Fano duduk diatas motor gede miliknya menghembuskan asap rokok dan disampingnya ada Raditya bermain hp. Raditya pulang bersama Fano arah rumah mereka searah jadi mereka memutuskan bareng saja. Fano menyelipkan rokok di bibirnya merasakan getaran di saku celananya.
Fano mengeluarkan hp ada beberapa pesan dari kedua orangtuanya, kedua kakak dan nomor asing. Fano akan memblokir nomor asing tapi ada panggilan dari Argo.
Fano mengangkat sambungan telepon dari Argo terdengar helaan nafas dari seberang sana.
Fano : bang kalau numpang nafas jangan telepon gua dong
Argo : keluarga besar akan tiba lusa dan abang takut saja kamu dimonopoli sama semua kakak sepupumu
Fano : emang semua sepupu lebih tua dari umurku semua?
Argo : kamu paling muda diantara kami semua dek
Fano : suruh mama dan papa buat adik saja
Argo : semua kakak sepupumu menyayangimu kok dek
Fano : gua gak mau dilarang mereka tahu bang!
Argo : hahahaha
Fano : abang!
Argo : cup cup cup adik bungsunya abang jangan nangis dong
Fano : bukan nangis tahu tapi kesel!
Argo : abang kasih kamu uang tambahan tapi ada syaratnya
Fano : syarat mulu kayak si Stevan
Argo : itu ayahmu lho dek
Fano : bodoh amat habisnya uang jajanku dipotong kemarin karena kebablasan bermain
Argo : kamu juga kira-kira dong main kok sampai hampir subuh baru pulang ke rumah
Fano : gua ketiduran di rumah Radit tahu!
Argo : makanya telepon salah satu anggota dong bilang kamu berada di rumah Radit
Fano : argh gua gak salah tahu!
Argo : kesini deh adik bungsunya abang
Fano : kemana?
Argo : kantor papa
Fano : gua butuh energi sebelum kesana tahu
Argo : abang traktir mie ayam lima porsi plus sup buah tiga porsi
Fano : otw abang gantengku
Argo : dasar giliran ditraktir baru muji kemarin-kemarin meledek abang mulu
Fano : hehehe
Argo : hati-hati di jalan dek
Fano : siap laksanakan komandan!
Argo memutuskan sambungan telepon dan Raditya tersenyum melihat Fano sangat berbunga-bunga wajahnya. Raditya tahu pasti Fano mendapatkan hal yang menguntungkan bagi dia hari ini. Yah tinggal selama hampir sebulan di rumah kedua orangtuanya hampir semua keinginan yang mustahil diraih Fano, satu-persatu dipenuhi oleh keluarganya.
"Keluarga gua baik ya, Dit. Mereka memanjakan gua sekali. Suatu hal yang tidak bisa kurasakan dulu." Fano mengingat masa lalu dia sebelum bertemu kedua orangtuanya. Masa-masa sulit dalam hidup dia hanya ada Raditya bersama kedua orangtuanya tempat keluh kesah Fano. Fano menjadi dewasa sebelum waktunya disaat anak berumur 10 tahun bermain bersama teman-temannya yang dilakukan Fano mencari uang demi sesuap nasi untuk perut dia. "Gua kembali ya takut abang nungguin gua," ucap Fano.
"Jangan ngebut lho. Nyawa cuma satu sayangi itu jangan malah ngeprank malaikat yang kesel sama kelakuan elu!" nasihat Raditya.
"Tenang aja gak bakalan ngebut kok." Fano memakai helm hitam fullface ke kepalanya mulai memanaskan sebentar motornya. "Kecepatan gua 100 km/jam aja!" pekik Fano.
Fano tancap gas meninggalkan Raditya sebelum sebuah suara amukan Raditya terdengar. Raditya sosok kakak bagi Fano selama ini. Dia selalu menasihati Fano untuk menjadi pribadi lebih baik.
Fano menempuh waktu 30 menit tiba di gedung pencakar yang memiliki 50 lantai. Di luar gedung memiliki desain hampir seluruh hanya ada kaca-kaca saja. Halaman gedung sangat luas benar-benar gedung keren bagi pandangan orang yang belum pernah melihat gedung keren itu. Fano memarkirkan motor di sembarangan tempat dan melepaskan helm fullface. Fano merapihkan sedikit rambut dia yang berantakan agar lebih tampan.
Fano berjalan masuk menuju lobby gedung para satpam mengernyitkan dahi aneh saja seorang siswa berseragam putih abu-abu malah berada disini. Fano memencet bel di meja resepsionis membangunkan para cewek-cewek yang sibuk berjoget riang tiktok.
"Oi mba!" panggil Fano.
Mereka tidak menghiraukan ucapan Fano sama sekali. Sampai beberapa kali bel dibunyikan Fano mereka tanpa acuh dengan kehadiran Fano. Fano memukul bel sampai hancur, kegiatan para staff resepsionis yang sibuk tiktok-an terhenti akibat ulah Fano.
"Dek jangan menghancurkan bel mahal itu!" peringat salah satu resepsionis.
"GUA DISINI HAMPIR 1 JAM! LU SEMUA SIBUK DENGAN HP! LU KIRA KAGAK PEGEL GUA BERDIRI TERUS HAH?! LU ITU KERJA ATAU MAU MAIN SIH?! KERJA YA KERJA! BOLEH SANTAI TAPI PAS ADA ORANG DI MEJA RESEPSIONIS HARUSNYA LU TANYAIN BUKANNYA MALAH DICUEKIN BEGINI! TANTE!" marah Fano.
"Gua masih muda kau anak kecil!" kesal resepsionis itu.
"Heh bukan tante tapi dada lu malah diumbar begini?!" remeh Fano.
"Ck terserah gua dong! gua ini tunangan tuan Argo Siji Jovetic!" pekik resepsionis itu.
"Elu kagak pantes bersanding dengan tuan Argo yang terhormat itu," ucap Fano remeh.
Resepsionis itu mendekat kearah Fano bahkan mencengkeram sangat kuat dagu Fano. Fano menepis cengkraman resepsionis itu. Fano tersulut emosi dia langsung mencekik leher resepsionis itu bahkan membuat resepsionis itu seakan melayang keatas.
"Le-pas," ucap resepsionis itu.
"Panggilkan Argo Siji Jovetic kesini cepat!" tegas Fano.
Aura di sekitar sangat tidak kondusif bisa dirasakan Fano sangat marah. Fano memang emosian, tapi dia pasti punya alasan tersendiri akan hal itu. Fano tidak peduli suara permohonan gadis itu dia memiliki darah Jovetic jadi sisi sadis Fano diturunkan dari sang ayah.
"Dek lepasin nanti dia mati," ucap Argo.
Fano menatap datar Argo. Argo bisa melihat aura Fano berbeda bukan seperti biasanya. Argo tersenyum smirk merasakan aura milik adiknya Fano. Aura ini memang sama persis seperti saat salah satu keluarga Jovetic akan menghabisi musuh.
"Apa yang akan kamu lakukan sama gadis itu?" tanya Argo.
"Mencekik dia sampai tidak ada nafas dari semua sistem pernapasan gadis ini," ucap Fano datar.
"Kesalahan dia apa?" tanya Argo.
"Tidak menjalankan tugas seorang resepsionis seperti seharusnya. Dia malah sibuk bermain ponsel saja," ucap Fano datar.
Fano terus mencekik gadis itu suasana kacau tidak ada yang berani mencengah tindakan Fano. Mereka tidak mau bernasib sama seperti gadis yang berada dalam cekikan Fano. Fano melepaskan gadis itu sepertinya dia pingsan.
Fano mendekat kearah Argo dan langsung memeluk tubuh tegap sang kakak. Argo menggendong tubuh Fano di depan hanya ada tatapan datar Argo agar segera mengurus gadis yang dicekik oleh Fano beberapa menit yang lalu.
Fano tertidur dalam gendongan Argo dia kelelahan sebab ulangan harian hari ini yaitu fisika. Pencampuran antara angka dan huruf benar-benar membuat pusing saja.
Jangan lupa tinggalkan vote, komentar dan kritikan
Sampai jumpa
Sabtu 17 September 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Stefano Mahardika (END)
General FictionNot BL/Only Brothership. Ini hanya kisah keluarga saja tidak lebih. Stefano Mahardika cowok tengil yang hobi bolos dan hidup sebatang kara selama ini Fano panggilan akrabnya menyambung hidup dengan mengamen setiap hari demi sesuap nasi. Tiba-tiba se...