36. Semesta untuk Airis

1.1K 110 1
                                    

Bantu promosikan cerita saya juga di sosmed kalian ya ☺️

SELAMAT MEMBACA ❤️

Bumi,

♡•♡•♡

"Aksaaaaa!!!" Teriakan nyaring Iris menghiasi kepulangan Tim Basket SMABA dari Bandung. Dengan mengangkat sebuah piala tinggi-tinggi hasil kemenangan kemarin. Mereka berselebrasi seusai turun dari bis di Lapangan besar SMABA.

Inti Alaskar membopong Aksa bersamaan. Sedikit merayakan keberhasilan mereka yang luar biasa. Riuh para siswi saling bersahutan, berdecak kagum melihat si Ketua Tim Basket yang parasnya di atas rata-rata.

"Rey!" Iris tersenyum lebar ke arah Rey. Rey pun keluar dari kerumunan, merangkul bahu Iris dan mengajaknya duduk di pinggir lapangan.

"Gimana dua hari ini?" Tanya Rey. Sebenarnya bingung juga yang kembarannya Iris itu Aksa atau Rey. Aksa dengan segala sikap bar-barnya dan Rey dengan perlakuan lembutnya.

"Aman Rey," Iris mengacungkan kedua jempolnya.

"Nih buat lambung lo," Aksa menyerahkan dua totebag besar berisi oleh-oleh khas Bandung kepada Iris.

"Yey makasih," Iris memberikan pelukan singkat kepada Aksa. Aksa mengelus kepala Iris sambil mengulas senyumnya. Aksa itu sayang, cuma suka ajak ribut aja.

"Rain mana?" Darel ikut bertanya.

"Nggak tau, nggak masuk sekolah hari ini. Dari kemarin juga susah di hubungi," gerutu Iris.

"Lo sendiri kenapa pucet? Belum makan?" Tanya Aksa. Dia mengelap bulir keringat yang mengalir di kening Iris.

"Mampus," batin Rey dan Darel.

"Ng-nggak pa-pa Iris cuma belum pakai lipstik," jawab Iris gelagapan.

Inti Alaskar kembali ke sekitar bis untuk mengambil barang-barang mereka. Hari ini tidak ada pembelajaran untuk tim basket, dan mereka diperbolehkan langsung pulang untuk beristirahat.

"Dah Iris, gue balik dulu!" Deo melambai ke arah Iris saat dirinya sudah nangkring di atas motor milik Biru. Sengaja Biru meninggalkan motornya di area sekolah, aman kok.

"Hmm," jawab Iris singkat.

Brukk!

Semua terpekik kaget saat tubuh Iris sudah tumbang ke tanah. Aksa yang baru saja membawa tas besarnya segera berlari ke arah Iris.

"Ris!" Aksa menepuk pipi saudara kembarnya berharap agar Iris bisa terbangun.

Darah segar mengalir dari hidung Iris. Bu Loli yang mendengar keributan di pinggir lapangan pun mendekat. Saat melihat tubuh Iris yang sudah terbaring lemas, Bu Loli segera memerintahkan Aksa untuk membawa Iris ke UKS.

"Bawa ke rumah sakit aja," saran Bu Loli.

"Pakai mobil gue aja Sa!" Teriak Brandon, salah satu anggota Alaskar.

Keenam lelaki itu membawa Iris ke rumah sakit. Sedangkan Bu Loli menelfon Aiden untuk memberikan kabar mengenai putrinya.

●▪︎●▪︎●

Suara deru brankar menggema di lorong rumah sakit. Mereka berlari untuk segera membawa Iris masuk ke ICU.

"Maaf mas, silahkan tunggu di luar, biar kami tangani," ujar Dokter Susan.

ETERNIDADE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang