17

4.6K 303 10
                                    

Di sudut sekolah ternama seorang siswa tengah menyesap benda nikotin pembuat candu. Fano namanya seperti biasa dia sedang membolos. Fano tidak suka pelajaran fisika jadi kabur dari kelas. Fano melemparkan rokok kelima ke sembarangan arah.

"Lu kagak takut dihukum sama bokap?" tanya Raditya.

Fano menghentikan aksi menghisap rokok dan menatap Raditya. "Bokap tidak akan menghukum santai saja," ucap Fano.

"Si bontot kesayangan jadi bebas dari hukuman. Enak banget hidup lu, lha gua dimarahin mulu sama ayah apabila ketahuan tawuran," keluh Raditya.

"Bicara soal tawuran. Udah lama nih kagak baku hantam," ucap Fano.

"Ada info bentar lagi tawuran dekat SMA Garuda," ucap Raditya.

"Kuy kesana!" ajak Fano.

"Sesat lu. Tadi katanya cuma pelajaran fisika aja bolosnya!" protes Raditya.

"Tanggung elah bablas aja sekalian," ucap Fano sesat.

"Saranmu memang sesat tapi gaslah!" pekik Raditya.

Raditya mengambil motor gede milik di depan warung sekolah. Mereka berdua jarang memasukkan motor ke lingkungan sekolah alasananya agar lebih mudah kabur dari sekolah. Fano membonceng saja karena motornya masih di bengkel ulah dia sendiri minggu lalu.

Angin sepoi-sepoi mengenai wajah tampan Fano gurat kesenangan terlihat jelas. Fano beruntung bisa bertemu kedua orangtuanya, sebab tanpa mereka saat ini mungkin Fano masih perlu mengamen di lampu merah setiap harinya.

SMA Garuda sekolah yang dituju sudah di depan mata. Mereka berdua memutuskan mengganti seragam sekolah putih abu-abu yang ada identitas tempat menempuh ilmu.

Seragam putih abu-abu polos sudah dipakai mereka berdua. Ide itu tercetus dari Fano dia mengatakan agar bisa tawuran sebebas-bebasnya tanpa perlu melibatkan nama sekolah.

Terdengar gila bagi orang-orang berbeda dengan Fano yang malah senang menghajar wajah setiap orang sampai babak belur.

"Murid baru lu?"

"Iya bang. Baru pindah kemarin," ucap Fano.

"Hebat lu baru masuk udah tawuran aja,"

"Masa remaja tanpa kenakalan itu membosankan bang," ucap Raditya.

Fano dan Raditya bergabung bersama siswa SMA Garuda. Musuh datang membuat Fano menjilat bibir bawahnya. Raditya menepuk pundak Fano berusaha mengingatkan Fano.

"Serang!"

Tawuran antar pelajar pecah saling adu pukulan, tendangan dan senjata berlangsung. Fano tangan kosong tanpa menggunakan senjata apapun. Fano menghindar setiap pukulan dan tendangan dari lawan. Raditya menyeringai kearah Fano. Mereka berdua langsung saling melindungi satu sama lain. Lawan kalah telak dari SMA Garuda. Fano dan Raditya langsung kabur dari arena tawuran sebelum polisi datang.

Yah benar tak lama suara sirine polisi terdengar membubarkan sekumpulan siswa SMA Garuda. Fano tertawa terbahak-bahak mendengar sirine polisi dan Raditya menggelengkan kepalanya melihat respon Fano.

"Pulang ke rumah gua ya. Biar bokap tidak marahin gua," ucap Fano.

"Elah gantian napa. Kemarin gua kena semprot tuh!" protes Raditya.

"Tenang nanti dibantuin sama gua. Bokap mode bocil senggol dikit ngambek jadi harus dibujuk dulu," ucap Fano.

"Mirip kayak lu. Main nonjok muka orang aja padahal tuh orang kagak sengaja," ucap Raditya.

"Jangan samain gua sama Stevan. Gua ganteng dia udah tua," ucap Fano.

"Mikir ajalah lu ganteng berarti om Stevan pas muda ganteng. Bahkan yongkap gua pernah bilang papa lu banyak yang ngincer," ucap Raditya.

Stefano Mahardika (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang