21. Satu hal di Masa Lalu

1.3K 129 0
                                    

Bantu promosikan cerita saya juga di sosmed kalian ya ☺️
SELAMAT MEMBACA AYANGNYA EL❤️

Bumi, 25 Agustus 2022. 13.19

♡•♡•♡

"Rain?" Panggilan Lika mengalihkan perhatian Inti ALASKAR yang sedang duduk santai di kantin. Karena menyebut nama Rain, Iris langsung menatap horor Lika.

"Kenapa?" Tanya Rain dingin.

"Papa suruh kamu ke rumah, katanya ada sesuatu yang penting," ujar Lika.

"Gue sibuk," jawab Rain singkat.

"Tapi, Rain-"

"GUE SIBUK! KUPING LO NGGAK DENGER?" Rain menyekat ucapan Lika dengan nada yang meninggi.

Lika pun terkejut, juga Iris dan yang lain. Pertama kalinya mereka mendengar Rain marah, dengan perempuan pula. Bulu kuduk Iris langsung meremang, tak menyangka Rain bisa semenyeramkan itu.

Lika pun pergi dengan keadaan pasrah, sebelum Rain sendiri yang menyeretnya pergi jauh.

"Maaf, gue kelepasan," ujar Rain tak enak pada yang lain.

"Emang lo punya masalah apa sama Lika? Nggak biasanya lo dingin kaya' gini," Tanya Aksa. Iris pun sama, dia menatap Rain meminta jawaban, mungkin Iris juga masih sangat terkejut.

"Nggak papa Sa. Gue cuma nggak suka dia terlalu ikut campur masalah keluarga gue," Iris langsung mengelus bahu Rain.

"Dasar Malika kedelai hitam," cibir Iris pelan.

"Apapun masalah keluarga lo, gue yakin lo itu kuat," ucap Rey memberi semangat.

"Thanks," begini rasanya jika kita punya banyak teman, selalu punya rumah untuk segala lelah yang pernah di pendam sendiri.

●▪︎●▪︎●

Sepulang sekolah, tentu saja Iris bersama Rain. Kini, kedua remaja dengan seragam yang masih melekat di tubuhnya tersebut sedang membantu Amora membuat kue coklat.

Iris dengan semangat empatlima membentuk kue-kue tersebut menjadi bulat dengan lumeran coklat di dalamnya, Ah, Iris sangat suka itu.

"Udah cukup belum Bunda?" Iris menyeka keringat yang mulai berjatuhan menggunakan punggung tangannya. Rain yang melihat itu mengelap kening Iris menggunakan tangannya.

"Buat kue kok sampai kaya' habis maraton," Rain terkekeh pelan.

"Itu mah cukup kalau kamu doang yang habisin Ris, buat lagi. Nanti kamu marah kalau kurang," ujar Amora menengahi.

"Sini Rain aja," Rain mencuci tangannya kemudian membantu Iris membentuk kue bulat itu.

"Aku bisa El," Iris tak mau mengalah.

"Kuenya bulat, kaya' pipinya Iris," memang benar, pipi Iris itu seperti ikan buntal.

Iris mendengus kesal, lalu ia mencomot hidung mancung Rain menggunakan tepung, "rasain nih!"

Tak terima, Rain pun membalas mencomot pipi Iris menggunakan coklat. Aksi bertengkar di dapur pun tak terelakkan.

"ASTAGHFIRULLAH, DAPURNYA BUAT PERANG APA?" Ujar Amora tatkala melihat dapurnya yang sedikit berantakan, akan tetapi sang tersangka utama hanya cengegesan tak jelas.

ETERNIDADE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang