7

7.7K 433 1
                                    

Fano meniup seblak panas yang baru saja selesai dibuat Lusiana beberapa menit yang lalu. Warna merah kuah seblak mendominasi membuat orang-orang sekitar menelan ludah. Fano menyuap satu sendok seblak sebentar lagi seblak akan meluncur ke mulut Fano, ada yang menepis tangan kanan Fano berakhir dengan tumpahnya seblak itu. Fano menatap tajam orang yang mengganggu waktu santai nikmat dia.

Argo menatap dingin Fano hanya dianggap angin lalu Fano. Fano kembali menyuap seblak karena kesal Argo membuang mangkok seblak ke bawah bunyi keras pecahan mangkok terdengar jelas.

"Ck!" kesal Fano.

"Kenapa kau memakan menu tidak sehat seperti itu sih?!" kesal Argo.

"Dengar ya bang. Itu makanan jangan dibuang sebegitu mudahnya," ucap Fano.

"Jangan menasihatiku seperti kau sudah tua saja dek," ucap Argo.

"Aku memang masih muda, tapi aku paham bagaimana susahnya mencari seribu rupiah di jalanan!" kesal Fano. Fano mendorong bahu Argo kesal, dan berlalu pergi menuju ke kamarnya ingin beristirahat dengan tenang.

Fano membanting pintu kamar sangat keras kesal akan perbuatan Argo barusan padahal sebentar lagi seblak akan masuk ke mulutnya. Fano jarang memakan seblak maklum sibuk mencari uang.

"Sudah beberapa bulan gua pengen seblak sekalinya ada malah sengaja dihancurkan!" kesal Fano.

Fano mengambil hpnya untuk menghubungi Radit meminta membawakan seblak yang diinginkannya. Fano menghela nafas kasar karena Radit tidak bisa dimintai tolong sama sekali.

"Mau seblak," keluh Fano.

"Dek!" panggil Argo.

Fano tidak memperdulikan ketukan pintu malas berbicara dengan Argo. Fano melirik laptop yang masih belum tersentuh sama sekali. Fano menghampiri laptop dan mulai menyalakan laptop pemandangan pertama yang dilihat adalah tampilan windows 10 standar.

"Keren ya," ucap Fano.

Fano mulai memencet laptop mencari hal-hal menarik di dalam laptop hanya banyak dokumen kosong disana maklum laptop baru. Fano tertarik dengan tampilan bertuliskan game jadi Fano mengklik itu.

Fano kagum dengan beberapa game yang tersedia disana katakan saja Fano itu kudet namun begitulah kenyataannya. Fano mulai memainkan game kartu dengan tenang.

Di meja makan semuanya sudah berkumpul tinggal menunggu Fano saja baru makan malam akan dilaksanakan. Stevan melirik ke kamar Fano namun tanda-tanda kemunculan Fano tidak nampak.

"Ini adek kok belum keluar sih?" heran Rimba.

"Maid bilang tadi seblak buatan mama jatuh ke lantai. Mungkin adek badmood karena itu," ucap Lusiana.

"Bukan adek marah sama abang sebab melarangnya makan seblak," ucap Argo.

"Minta maaf sana, bang," ucap Lusiana.

"Tadi aku ketuk kamar adek beberapa kali tidak ada sahutan sama sekali," keluh Argo.

"Mama akan cek adek dulu," ucap Lusiana.

Lusiana menggeser kursi lalu bangkit berdiri ingin melihat keadaan sang bungsu. Lusiana tiba di kamar Fano bahkan disana sudah ada note bertuliskan 'Fano ganteng kesayangan mama' Lusiana terkekeh geli membaca itu memang tingkah Fano sangat menghibur sekali.

Lusiana membuka perlahan-lahan pintu kamar Fano disan terlihat Fano serius sekali bermain laptop bahkan terdengar suara umpatan kasar dari mulut Fano.

Lusiana mendekat kearah Fano yang asyik sendiri dengan lembut mengelus surai rambut Fano, dan Fano menoleh kearah belakang merasakan seseorang mengelus surai rambutnya. "Mama kok disini?" bingung Fano.

Stefano Mahardika (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang