23

3.3K 229 13
                                    

Genangan darah memenuhi ruangan kecil dengan penerangan samar hanya ada suara teriakan manusia saling bersahutan. Beberapa pria tanpa busana sedang asyik menyetubuhi seorang pria yang diikat di meja. Disana ada pria dewasa menatap datar pemandangan yang dia lihat tidak terganggu sama sekali.

"Sepertinya itu kurang cukup," ucap pria dewasa tersebut.

"Dia sepertinya akan mati Mr. Ar,"

"Aku ingin dia menderita dulu. Anggap saja hukuman membuat bekas luka permanen di seluruh tubuh adik kecilku," ucap Mr. Ar.

Mr. Ar alias Argo Siji Jovetic kakak pertama Fano. Argo berhasil menangkap pelaku utama penculikan Fano beberapa tahun silam. Argo menyuruh anak buahnya untuk membuat pelaku jera dan tidak akan pernah lagi mengusik keluarganya.

"Ambilkan suntikan agar dia tetap sadar. Aku ingin agar adikku menyiksa dia juga. Kalian semua bisa," ucap Argo.

Mereka pergi meninggalkan Argo sendirian. Genangan darah yang berserakan itu karena beberapa anak buah pelaku utama ditembak secara brutal oleh Argo. Argo menepuk pipi pelaku utama yang penampilannya sangat kacau sekali. Bau sperma dimana-mana mungkin sejak awal dibawa Argo kesini dia hanya memakan sperma saja.

"Pria busuk sepertimu memang pantas mendapatkan ini. Aku masih baik membiarkanmu hidup. Ada satu orang yang harus kau temui sebelum nyawamu menghilang," ucap Argo.

"Mr. Fandik berada di depan ruangan Mr. Ar," lapor salah satu anak buah.

"Biarkan dia masuk," ucap Argo.

Argo meminta semua anak buahnya membersihkan kekacauan sebentar sebelum membiarkan Fano masuk. Mr. Fandik itu nama samaran Fano di dunia bawah. Tadinya Stevan mengusulkan nama Mr. Maha namun Fano menolaknya dan berujung dia ngambek seminggu penuh sama Stevan.

Pintu terbuka disana ada Fano memakai topeng putih polos tanpa ornamen. Fano tidak mendesain khusus topeng penyamarannya menurut dia itu menguras waktu. Fano lebih suka hal yang simple saja dan tidak ribet.

"Bang kok bau semacam apa ya?" tanya Fano.

"Ini ruangan penyiksaan wajar bau aneh dimana-mana," jawab Argo.

"Bukan ini berbeda. Oh iya aku ingat seperti apa ya aku lupa," ucap Fano mengusak rambut belakangnya.

"Lupakan saja." Argo mengkode Fano mendekat kearahnya. Fano duduk di sebelah Argo yang melihat seorang pria dewasa yang dia kenal. "Lakukan sesuka hatimu," ucap Argo.

"Hanya ini saja yang dilakukan olehmu bang?" tanya Fano memastikan.

"Memang kau punya ide untuk menyiksa dia selain ini," ucap Argo.

"Anal dia baru robek. Coba suruh dia disetubuhi beberapa orang sekaligus dan dia akan mati secara perlahan-lahan," saran Fano.

"Eh kau mengetahui itu juga dek?!" kaget Argo.

"Saat aku mengamen sering memergoki pria hidung belang melakukan itu bersama wanita di rumah kosong yang kulewati," ucap Fano santai.

"Kau melihatnya secara langsung?" tanya Argo memastikan.

"Lihat dan menonton sebentar sih," ucap Fano.

"Dek kamu itu masih kecil lho," ucap Argo.

"Aku sudah SMA," ucap Fano.

"Yah tapi menurut abang kamu masih sangat kecil," ucap Argo.

"Malas tahu dianggap anak kecil terus," ucap Fano.

"Habisnya kamu pendek sih dek," ucap Argo.

"Sumpah ngeselin banget. Aku ini padahal jajaran murid tertinggi di sekolahku. Di keluargaku malah aku paling pendek hal menyebalkan sekali," ucap Fano.

Stefano Mahardika (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang