51. I Will Always Love you

1.9K 135 0
                                    

Bantu promosikan cerita saya juga di sosmed kalian ya ☺️

SELAMAT MEMBACA ❤️

Bumi, 8 September 2022. 19. 52

♡•♡•♡

"Orang bilang, tak ada satupun yang punya cukup umur untuk merasakan cukup siap ditinggalkan orang yang kita sayang," kata Iris.

Seusai pemakaman Rain, Iris pergi kembali ke rumah sakit. Bersama dengan Aksara dan Reynand, karena yang lain sedang mengurus kasus Narendra. Sejak awal, Uni selalu dalam pelukannya, dan cincin keluarga Agnibrata juga tak pernah ia lepas.

"Kehilangan orang yang lo sayang secara tiba tiba emang nggak gampang untuk ikhlasinnya," balas Aksara.

"Tapi kehilangan itu akan jadi cara melupakan paling indah kalau kita menyisipkan kata ikhlas di dalamnya," sahut Reynand.

Iris memandang kosong keluar jendela mobil. Hari ini langit mendung, sang hujan juga nampaknya ingin segera turun. Rain bilang jika Iris merindukan lelaki itu, Iris bisa menikmati kerinduannya dengan menikmati rintikan hujan.

Dokter Susan sudah diperbolehkan untuk bertemu Iris, wanita itu juga sangat terpukul akan kepergian Rain. Apalagi dirinya belum mendapat kabar mengenai Amora sampai sekarang.

"Iris, saya harap kamu bisa menerima semua yang akan saya sampaikan."

Iris masih terdiam, menunggu Dokter Susan melanjutkan kalimatnya.

"Apa kamu tau siapa pendonor ginjal itu?" Tanya Dokter Susan, Iris menggeleng tak tahu dengan wajahnya yang sayu.

"Dia, Rain. Lelaki yang selalu mencintaimu sampai akhir hidupnya," terang Dokter Susan.

Tubuh Iris melemas, dia melongo tak percaya. Bahkan lihatlah, dunia tak memberinya celah untuk melupakan Rain.

"Nggak mungkin," Iris membekap mulutnya sendiri, Aksa menarik Iris ke dalam pelukannya. Memberi sedikit ketenangan bagi perempuan itu.

"Aksa, Dokter Susan bohong kan?" Isaknya pilu.

Dokter Susan berdiri, beralih duduk di samping Iris dan mengusap punggung perempuan itu lembut. "Rain adalah keponakan saya Ris. Awalnya saya menolak untuk mengizinkan Rain mendonorkan ginjalnya pada kamu, tapi setelah melihat usaha Rain, saya yakin dia benar-benar tulus mencintai kamu."

Pernyataan Dokter Susan semakin membuatnya terisak. Entah, musim sedih tahun ini akan lebih panjang, dan lebih memaksa Iris untuk melupakan Rain secara keras.

"Dia juga menitipkan ini pada saya," Dokter Susan memberikan sebuah flashdisk dan surat untuk Iris.

Iris menerima surat itu dengan tangan yang bergetar, Dokter Susan memeluknya, paham betapa terlukanya perempuan itu.

"Lanjutkan hidupmu Iris, kamu berhak bahagia."

"Terimakasih Dokter Susan, saya pamit dulu ya?" Dokter Susan mengangguk mengiyakan.

●▪︎●▪︎●

Iris beristirahat di kamarnya setelah hari yang cukup melelahkan ini. Dia belum punya keberanian untuk membuka surat dan flashdisk dari Rain. Tangannya terangkat, mengambil foto Rain di atas nakasnya. Ia mengelus lembut figura itu, sosok Rain masih begitu terasa nyata di sekitarnya.

ETERNIDADE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang