10

39 11 1
                                    

Wanita berkaki jenjang itu memutuskan untuk mampir sebentar ke butik Astari di sebuah mal. Butik itu berbeda dengan butik khusus gaun pengantin yang memiliki gedungnya sendiri. Butik ini cukup besar, seukuran lima deretan toko dijadikan satu. Ada ruang khusus pakaian wanita dan ada ruang khusus pakaian pria. Butik ini memang cukup eksklusif.

Ia akan bertemu banyak kawan lama. Ia tak mengerti mengapa kini dirinya seperti diberi kesempatan untuk dekat lagi. Setelah perceraiannya, wanita itu memutuskan untuk pindah ke Australia dan menetap sementara di sana hingga program S2 nya selesai. Sudah berjalan hampir satu tahun, namun, kini ia harus pulang sebentar ke Surabaya demi menghadiri acara pernikahan kawan lama.

Ia mengerti, dengan kedatangannya pasti akan ada banyak orang yang kaget, mungkin juga akan menjadikannya bahan gibahan, mengingat pertemuan nanti akan mengembalikan linangan masa lalunya dengan seseorang yang amat berkesan di hatinya. Mendadak dirinya jadi naif karena undangan yang dikirmkan langsung oleh orang yang dulunya pernah ia kecewakan. Ia paham, malam itu mungkin akan mempertemukannya pada cinta yang mati suri. Sebuah penyesalan yang ingin ia tebus.

"Selamat siang, ada yang bisa dibantu?" sapa pelayan toko yang sengaja menghampirinya.

"Siang," balasnya ramah. Sembari menoleh ke arah pelayan toko, pandangannya berpindah ke arah sebuah manekin yang mengenakan gaun berwarna abu muda dengan beberapa taburan Swarovski mencolok yang sangat menggoda untuk didekati. "Saya bisa coba gaun yang itu?" tanyanya.

Pelayan toko itu kemudian tersenyum, "Mohon maaf, gaun itu milik orang. Kebetulan baru saja minta untuk diresize karena terlalu besar." tandasnya.

"Ah, sayang banget." decitnya. "Ada lagi nggak, ya, kira-kira yang kayak gitu?"

Pelayan itu menggeleng, "Kebetulan itu gaun custome sendiri, pakai bahan sendiri. Kita yang jahit sekaligus desain untuk dibuatkan sepasang."

Wanita itu hanya melengos kecewa. Jarang-jarang matanya langsung bisa jatuh hati pada sebuah gaun.

"Kalau berkenan, saya bisa bantu carikan gaun dengan model sejenis mirip-mirip yang ini, kak."

"Oh, boleh, deh!"

"Baik, sebelumnya boleh saya panggil dengan kakak siapa?" tanya pelayan yang sedang menjalankan prosedurnya tersebut.

"Tiara." jawabnya santai.

"Baik, kak Tiara mari ikut saya ke area ladies dress." ajaknya.

Tiara mengangguk, keduanya lantas melenggang ke area gaun pesta.

***

Sederet gaun pesta indah tersusun rapi di rak gantung dengan urutan warna senada, sungguh menggoda mata. Gaun-gaun di sini memang didesain untuk acara formal. Berbeda dengan toko khusus gaun pengantin yang dibatasi hanya pada tiga pilihan gaun untuk dicoba, di butik ini pelanggan justru bebas mencoba sampai merasa cocok.

Sejak setengah jam yang lalu Ghean masih saja kebingungan mencocoki antara gaun yang diinginkan dengan tubuhnya yang cenderung mungil. Sebenarnya tidak terlalu kecil, hanya saja tubuhnya lumayan kurus dan bila disandingkan dengan Gege, tinggi badannya hanya sebatas pundak. Kalau Ghean sampai salah pilih, bisa dipastikan, dirinya bisa jadi bahan gunjingan orang lain.

Gaun ini untuk acara lamaran resmi Gina nanti malam, itu berartu secara tak langsung dirinya akan diperkenalkan ke keluarga besar Gege. Meskipun tidak ada niatan untuk memikat hati, namun, tetap saja Ghean merasa harus benar-benar terlihat setidaknya pantas untuk Gege.

"Duh, Ghe, masih lama?" protes Gege yang dari tadi masih sabar mengikutinya memilah-milih gaun dari satu rak ke rak lainnya.

"Pak, yang ini gimana?" Ghean mengacungkan sebuah lace dress dengan potongan A-line mini.

Through Her EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang