Gege berlari secepat kilat ke arah toko kopi yang ia janjikan. Bunyi dencit sepatu ketsnya terdengar nyaris ke lorong-lorong ruangan yang ia lewati.
BRUKK!!...
Saking cepatnya, sampai-sampai tubuhnya menubruk sesorang gadis bertubuh mungil dengan koper merah muda besar tepat di depan toko kopi Lawas sampai keduanya jatuh tersungkur ke lantai dengan posisi minuman yang tumpah mengguyur keduanya. Sekejap, orang-orang yang lalu lalang di sana berhenti untuk memperhatikan keduanya sesaat.
"WOY!" seru gadis itu sambil berusaha bangkit sendiri.
Gege juga berusaha bangkit dengan kondisi kaos putih yang kini berubah warna jadi hijau tua, lengkap dengan aroma khas matcha, "Maaf, maaf, saya lagi buru ..." belum sempat menyelesaikan kalimatnya, gadis itu menyela duluan.
"PAK GEGE!" Seru gadis itu.
Gege mengamati wajah gadis yang setengahnya ikut tersiram matcha dingin. Ia seperti kenal betul dengan gadis di hadapannya. "Lah? Kamu Ghean, kan? Anak copywriter, temennya Jola?"
"Napain lari-lari sih, pak? Saya nggak kemana-mana, saya tungguin di sini." ujarnya sambil mengelap wajahnya dengan jaket yang ia genggam sejak tadi. "Baru juga beli silky milk matcha, baru saya pegang ini pak, gelasnya. Rugi 47 ribu deh, saya." Gerutunya kesal.
Gege bingung. "Hah?"
"Ya bapak kenapa lari-lari? Untung nubruk saya bukan nenek-nenek. Mana kenceng banget. Nih liat muka saya separo Hulk sekarang!" seru Ghean kesal. "Lagian Jola nggak bilang juga sih bapak yang jemput. Kalo Jola bilang kan saya bisa tunggu di lobi depan." cerocos Ghean tanpa henti.
"Heh! Heh! Diem dulu, tunggu sebentar tunggu! Maksud kamu apa Jola nggak bilang saya yang jemput kamu? Mana Jola? Saya kan minta dia ke Surabaya bukan kamu!"
"Loh, kok nanya saya? Kan Jola udah izin sama bapak, kalo rapat di Surabaya itu saya yang gantiin."
"Ghe, saya nggak tahu sama sekali!" seru Gege sambil meremat rambutnya, "Oh my God! Apa-apaan ini!"
Ghean terhentak, sontak ia merasa dibohongi Jola yang bilang kalau Gege sudah tahu akan pergantian ini.
Gege kini terlihat frustrasi, ia melipir ke dekat toko kopi Lawas dan meraih bangku pengunjung yang kosong. "Mati gue!" gumamnya pelan dengan tatapan kosong.
Setelah memanggil petugas kebersihan untuk membersihkan tumpahan minumannya, sambil terus sibuk mengelap wajah dan bajunya yang basah kuyup, ia berusaha mendekati Gege yang terlihat kaget. "Are you okay? Tenang aja, pak, saya bakalan berusaha sebisa saya buat ..."
"Bukan gitu, Ghean." sela Gege pelan mencoba tenang dan sabar.
"Terus gimana, pak? Saya nggak usah ikut rapat aja? Saya sih nggak masalah kok, pak. Awalnya juga saya ragu mau dateng ke sini, ya gimanapun, Jola itu lebih layak daripada saya, kan? Sebelum bapak maki-maki atau marahin saya kayak bapak marahin mas Ega di lobi kantor bulan lalu, mungkin bapak bisa hubungin Jola buat pastiin dia mungkin bisa batalin janji sama pacarnya dan gantiin saya di sini. Saya juga paham kok kalau ..."
"Ghe!" Gege menghentikan gempuran celoteh Ghean.
"Kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Through Her Eyes
Romance... Namun, kepura-puraan mereka pada akhirnya menimbulkan kisah romansa unik yang penuh tantangan dan tarik ulur satu sama lain dan membawa keduanya pada kenyataan yang pahit.