"Baiklah disini saya sebagai pihak pertama berhak menuliskan agreement poin pertama" Viona mengangguk pelan "poin pertama adalah baik pihak kedua tidak harus melayani pihak pertama sebagai istri, kita urus kepentingan kita masing-masing" Viona berdecih "setuju lagian siapa juga yang mau melayani anda"
"Poin pertama dari pihak kedua, pihak pertama maupun pihak kedua tidak boleh menceritakan mengenai pernikahan kita kepada siapapun" Firhan mengangguk "setuju"
"Poin kedua dari pihak pertama, pihak pertama tetap memberikan nafkah sebesar dua ratus juta per bulan jika di rasa kurang pihak kedua bisa meminta langsung" Viona menggeleng "kamu pikir aku miskin sampai kamu harus memberiku uang setiap bulan ? Tidak perlu aku bisa mencari uang sendiri aku tidak setuju poin kedua ini"
"Baik jika pihak kedua tidak menyetujui poin kedua dari pihak pertama maka pihak pertama juga tidak akan menyetujui poin kedua dari pihak kedua" ucap Firhan yang membuat Viona semakin kesal
Brak!
Viona menggebrak meja dia sungguh kesal dengan pria yang berada di hadapannya ini "tidak bisa begitu kamu-"
"Saya rasa kamu hanya perlu menjawab setuju atau tidak bukan menentang apalagi sampai menggebrak meja seperti tadi" Viona menghela nafasnya "baiklah aku setuju"
"Poin kedua dari pihak kedua pihak pertama tidak boleh menyentuh pihak kedua sedikitpun" Firhan terkekeh pelan "setuju sudah saya bilang saya tidak nafsu dengan kamu nona"
"Poin ketiga dari pihak pertama, setiap kali pihak kedua pergi harus di temani oleh bodyguard yang sudah di siapkan oleh pihak pertama" Viona menatap Firhan dengan tatapan kesal apa yang sebenarnya di pikirkan oleh pria ini ? Apa dia mau memenjara Viona ?
"Tidak setuju, bagaimana mungkin-"
"Jika pihak kedua tidak setuju dengan poin ketiga dari pihak pertama maka pihak pertama juga tidak akan menyetujui poin ke empat dari pihak kedua" Viona kembali menghela nafasnya dia harus ekstra sabar untuk menghadapi pria di depannya ini
"Baiklah aku setuju"
"Poin ketiga dari pihak kedua, pihak pertama tidak boleh melarang pihak kedua untuk pergi kemanapun dan dengan siapapun" Firhan mengangguk pelan "setuju"
"Poin ke empat dari pihak pertama, pihak kedua tidak boleh membawa siapapun ke dalam rumah ini" kali ini Viona mengangguk dengan mudahnya "setuju"
"Aku rasa aku belum terpikir lagi untuk poin-poin berikutnya, aku akan menambahkan poin agreement kapanpun sesukaku" Firhan mengangguk "baiklah untuk sementara tiga poin sudah cukup jika nanti ada tambahan poin baik dari pihak kedua ataupun pihak pertama kita bahas kembali disini" jelas Firhan
Viona mengangguk pelan "apa aku boleh pergi dari sini sekarang ?" Tanya Viona "ya cepatlah pergi" Viona beranjak dari duduknya lalu dia pergi dari sana
Firhan memandang kertas yang berisi agreement itu hanya tiga poin saja kenapa dia setuju ? Padahal sebelumnya dirinya sudah membuat agreement bahkan sampai hampir dua puluh poin kenapa seakan otaknya berhenti berpikir ketika membuat agreement tadi ?
Drrttt.....Drrttt....Drrttt..
Firhan mengambil ponselnya yang berada di meja kerjanya ketika dia melihat ponsel itu bergetar
"Ya katakan"
"Halo selamat siang sir, saya hanya ingin mengingatkan saja hari ini anda ada schedule untuk meeting dengan Mr Damian dari Australia sir"
"Delapan menit saya akan sampai di kantor"
Tut!
Firhan mematikan sambungan teleponnya lalu dia segera pergi dari sana
***
Viona memandang kertas agreement itu sebari mondar-mandir di dalam kamarnya kenapa dia hanya menuliskan tiga poin saja ? Ya sama seperti Firhan Viona juga menyesali kenapa otaknya seakan tidak bisa berpikir disana ? Dia harus segera memikirkan poin-poin selanjutnya
Drrtt....Drrttt...Drrttt...
Viona menoleh ke arah ponselnya dia mengambil ponselnya yang berada di tempat tidur
"Ya halo Rena ada apa ?"
"What ? Ada apa kau bilang ? Apa kau lupa nona Viona ? Hari ini kita ada jadwal untuk bertemu dengan klien" Viona menepuk jidatnya sendiri bagaimana mungkin dia bisa lupa mengenai pertemuan penting di hari ini
Mungkin ini semua salah Firhan andai saja pria itu tidak memaksanya untuk datang ke rumah ini dan membuat agreement itu mungkin Viona tidak akan melupakan pertemuan penting ini
"Oh my God! Aku beneran lupa Ren, apa klien kita sudah datang ?"
"Sepertinya keberuntungan selalu memihakmu nona klien kita belum datang"
"Baiklah katakan kau ada dimana ?"
"Aku sudah ada di cafe tempat kita dan klien akan bertemu"
"Syukurlah baiklah dalam waktu sepuluh menit aku akan sampai disana, kau tunggu aku disana dan kalau klien sudah datang kau tangani dulu ya"
"Ya baiklah tapi cepatlah datang"
"Oke"
Tut!
Viona segera mengambil tas nya dia segera pergi dari sana dengan terburu-buru
Brak!
Karena terlalu terburu-buru dia sampai tidak melihat jalan dan menabrak seseorang di hadapannya
"Apa yang kau lakukan ? Apa kau buta nona ?" Tanya suara berat yang sudah dia hafal siapa pemiliknya "sudahlah maaf aku sedang terburu-buru" Viona segera pergi dari sana
Firhan menghela nafasnya dia merapikan jas yang mungkin sempat lusuh karena bertabrakan dengan gadis aneh itu
Firhan tanpa sengaja melihat sebuah dokumen kecil yang berada di lantai dia mengambilnya
"Hei nona!" Teriak Firhan namun tidak di hiraukan oleh Viona gadis itu keluar dari rumahnya begitu saja
"Selain keras kepala ternyata dia juga begitu ceroboh, bagaimana mungkin dia meninggalkan berkas penting untuk pertemuannya ? Ckk... Ngapain saya peduli ? Toh yang punya kertas nya saja tidak peduli" Firhan kembali melempar kertas itu ke lantai lalu dia segera pergi dari sana
Firhan melihat Viona masih berdiri tepat di samping mobilnya sebari membenarkan tatanan rambutnya
"Khem.. karena terburu-buru jangan sampai kamu meninggalkan sesuatu yang sangat penting untuk kamu bawa" ucap Firhan ketika dia berada di samping Viona
"Apa maksudmu ?" Firhan menoleh sebentar ke arah Viona "tidak ada saya hanya mengingatkan saja barangkali mungkin barang kamu ada yang ketinggalan"
"Tidak mungkin aku sudah berulang kali mengeceknya, sudahlah tidak penting juga meladeni kamu disini aku terburu-buru" Viona membuka pintu mobil miliknya lalu pergi begitu saja
Firhan tersenyum simpul "harusnya saya tidak mencoba mengingatkan gadis keras kepala itu percuma saja" Firhan membuka pintu mobilnya dan dia juga segera pergi dari sana
***
See you di next part
KAMU SEDANG MEMBACA
DARSHMALA
FanfictionBagaimana perasaanmu ketika suamimu meminta untuk di dekatkan dengan sahabatmu sendiri ? Tentu hal itu tidak akan pernah bisa kamu lakukan, apalagi kamu sangat mencintai suamimu itu.. Itulah kenyataan yang harus Viona hadapi, suami yang sangat dia c...