar dengan pelan setelah mengecek kondisi Yujin yang masih tertidur dengan lelap. Ia tidak bisa berlama-lama di kamar itu. Bukan hanya karena kehadiran pasien lain yang tidak ingin ia usik, tapi juga sosok Seungkwan yang masih menemaninya di rumah sakit--duduk menuggu di koridor. Sehwi tidak ingin bersikap egois dengan membiarkan pria itu duduk sendirian di luar kamar. Kalau mau begitu, ia harusnya menyuruh Seungkwan pulang, bukan malah mengajaknya bertahan sambil menunggu Mina dan Jun kembali.

"Bagaimana, Kak?" Tanya Seungkwan sambil mendongak, menperhatikan Sehwi yang kemudian duduk di sisinya.

"Bagaimana, Kak?" Tanya Seungkwan sambil mendongak, menperhatikan Sehwi yang kemudian duduk di sisinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tidurnya pulas." Jawab Sehwi dengan senyuman tipis. "Obat rumah sakit memang selalu manjur."

"Aku harap dia baik-baik saja." Kata Seungkwan penuh harap, diaminkan Sehwi dengan tulus, berharap kata-kata itu bisa menjadi doa yang bisa dikabulkan Tuhan.

"Maaf jadi menyusahkanmu, Seungkwan." Sehwi melipat bibir, memandang tangannya yang saling terkait selama beberapa saat sebelum melirik Seungkwan yang sudah duduk menyamping agar bisa berhadapan dengannya. Pria itu tersenyum lebar sambil menggelengkan kepala. "Tidak sama sekali, Kak. Aku malah senang kau memintaku menemanimu."

Kalau dulu Sehwi akan menggerling tajam kepada Seungkwan atas jawabannya itu, kali ini ia memilih untuk membalas senyuman Seungkwan. Ia tahu, tadi ia bersikap impulsif. Tapi hatinya pun tidak bisa berbohong kalau ia membutuhkan pria itu agar pikirannya tidak terlalu pusing atas kondisi Yujin. Seungkwan sudah berhasil membuatnya nyaman, apalagi tidak banyak orang yang tahu permasalahannya kini.

"Entahlah... aku tidak ingin ditinggal sendirian."

"Ya. Aku juga tidak ingin kau sendirian." Timpal Seungkwan lalu terkekeh kecil. "Oh iya, tadi... Jun itu..."

Sebelum Seungkwan menyelesaikan kalimatnya, Sehwi sudah menganggukkan kepala. "Ya. Itu dia."

"Dia... tampan." Ujar Seungkwan lirih, mencoba menerima diri dengan rasa insecure yang muncul setelah melihat Jun, pria yang disukai Sehwi beberapa menit yang lalu. Agak sulit, tentu saja. Tapi Seungkwan tetap mengusahakannya.

"Ya..." Sehwi terdengar ragu, lalu ia mengerucutkan hidung. "Hm... ya. Kau benar. Dia memang tampan dan rasanya semakin sulit untuk diraih."

"Kau bicara apa sih, Kak?" Tanya Seungkwan retoris sambil mengerutkan dahi.

"Entahlah, Seungkwan. Aku pernah bilang kalau aku menyukainya, kan? Tapi jujur, perasaanku naik-turun. Aku tidak tahu aku benar-benar menyukainya atau hanya mengaguminya saja." Jelas Sehwi kikuk. Ia sadar sudah terlalu banyak bicara, tapi ingin pula membagikan isi pikiran yang sedikit mengganggunya setiap bertemu dengan Jun.

Beberapa waktu lalu Sehwi punya harapan yang tinggi atas hubungannya dengan Jun. Sepulang dari Busan, ia merasa ingin berusaha lebih untuk mendekati Jun. Namun, bukannya bergerak untuk mendekati Jun, ia malah terlalu sibuk mengurusi Yujin dan kerjaannya sampai lupa dengan kehadiran pria itu. Memang kenangan di Busan tidak bisa terlupakan, tapi hubungan mereka tidak pernah berkembang setelah itu. Jun pun tidak pernah menghubunginya secara intens, kecuali bertanya hal-hal mengenai kondisi Yujin atau lingkup apartemen mereka.

Bestfriend [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang