23

23 7 5
                                    

Surabaya, 2018,

"Lagi ngelukis apa?" tanya Gege dari atas balkon kamar Ghean. Namun, seakan tahu persis karakter Ghean, Gege segera menarik ucapannya, "Oke, nggak perlu dijawab."

Ghean tersipu. Ia tak akan membiarkan Gege melihat apa yang dibuatnya. "Sesuatu yang nggak penting buat kamu, tapi penting buatku." balasnya.

"Berarti itu juga penting buatku."

Gadis itu tersenyum tipis, "Nanti juga tahu."

"Kapan?" tanya Gege tenang, "Kapan kamu mau bagi duniamu?"


***

Jakarta, 2019,
Apartemen Sutons,


Perlahan-lahan, dengan penuh kehati-hatian, Gege membuka selembar kertas yang dilipat empat dari dalam dompet kecilnya.

Perlahan-lahan, dengan penuh kehati-hatian, Gege membuka selembar kertas yang dilipat empat dari dalam dompet kecilnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arsiran pensil berpadu polesan jari membentuk sketsa kasar raut wajahnya sedang memandangi lautan lepas. Indah.

Hatinya berubah hangat. Gejolak di dalam pikirannya mulai mereda, berdamai, melebur dengan keindahan sebaris kalimat penuh makna di ujung lukisannya, "Jangan percaya jalan yang lurus. Dia buntu. Kadang, kita harus putar arah untuk sampai ke tujuan."

Gege menyimpan itu.

Ia tidak akan pernah meninggalkannya. Ia membawa lukisan itu bersamanya sepanjang waktu. Saat basah, cepat-cepat ia keringkan. Saat kertasnya mulai lecek, buru-buru ia gosok sampai kinclong lagi.

Tiap kali menatap lukisan dan membaca pesan itu membuatnya merasa punya teman. Membuatnya merasa ada seseorang yang mengawasinya, tidak membiarkannya jatuh.

Ghean memberikan itu kepadanya. Tanpa ia minta. Tanpa harus ia paksa. Seolah gadis itu telah menyerahkan hati yang kemudian Gege hancurkan sampai rata.

Kepalanya tertunduk lemas. Benaknya selalu mengulang pertanyaan yang sama: Bagaimana caranya? Bagaimana cara memperbaikinya?

***

Keesokan harinya,

Jola tak lagi menghiraukan penampilannya. Yang ingin ia lakukan adalah sampai di kantor secepat mungkin, sepagi mungkin, dan bertemu dengan orang yang sudah satu minggu terakhir ia coba hindari, Ghean.

Lift yang ia naiki berhenti di lantai dasar lobi utama. Jola bersiap menyambut segerombolan orang untuk masuk ke dalam lift bersamanya.

Ting... pintu lift tersebut terbuka, dan betap terkejutnya ia saat melihat Ghean dan Gege sama-sama menunggu lift dengan posisi yang berjauhan. Seketika keduanya masuk bersamaan dengan sekitar lima orang lainnya.

"Eh, gila, Ghe! Nggak nyangka ketemu di lift!" seru Jola.

Ghean yang merasa Jola menghindarinya seminggu terakhirpun dibuat keheranan. "Eh, ... hai, La." sapanya ragu-ragu.

Through Her EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang