Rimba tersenyum senang saat mendapatkan kabar bahwa Fano telah siuman dari tidur panjangnya. Fano koma selama satu bulan dan selama itu pula keluarga Jovetic menjauh satu sama lain. Mereka menyibukkan diri sendiri dengan aktivitas menguras waktu.
Di ruangan Fano saat ini keluarga besar Jovetic tersenyum melihat sang bungsu kembali. Fano sedikit memiringkan kepalanya karena merasakan hal aneh terhadap keluarganya.
"Abang sama kakak kok kelihatan kurusan sih?" tanya Fano.
"Perasaanmu saja dek," jawab Rimba.
"Kakak peluk dong," ucap Fano merentangkan tangannya.
Rimba dengan senang hati memeluk tubuh Fano yang sedikit kurus karena kelamaan koma. Rimba mengelus rambut Fano dan mencium puncak kepala Fano. Rimba sangat menyayangi Fano adik kecilnya.
"Diem mulu bang kesini dong barengan," ujar Fano melihat Argo diam saja.
"Ah iya dek," jawab Argo.
Argo memeluk kedua adiknya namun Rimba mendorong tubuh Argo bahkan menatapnya tajam. Tingkah Rimba membuat keluarga Jovetic tertawa. Ayolah lihat wajah galak Rimba seperti tidak mau berbagi sosok Fano sama sekali.
"Bang Rimba posesif sekali," celetuk Kevin.
"Maklum sama adik bungsunya," timpal Bobby.
"Pantes kemarin galau mulu di kampus," ujar Indra.
"Kalian jangan meledek bang Rimba," nasihat Bryan.
"Anakmu seperti istrimu rata-rata berbeda dengan ketiga putraku," ucap Stevan.
"Salah kau sendiri nakal sekali saat muda bang," jawab Marcus.
"Kurang ajar sekali kau dek!" kesal Stevan.
"Dek papamu tuh," adu Marcus.
"Heh Fano putraku ya!" protes Stevan.
"Kalian seperti anak kecil tahu. Aku saja jarang bertengkar dengan kakak lho. Lha kalian berdua seperti anak umur lima tahun inget umur dong kalian sudah tua," sindir Fano.
"Adek cerminan dirimu bang," ucap Adelina.
"Tidak beda jauh satu sama lain," celetuk Lusiana.
"Sayang!" rengek Stevan.
"Berhentilah merengek seperti bocah Stevan!" tegas Bram.
"Dih kakek sok tegas sekali," celetuk Fano.
Bram memukul kepala Stevan begitu saja. Stevan heran akan tindakan Bram padahal yang salah Fano lha kenapa dia yang kena pukul ayahnya.
"Aku tidak akan memukul cucu bungsuku jadi sebagai gantinya kau yang aku pukul Stevan," ucap Bram.
"Kek kerjain papa bareng yuk!" ajak Fano.
"Tentu nak," jawab Bram.
"Sabar bang. Dosamu kebanyakan sama papa makanya kena karma nya sekarang," ucap Marcus menepuk pundak Stevan.
"Harusnya kau membelaku dek!" protes Stevan.
"Malas," acuh Marcus.
Akhirnya Stevan dan Marcus malah bertengkar karena hal tersebut. Orang-orang hanya memperhatikan saja perkelahian kedua pria dewasa tersebut. Tidak tahan akan keributan Bram memukul kepala kedua putranya.
"Hahahaha ayah kena kakek," tawa Kevin.
"Telah kuabadikan," ucap Bobby.
"Kirimkan padaku," ujar Indra.
"Mas Bobby kirim ke aku juga!" pekik Fano.
"Fano panggil abang aja ya," timpal Bobby.
"Tidak!" protes Argo.
"Oh ok," ucap Bobby mengalah.
"Malah bangunkan singa tidur sih elu," celetuk Kevin.
"Oi gua abang lu!" protes Bobby.
"Beda setahun!" pekik Kevin.
"Ayah rajin tebar kecebong sih," celetuk Indra.
"Nah benar ayah Marcus nafsu nya tinggi banget," timpal Fano.
"Hormon pertumbuhan kayaknya," ucap Kevin tidak nyambung.
"Ayah hormon pertumbuhannya tidak akan timbul lagi mas Kevin. Dia kan tua kayak papa," ujar Fano.
"Rasakan diledek bontot!" pekik Stevan.
"Lu di luar kayak kulkas depan gua kayak abang laknat!" gerutu Marcus.
"Idih ayah kayak bocah ngambek segala," ucap Kevin.
"Kayak elu kagak begitu. Biasanya juga guling-guling di lantai kalau dilarang bermain sama ayah atau bunda," celetuk Indra.
"Hey jangan bongkar aibku dong!" protes Kevin.
"Kekanak-kanakan sekali," ledek Fano.
"Kamu juga sama dek. Waktu itu melompat dari kamarmu pas dilarang bermain malam," sindir Rimba.
"Jangan meledek orang lain apabila perilakumu sama," ucap Kevin.
"Sok bijak amat dek," ucap Bryan.
"Hehehe," tawa Kevin.
"Aku bawa makanan untuk kita semua," ujar Argo tiba-tiba.
Ucapan Argo menyadarkan mereka semua. Di depan pintu ada Argo membawa beberapa plastik berisi makanan. Mereka tidak menyadari saat Argo pergi dari ruangan inap karena sibuk saling meledek satu sama lain.
"Bagi ayam gepreknya!" pekik Fano.
"Tidak!" tegas semuanya.
Fano cemberut padahal mau sekali ayam geprek. Sejak dulu Fano jarang merasakan masakan mewah karena hanya seorang pengamen jalanan. Untungnya dia bertemu keluarga kandungnya dan nasib Fano berubah total.
Mereka makan bersama-sama dan diam-diam Rimba menyuapi ayam geprek yang tidak pedas ke mulut Fano. Saat keluarganya sibuk makan maka Rimba memasukkan ayam geprek ke mulut Fano.
Jangan lupa tinggalkan vote, komentar dan kritikan bagi penulis agar semakin bersemangat menulis
Sampai jumpa
Aku sibuk banget di dunia nyata pekerjaanku shift malam terus jadi waktu siang digunakan istirahat dan tidak sempat menulis
Maaf juga pendek banget aku benar-benar minta maaf kepada reader setia book Fano bahkan tidak sesuai jadwal
Kamis 05 Januari 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Stefano Mahardika (END)
Ficțiune generalăNot BL/Only Brothership. Ini hanya kisah keluarga saja tidak lebih. Stefano Mahardika cowok tengil yang hobi bolos dan hidup sebatang kara selama ini Fano panggilan akrabnya menyambung hidup dengan mengamen setiap hari demi sesuap nasi. Tiba-tiba se...