BAB 8 ( PENGHAPUSAN POIN PERTAMA )

4 2 0
                                    

Tokk...Tokk..

"Masuk" ucap Firhan ketika dia mendengar suara pintu kamar yang di ketuk "selamat malam tuan" ucap bi Inah "katakan ada apa bi ?" Tanya Firhan lalu bi Inah mendekat ke arahnya sebari membawa semangkuk sup ayam yang sempat dia lihat ada di meja makan tadi

"Maaf tuan tapi jika saya boleh bertanya kenapa tuan tidak memakan makanan buatan nona ?" Tanya bi Inah "saya tidak nafsu makan"

"Tapi tuan nona Viona sudah menyiapkan makanan ini, bahkan dia juga menghangatkan makanan ini sampai beberapa kali sebari menunggu tuan datang agar ketika tuan datang makanannya masih hangat" jelas bi Inah

"Lalu apa yang harus saya lakukan ? Apa saya harus memaksa mulut saya makan makanan itu meskipun dalam keadaan perut yang kenyang ?" Bi Inah menggeleng pelan "saya hanya menyarankan tuan untuk makan walau hanya sedikit saja tapi jika memang tuan tidak mau maka saya-"

"Yasudahlah bawa kemari sup nya setidaknya ada celah di perut saya untuk sup masuk" bi Inah mengangguk lalu dia menaruh sup nya di nakas "terimakasih tuan kalau begitu saya pamit" Firhan mengangguk lalu ketika dia melihat bi Inah sudah keluar dia mengambil mangkuk sup itu dan dia mencobanya sedikit

Ketika dia merasakan sup buatan Viona dia sepertinya tidak asing dengan rasa dari sup ini

*Flashback..

"Dash kenapa kau ada disini ?" Tanya gadis kecil yang menghampirinya "Aku sedang menunggu mama" jawabnya "memangnya mama kamu kemana ?"

"Kata mama dia pergi bekerja"

"Di hari libur mama kamu tetap bekerja ? Dia hebat sekali ya" Firhan mengangguk pelan

Kkrruyyuuukkk...

"Itu suara perut kamu ?" Tanya gadis kecil itu yang dijawab Firhan dengan anggukan "kebetulan ibu membuatkan aku sup ayam sebelum pergi kerja kita makan bersama di rumahku yuk" Firhan menggeleng pelan "sudahlah ayo" gadis kecil itu menarik tangan Firhan dan mambawanya masuk ke dalam rumah miliknya

Firhan menatap kagum ke sekeliling rumah itu dia tidak pernah melihat rumah semewah ini sebelumnya bahkan mungkin ukurannya jauh lebih besar tiga kali lipat dari rumahnya sekarang

"Rumah kamu bagus sekali" puji Firhan "ini bukan rumahku tapi rumah orangtuaku" gadis kecil itu membuka satu persatu tutup makanan yang berada di meja makan "ayo kita makan sekarang" Firhan mengangguk lalu yang pertama dia coba adalah sup ayam "rasa sup nya enak sekali" gadis kecil itu mengangguk "semua makanan buatan mama memang selalu enak"

*Flashback off..

Ya Firhan mengingatnya kejadian dimana dia merasakan rasa sup itu untuk pertama kali sup itu adalah sup buatan ibu gadis kecil yang sampai saat ini dia masih belum tahu dimana keberadaannya

Firhan segera menghabiskan rasa sup itu karena dia memang merindukan rasa dari sup yang sama dia benar-benar tidak mengerti kebetulan macam apa ini ? Rasa sup yang Viona buat sama persis seperti sup buatan ibu gadis kecil yang sampai saat ini dia belum berhasil menemukannya

Karena rasa dari sup itu Firhan menjadi semakin penasaran dengan masakan buatan Viona dia memutuskan untuk turun ke meja makan dan mencicipi semua makanan yang Viona buat dia bahkan sampai tidak sadar kalau dia sudah menghabiskan semua makanannya

                               ***
Firhan berdiri tepat di depan pintu kamar Viona dia bingung apakah dia harus kembali meminta gadis itu memasak untuknya ? Tapi bagaimana jika nanti gadis itu besar kepala ? Tidak dia tidak akan melakukannya

Firhan membalikan tubuhnya membelakangi pintu kamar Viona "Tapi jika aku tidak memintanya untuk memasak aku tidak bisa karena aku merindukan rasa masakan seseorang di masalaluku yang namanya masih melekat dalam hatiku dan sepertinya dia tidak akan pernah terganti" gumam Firhan dalam hati

Firhan kembali membalikan tubuhnya menghadap pintu kamar Viona dan tepat saat itu juga Viona muncul dari balik pintu itu

"Sedang apa kau disini ?" Tanya Viona Firhan menggaruk tengkuknya yang tak gatal "s-saya-" keberanian Firhan sepertinya lenyap begitu saja ketika dia melihat wajah Viona

"Sudahlah tidak usah dijawab tidak penting juga" ucap Viona lalu dia melangkah pergi namun ketika kakinya sudah melangkah satu langkah sebuah tangan kekar memegang tangannya hingga membuat langkahnya terhenti

"Tunggu, saya ingin berbicara dengan kamu" ucap Firhan "katakan saja" jawab Viona cepat

"Kita bicara di ruang kerja saya"

                                 ***

Firhan mengambil kertas persetujuan yang telah mereka berdua buat kemarin hal itu tentu saja membuat Viona bingung apa

"Kenapa dia memegang kertas agreement ? Apa dia mau menambah poinnya ? Pria ini memang tidak pernah puas" gumam Viona dari dalam hati

"Saya mau menghapus poin pertama yang saya buat dimana poin itu berbunyi baik pihak kedua tidak harus melayani pihak pertama sebagai istri, kita urus kepentingan kita masing-masing"

Deg!

Tentu saja hal itu membuat Viona terkejut apa artinya ini ? Seketika pikiran Viona melayang jauh begitu saja

"Tidak! Apa-"

"Cukup nona cukup saya tahu apa yang kamu pikirkan, mengenai melayani sebagai istri itu bukan berarti kamu harus melayani nafsu saya saja tapi saya ingin kamu menyiapkan makanan saat jam makan saya sudah tiba" jelas Firhan yang membuat Viona mengernyit bingung

Kenapa pria ingin di siapkan makanan dari Viona ? Bukankah kemarin dia sama sekali tidak menyentuh makanan yang Viona buat ? Tapi ini adalah kesempatan untuk Viona agar bisa memaksa pria itu untuk melanjutkan kerjasama dengan perusahaannya

"Khem.. baik saya setuju tapi dengan satu syarat" Firhan menghela nafasnya "apa ?"

"Saya ingin anda kembali melanjutkan kerjasama perusahaan kita" Firhan tersenyum simpul dia pikir Viona akan mengajukan syarat yang berat tapi ternyata gadis itu hanya menginginkan syarat yang bahkan menguntungkan juga bagi Firhan

"Hanya itu ? Tentu saya setuju, jam tujuh malam saya akan pulang dan kita lanjutkan pembicaraan mengenai kerjasama kita di rumah saja" Viona mengangguk "baiklah terimakasih" Firhan mengangguk lalu Viona segera pergi dari sana

Dan Firhan mencoret poin pertama yang sudah dia buat dalam kertas agreement

                                ***
"Viona bagaimana dengan kerjasama perusahaan kita dengan perusahaan pak Firhan ? Kamu sudah membujuknya kan ?" Tanya Rena "untuk masalah itu kau tenang saja aku sudah berhasil membujuknya dan nanti malam aku dan dia akan kembali melanjutkan pembicaraan mengenai kerjasama di rumah" jelas Viona dia tidak sadar kalau dia sudah keceplosan

"Apa ? Di rumah ? Pak Firhan yang kw rumah kamu atau kamu yang berkunjung ke rumah pak Firhan ?" Tanya Rena yang berhasil menyadarkan Viona jika dirinya sudah keceplosan

"Em..itu maksudku kita berbicara di resto yang bentuknya seperti rumah dan namanya juga resto rumah" bohong Viona "ada ya resto yang namanya seperti itu ? Yaudah bodo lah yang penting aku bisa tenang karena kerjasama antar perusahaan bisa kembali terjalin" Viona mengangguk dan tersenyum

Sungguh saat ini dia merutuki dirinya sendiri kenapa bisa keceplosan seperti itu ? Bagaimana jika Rena curiga ? Sudahlah tapi sepertinya sahabat sekaligus sekretaris nya itu bisa sedikit di bohongi

"Berpikir tentang Firhan aku jadi penasaran kenapa ayah memintaku untuk menikah dengan pria itu, padahal ayah tahu jika aku sama sekali tidak mengenalnya, aku harus menyelidikinya" gumam Viona dari dalam hati

                               ***

See you di next part

DARSHMALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang